🍂Thirty-seven🍂

Mulai dari awal
                                    

Mau tidak mau Zaffina menurut. Segera ia keluar dari ruangan pengap itu bersama Nica.

"Gara-gara lo waktu istirahat gue bukannya ke kantin malah ke ruang BK!" sungut Zaffina.

"Yang ada lo yang salah. Kalau lo ga ikut campur, ga akan kita berhadapan sama Bu Neni!" Nica tidak mau kalah.

"Ekhem.." tiba-tiba Bu Neni timbul di balik pintu ruang BK. Nica dan Zaffina tersenyum bodoh, segera mereka berlarian kocar-kacir menuju belakang sekolah untuk menghindari hukuman beruntun dari guru BK itu. Bu Neni menggeleng melihatnya dan kemudian masuk lagi ke ruang BK.

Setelah sampai di belakang sekolah yang ditumbuhi banyak pohon, bisa dibayangkan banyaknya tumpukan daun kering yang berjatuhan. Kedua manusia itu menghela napas bersamaan, pasti ini akan sangat melelahkan.

Zaffina dan Nica bergegas mengambil sapu di gudang. Mereka mulai melakukan pekerjaan, sesekali saling melempar tatapan membunuh.

"Ihh.. Sampahnya jangan dikesituin itu udah gue sapu!" teriak Nica saat Zaffina menyapu ke arahnya.

"Ehh jelas-jelas gue mau kumpulin di situ dulu pea. Pinter Astronomi kok gak bisa nyapu!"

"Emang gue gak bisa nyapu. Lo kali berbakat jadi tukang sapu!"

"Jaga ya mulut lo, mau gue tempeleng bulak balik?" tantang Zaffina. Nica memutar kedua bola matanya malas kemudian berlalu begitu saja.

"Lo sapu bagian sana, gue sapu bagian sini!" perintah Nica membuat sebuah batasan diantara dua pohon, Zaffina menyanggupi walau bagian dirinya terlalu luas dibandingkan bagian Nica. Tapi tidak masalah, Zaffina akan menyelesaikan ini. Saat SMP dia sering dihukum bahkan lebih dari ini, bersihin WC yang bau, dan lari lapangan bak stadion sepak bola cukup membuat mental Zaffina kuat bagai Popeye.

Mudah bagi Zaffina sulit bagi Nica yang baru pertama kali terkena hukuman selama ia bersekolah. Sangat jelas anak pintar sekaligus dari keluarga sultan mana pernah menyapu. Piket sekolah saja nyogok orang untuk mewakili.

Beberapa menit berlalu Zaffina sudah menyelesaikan pekerjaannya. Dilihat Nica yang masih belum selesai.

Zaffina tersenyum meledek "Woy cabe, bagian gue udah selesai dong."

"Baguslah, pergi lo sana! Gedek lama-lama deket lo," kata Nica.

"Yaudah sih ini juga mau balik kelas. Gue cuman mau ingetin lo, kalau disini tuh banyak penghuninya, apalagi pas sepi. Lo liat pohon gede itu? Nah disitu pernah kejadian ada miss kunti pas kemah anak kelas sebelas." tunjuk Zaffina pada pohon besar disana. Nica otomatis mengikuti arah telunjuk Zaffina.

Nica meneguk ludah, "Ma.. Mana ada setan siang bolong begini?"

Zaffina menaikkan bahu. "Terserah kalau ga percaya. Gue balik kelas dulu ya Cabe!"

Tangan Zaffina melambai seraya terkekeh sepanjang jalan. Padahal ia hanya mengarang cerita saja, tidak disangka Nica menganggap serius bahkan wajahnya berkeringat dingin sekarang.

Setelah kepergian Zaffina, Nica benar-benar sendiri di sana. Jarang orang yang pergi ke belakang sekolah, mungkin hanya Kang Latif selaku petugas kebersihan sekolah yang sering ke sini untuk membuang sampah atau bersih-bersih.

Dengan cepat Nica menggerakan sapunya. Lama-lama suasana semakin mencekam ditambah lagi angin yang berhembus kencang. Nica menatap sekeliling, mengusap leher yang terasa merinding.

"Kyaaa.. Mamihhh.." Nica berlari seraya berteriak kencang saat terdengar suara langkah kaki dan juga suara benda jatuh. Gadis itu meningalkan sapu dan juga daun-daun yang belum ia masukkan ke plastik sampah.

Sementara itu Kang Latif yang tidak jadi mengambil cuti terlihat bingung di seberang sana. Ia ambil ranting pohon yang jatuh itu lalu dibuang, kemudian beralih memegang sapu dan segera melanjutkan pekerjaan gadis tadi yang tertunda.

🍂🍂🍂

Zaffina sedang berjalan menuju kelas. Berjalan dengan santai kala sekitar sepi karena masih KBM.

Tiba-tiba tangannya terasa ada yang menggengam dari belakang. Zaffina berbalik, matanya membulat saat mendapati sosok yang berdiri sambil tersenyum lebar.

"Kak Aster?"

"Aku denger kamu bikin masalah sama anak kelas unggulan," kata Aster.

"Bukan urusan kakak." Zaffina ingin melengos pergi namun dicegah oleh Aster.

"Kamu marah soal masalah aku sama Arlan?"

"Siapa yang marah, udahlah sana ke kelas!"

"Pulang sekolah bareng aku ya?"

"Aku bareng Arlan makasih."

"Zaff, aku ga suka kalau kamu terlalu dekat sama Arlan."

Mata Zaffina memanas menahan agar tidak mengeluarkan cairan bening seraya merutuki dalam hati kenapa ia menjadi baperan seperti ini. "Ohh ya.. Kenapa? Seenggaknya dia ga seperti kakak yang malam-malam ke club sama cewek disaat aku kekunci di toilet sekolah."

"Kamu kekunci di toilet, kenapa ga bilang sama aku?"

Zaffina menubruk badan tegap Aster dan segera berlari menjauh secepat yang ia bisa.

"Udahlah, sana. Basi tau ga."

🍂🍂🍂

TBC..

Makasih bagi yang setia membaca cerita absurd ini. Kalau ga suka silakan pindah lapak lain, ga maksa kok.

 Kalau ga suka silakan pindah lapak lain, ga maksa kok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zaffina

Zaffina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arlan


Crazy Girl And Good Boy (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang