"Heh! Lo gila ya?! Udah tau dosen tua, Prof pulak, masih aja lu songongin! Mana presentasi sambil ndongak, mau presentasi apa ngajak berantem lo?!" ucap Bobby tanpa jeda."Brisik su!" balas Juni tak kalah sengit.
"Bego lu! Fix! Auto D lo!"
"Bacot anjing!"
Mereka sedang duduk di salah satu burjoan dekat Koperasi Mahasiswa. Mood Juni benar-benar anjlok setelah presentasi Fonologi dengan salah satu dosen prof linguistik.
Juni baru saja menunaikan ibadah presentasi kelompok rasa presentasi individu. Semua ini dikarenakan anggota-anggota kelompoknya yang menyublim tanpa bekas. Padahal pagi tadi mereka masih nampak batang hidungnya. Ia kaget begitu dosen bertanya siapa yang presentasi dan hanya ia saja yang maju sambil membawa laptop.
Juni tersenyum kecut di depan kelakar dosen yang menanyai kemana anggota kelompoknya. Senyumnya semakin kecut saat manusia aneh yang tak disangka-sangka itu akan muncul dan menjadi mahasiswa bayangan di sana.
"Maaf terlambat Pak, tadi velg saya bocor," ucap Bobby.
"Ya sudah sana duduk!" tegas dosen tanpa peduli apa benar ia mahasiswanya.
Semua orang ternganga melihat siapa yang masuk ke kelas mereka. Kakak tingkat hits dari jurusan musik ikut kelas Fonologi. Makul mengenai bunyi-bunyi bahasa yang jelas-jelas hanya untuk anak sastra yang bakal ambil penjurusan bahasa dan tak akan ada hubungannya sama sekali dengan musik.
Bobby kini duduk di deretan belakang dan berdekatan dengan Lisa. Ia ternganga melihat Juni yang duduk sendiri depan seperti mahasiswa tingkat akhir sidang skripsi. Bobby yang sejak tadi mengabaikan pertanyaan Lisa, kini berucap, "Lah anggota kelompok dia kemana?"
"Biasalah. Dapet undian sekelompok sama para bajingan, jadi ya gitu." jelas Lisa.
Bobby dengan wajah prihatinnya mengepalkan kedua tangan dan mengangkatnya, memberi semangat pada Juni yang sudah jelas moodnya tenggelam jauh. Bobby ingat bagaimana semalaman ia menemani Juni begadang di ruang tamu kos hingga ke Mato. Tak lupa pula ia pada umpatan-umpatan Juni yang demikian rapat melebihi rappnya. Alasan Juni mengumpat? Tentu saja karena kelakuan teman-teman sekelompoknya yang mengirim bagian mereka saat tengah malam.
Kini gadis yang terlihat setengah mengantuk dengan mata memerah dan kantung mata menghitam itu memulai presentasi. Tatapan mata yang semula mengantuk berubah menjadi tajam. Ia bahkan menolak tawaran Jennie untuk mengoperasikan laptop. Ia sesekali berdiri dan menatap audiens sembari menjelaskan apa-apa yang ada di slide. Kepalanya mendongak.
Suara Juni memenuhi kelas dengan nada bicara tegas, tapi ogah-ogahan. Volumenya tak terlalu besar ataupun kecil tapi mampu menarik semua perhatian audiens. Bahkan dosen yang sibuk membuka ponsel turut mengalihkan perhatiannya.
"Pacar lo tuh!" bisik Lisa.
Bobby masih tenang-tenang saja mengikuti presentasi Juni hingga sesi tanya-jawab dimulai. Sekian banyak audiens yang ada, tak ada satupun tangan yang terangkat untuk bertanya. Pandangan tajam Juni beredar ke seluruh penjuru kelas. Bibir tipisnya tertarik ke atas. Sebuah senyum kaku dengan kesan meremehkan ditambah dagu yang mendongak melengkapi keangkuhan Juni.
Pertanyaan muncul dari dosen yang merasa frustasi atas kepasifan kelas. Atmosfir memanas. Juni dengan air muka keruh bersiap menerima cobaan dan direpoti. Pertanyaan-pertanyaan yang membuat Juni sebal dan panas.
Di luar matahari sedang panas-panasnya dan Juni dengan santai menyeruput es susu putih yang gelasnya sudah berembun.
"Gak habis pikir gue tuh. Ada gitu presentasi macem nantang gelut." cibir Bobby.
"Ya salah siapa kita disuruh nerjemahin buku yang bahkan dia aja gatau."
"Namanya juga dosen tua, mau nerjemahin sendiri keder matanya."
"Ya ga gitu juga, anjing!"
"Weh ngegas teross!"
"Ya dia kan dosen, dah ada gaji. Apa cobak susahnya nyuruh mahasiswanya anak PBI kek atau Sasing kek buat nerjemahin trus dibayar? Atau malah bayar penerjemah. Hla ini malah mahasiswanya dikerjain begini. Asu! Asu! Ncen bajingan og!"
Bobby hanya tersenyum mendengar curhatan Juni yang hanya dalam beberapa tarikan nafas.
"Kesel gue dikerjain dosen begini."
"Ya seenggaknya skill presentasi lo mulai terasah. Presentasi ala-ala ngajak ribut. Hahaha."
"Gini ya Bob, gue kasih tau. Lo tuh kalo presentasi harus punya prinsip dan keyakinan. Lo juga harus bener-bener paham materi lo. Asal lo paham plus yakin dan percaya diri, songong tuh gak masalah."
"Ini yang lebih lama jadi mahasiswa tu sebenernya sapa si?"
Juni nyengir dan menyeruput lagi es susu putihnya.
tbc
🌊🌊🌊
KAMU SEDANG MEMBACA
Bobby, Juni dan Jogja
FanfictionJogja menjadi istimewa buat kamu yang memiliki keeratan kenangan di sana. "Semanis apapun kenanganmu jangan minum teh botol, karena akan tetap pahit jika hanya mampu kau kenang," -Bobby. [potongan kisah-kisah tolol antara Bobby dan Juni di Jogja]