Dengusan dapat mereka dengar dari Thea. Gadis itu berdecak. "Gue sudah putus sama dia."
"Lo putus sama Andrew Gernand? CEO dari Gernans Group itu, Thea?" Ben dan Nara dengan bersamaan bertanya lagi pada Thea. Wajah mereka sudah pias menatap bosnya dengan tidak percaya.
Karena Thea tidak menjawab, Ben mulai menghembuskan napasnya. "Thea, kami baru saja mengumumkan hubungan kalian kemarin."
Thea masih memasang wajah tidak bersalah. "Trus?"
"Apa yang harus kita katakan kepada media kalau begitu?"
"Kenapa gue harus ikut mikirin? Kan itu masalah kalian."
"Thea maksudㅡ"
"Salah gue?" tanya Thea dengan datar.
"Tidak."
"Apa hubungan gue dengan Andrew yang tidak cocok juga merupakan salah gue?"
"Tidak juga."
"Jadi apa gue harus berpura-pura untuk mencintai Andrew untuk membuat kalian tidak kesusahan?"
"Tidak, bukan begitu."
Thea tersenyum manis. "Ya sudah kalau begitu."
"Thea... Tapi lo baru saja pacaran sama dia selama satu minggu. Lo itu bintang nomor satu, Thea. Lo harus memikirkan imej lo!"
Ben dan Nara langsung menundukkan kepalanya begitu Thea memalingkan wajahnya dan menatap mereka dengan tajam. Mereka dengan spontan menahan napas. "Salah gue?" tanyanya datar.
Secara bersama lagi, keduanya menggelengkan kepala mereka. "Nggak, Thea. Lo nggak salah apa-apa. Hanya saja kita jadi bingung harus berbicara apa di depan media."
Gadis cantik itu berdecak lagi. "Ya bilang aja kalau gue sudah bosan dengan Andrew itu. Kan mudah? Kenapa kalian cerewet sekali dan membuatnya terlihat sangat susah sekali?"
Ben mulai menghela napas panjang. "Thea, gue ulangi lo harus pikirkan imej lo. Bagaimana kalauㅡ"
"Ini bukan yang pertama kali, Ben?"
"Benar. Tapi melihat tingkah lo yang selalu memutuskan pacar lo seperti ini, itu sudah menjadi sorotan di media, Thea. Bagaimana kalau haters lo menjadi tambah banyak? Apa lo tidak sakit hati ketika lo membaca komentar-komentar jahat mengenai lo di media sosial?"
"Ya sudah, terserah mereka. Kan suka-suka mereka kalau mereka mau membenci gue. Yang penting, Ben, Nara," Thea menjeda ucapannya lalu menatap asisten dan manajernya dengan lekat. Dia bersedekap, lalu melanjutkannya. "Gue sudah bosan dengan Andrew itu. Yang ada di otaknya hanyalah dada dan selangkangan. Ya mana gue mau kalau dia langsung minta tidur sama gue dua hari setelah gue terima dia sebagai pacar gue? Murahan banget."
"Thea!" Nara terkesiap ketika mendengar penuturan gamblang dari Thea. "Dia itu Andrew Gernand! Lo gak pernah gitu mau jatuh cinta sama dia?"
"Nara..." Thea menghembuskan napas panjang. Lalu dia duduk di tempatnya dengan senyum segaris. "Karena lo masih muda, gue bisa maklum. Jadi dengar baik-baik ucapan gue. Jangan pernah jatuh cinta sama cowok semudah itu, Nara. Yang ada di otak mereka itu hanyalah dada dan selangkangan. Lo gak boleh jatuh ke perangkap mereka semudah itu. Jadi perempuan itu harus classy, sassy, dan bitchy. Harus bisa menjaga harga diri dan yang terpenting. Lo gak boleh menunjukkan rasa ketertarikan lo kepada mereka. Buat mereka sejatuh-jatuhnya sama lo."
Nara merasa pusing mendengarkan penjelasan tidak masuk akal dari bosnya. "Tapi sepertinya Benㅡ"
"Ben? Menurut lo penjelasan gue benar atau tidak?" Thea menatap Ben dengan kedua matanya yang melotot, memaksa pria itu untuk menurutinya.
Dan mau tidak mau, Ben hanya bisa menganggukkan kepalanya pasrah. Dia tersenyum segaris kepada Nara, lalu menepuk puncak kepalanya. "Nara, benar sekali ucapannya Thea ini. Lo harus mendengarkannya dengan baik. Jangan mudah jatuh ke perangkap seorang laki-laki. Karenaㅡ"
"Yang ada di pikiran mereka hanyalah dada dan selangkangan." Thea memotong ucapan Ben dan mengulangi perkatannya kepada Nara yang masih menatapnya dengan bingung. Mendapati reaksi seperti itu, Thea berdecak sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi dan memejamkan kedua mata. "Tau ah, bicara sama lo jadi buat gue kesel. Lemot banget lo jadi orang."
Nara menundukkan kepalanya. Bukan sekali dua kali, gadis ini mengatainya dengan kasar. Ben langsung menepuk pundak Nara pelan dan memberikan tatapan yang berupa semangat.
"Thea, habis ini jadwal lo sudah selesai." Thea menganggukkan kepalanya. "Gue mau langsung pulang ke apartment aja hari ini. Gue mau hibernasi karena selama dua hari ini mata gue benar-benar mengantuk."
Benar memang. Selama dua hari ini, jadwal Thea sangatlah padat. Dia hanya bisa tidur maksimal dua jam per hari. Untung saja dia selalu memiliki kulit yang bagus. Sehingga apapun yang terjadi, kulitnya selalu segar dan tampak bercahaya.
"Kalian tau Joshua Sarka? Dia sedang mendekati gue." Thea berbicara lagi. "Menurut kalian, gue harus menerima dia atau tidak?"
"Joshua Sarka?" Nara mengulangi ucapan Thea dengan kedua mata yang berbinar. "Thea, lo tau Joshua Sarka itu salah satu anggota boyband yang lagi naik daun sekali beberapa bulan terakhir. Sebaiknya loㅡ"
Ben memotong ucapan Nara. Dia menggelengkan kepalanya kuat. "Tidak, Thea. Lo baru saja putus dengan Andrew. Apa yang harus kita katakan kepada media?"
"Begitu?" Thea membuka salah satu matanya. "Kalau begitu gue terima saja pernyataan cintanya." Senyum jahat sudah terpatri apik, dan dia menjawabnya sambil mengangkat bahu tak acuh.
Ben langsung menghembuskan napas lagi. Dia benar-benar harus mempersiapkan sebuah alasan bagus untuk berita viral yang akan menggemparkan tanah air tercintanya ini.
...
Ampun sama si Thea bar-barnya ga ketulungan wkwk.
Inget ya pesannya Thea, jadi perempuan itu harus sassy, classy, dan bitchy. OKE!?
Cantik kan gue!? *kibas rambut manjahhhh.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Arms
Romance[Completed] Siapa yang tidak mengenal seorang Althea Allgera Rhodes? Dia bintang nomer satu. Semua orang memuja dia. Semua orang ingin menjadi kekasih dia. Sampai sebuah kecelakaan terjadi kepadanya, dan dia harus menerima seorang pengawal yang har...
CHAPTER 1
Mulai dari awal