INTRO: SHE IS ERINA

453 61 0
                                    

Erina Falisha Idaline, tubuh mungil dengan wajah bak malaikat baik dan senyuman ramah yang tak pernah lepas ketika menyapa setiap orang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Erina Falisha Idaline, tubuh mungil dengan wajah bak malaikat baik dan senyuman ramah yang tak pernah lepas ketika menyapa setiap orang.

Sejujurnya ia hanyalah satu dari sekian banyak mahasiswi biasa yang tak begitu terkenal di kampus. Meskipun begitu, dimata teman sekelas, kakak dan adik tingkat serta para dosen gadis ini sangat disenangi karena pembawannya yang ramah dan menyenangkan.

Selain itu Erina terkenal dengan sifat baik dan suka menolongnya semakin menambah nilai plus untuk gadis itu. Meskipun menjadi mahasiswi biasa saja, Erina cukup dikagumi dan menjadi incaran beberapa mahasiswa dari berbagai jurusan. Namun sayangnya ia tak tertarik dan selalu menolak ajakan kencan mereka dengan sopan, mau bagaimana lagi? Nanti tuan mudanya bisa-bisa mengamuk.

Erina selalu tak bisa menyembunyikan senyumannya setiap mengingat bagaimana sosok pria itu yang akan berubah menggemaskan ketika merajuk dan cemburu ketika tau ada pria yang mengajak gadisnya itu berkenalan.

Gadis yang kini tengah berjuang menyelesaikan tingkat tiga kuliahnya itu berjalan menuju tempat paling nyaman di kampus berniat untuk mengerjakan tugas karena sekarang masih siang dan perkuliahannya sudah selesai, bagi Erina berada di perpustakaan adalah hal yang paling ia sukai.

Gadis itu terkenal sebagai mahasiswi yang paling rajin menyambangi tempat yang dipenuhi oleh sumber ilmu bagi mahasiswa itu hingga petugas perpustakaan telah akrab dengannya. Tak jarang orang-orang menyapa ketika gadis itu berjalan melewati mereka, tentu saja Erina balas dengan senyuman ramahnya.

Gadis itu meletakkan sepatu di salah satu loker kosong dan menyapa petugas ketika dirinya mulai memasuki perpustakaan, memilih kursi dekat jendela yang terkena sinar matahari dan mulai menyelesaikan tugasnya.

Sinar matahari yang mengenai tubuhnya terasa hangat hingga membuat Erina justru malah mengantuk ditengah-tengah konsentrasinya mengerjakan tugas, tanpa perlawanan gadis itu langsung menelungkupkan wajahnya diantara kedua tangan dan mulai terlelap mengabaikan tugas yang sedikit lagi hampir selesai itu. Suasana perpustakaan yang selalu tenang membuat tidurnya semakin lelap, belum lagi cahaya matahari yang tidak begitu panas dan pas untuk menemaninya menjelajah alam mimpi.

Entah berapa lama waktu yang telah gadis itu lewati untuk terlelap, yang pasti ketukan sesuatu yang erina yakini adalah jari seseorang mengetuk-ngetuk ujung kepalanya membuat tidur gadis itu terganggu dan dengan terpaksa membawanya kembali pada kenyataan.

Erina mengangkat wajah dengan mata yang masih setengah tertutup dan kesadaran yang belum sepenuhnya ia rasakan, terdiam beberapa saat untuk mengumpulkan nyawanya yang dipaksa kembali padahal masih seru berkelana di alam mimpi. Gadis itu menatap sosok dihadapannya yang kini tengah menopang dagu dengan tangan kiri dan memandangnya datar.

Sadar siapa sosok yang duduk dihadapannya dan buku-buku yang telah dirapihkan, gadis itu menggeliatkan tubuh kemudian memberikan cengiran “Morning” sindir pria dihadapannya membuat Erina tersenyum “hehe” kekehnya membuat pria dihadapannya mengulurkan tangan dan mengacak rambut Erina gemas, “Udah puas tidurnya?” sindir pria itu lagi membuat Erina menggelengkan kepalanya “Masih kurang sih, semalem aku bergadang” jawabnya.

Pria dihadapannya langsung menegakkan posisi duduknya dan memandang Erina serius “Kerja Part Time lagi?” tanyanya, Erina tak memperhatikan ekspresi wajah pria itu karena sibuk memasukkan buku-buku miliknya kedalam tas “Enggak tuh, soalnya aku dipecat” ucap gadis itu sambil menatap pria dihadapannya kesal membuat yang ditatap justru malah terkekeh “Makanya kalau disuruh itu langsung nurut” ucap pria itu gemas melihat erina kesal, bagaimana gadis itu tidak kesal jika alasannya dipecat adalah karena pria dihadapannya yang meminta pemilik cafe tempatnya bekerja paruh waktu untuk memecat dirinya.

Erina mendengus sebal “Iya iyaaaa ampuni hamba tuan muda” ucapnya kemudian berdiri dan mengenakan tasnya kemudian berjalan keluar mengabaikan pria yang kini ikut berdiri dan berjalan mengikutinya meninggalkan perpustakaan.

LOVE IS not OVERWhere stories live. Discover now