28. Saatnya pesta

Mulai dari awal
                                    

Iren tersenyum lega karena putranya terlihat sangat bahagia. "Iye ham." ucapnya mengusap lembut punggung putra bungsunya itu

"Tapi aku sih berharapnya dirayain di singapure." celetuk Arham

Iren spontan menepis kasar tubuh Arham. "Taun depan gue rayain di mekkah." sahut Iren

Arham tersenyum semringah. "Deal ya ma?"

"Tapi ginjal lo jual ya?" lanjut Iren

Deg, senyum Arham spontan pudar dan menatap datar wajah ibunya, Iren tertawa puas melihat ekspresi Arham barusan

"GANTI BAJU! LO MAU PESTA ATAU NGURAS BAK MANDI!" pungkas Iren tegas dan berlalu cepat dari hadapan Arham

"Nguras sungai amazon ma." pekik Arham

"Gue ikut." sahut Iren tanpa menoleh ke belakang

Malam ini Arham hanya memakai celana pendek dan t-shirt hoodie, meski terlihat sudah tampan tapi Arham kalah gaya sama tamu undangan.

Arham bergidik ngeri. "Cuman acara di halamam rumah doang. Ya kali gue harus pake jas sih. Kayak mau nikahan aja." gumam Arham, Langkah kakinya mulai mendekati tamu undangan yang mulai ramai berdatangan.

Kini Arham sudah berdiri dihadapan dua sahabat sintingnya yang masih sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk barbeque-an. Ada seafod, ayam fillet, daging sapi, sosis, dll.

"Bima Devan! tolongin gue sini!" teriak Iren dari bawah pohon disudut halaman.

"SIAP BOSS." Serentak Bima dan Devan

Tanpa pikir panjang Bima dan devan berlalu cepat dari hadapan Arham yang baru saja datang. "Jurig! gue baru dateng nyet!" pekik Arham tak terima

Arham membuntuti dua sahabatnya itu, hingga sampailah mereka ditempat pemanggangan dimana Iren berdiri.

"Tolong panasin pemanggangnya. Arangnya dibakar. Karna tamu udah makin ramai, gue mau ambil makanan yang lain di dalam." pungkas Iren yang langsung disambut dengan hormat oleh Bima dan Devan

"SIAP TANTE GIRANG!" serentak devan dan bima memberi hormat

"Besok-besok mulutnya disekolahin ya." Balas Iren mencubit lengan Bima, dan berhasil membuat pria itu meringis perih.

Kini Iren sudah berlalu dari hadapan tiga manusia yang masih garuk garuk kepala.

"Gimana cara manasi nya?"

Arham dan Devan serentak mengedikan bahu

"Lo punya korek api?" tanya bima

Arham bergeleng kepala. "Kan lo yang ngerokok, gue mah gak punya." sahutnya

Bima bergidik ngeri seraya ingin muntah. "Trus gimana caranya supaya ni Arang bisa panas?"

Mereka bertiga diam sejenak, tampak sedang memikirkan ide ide yang suka nyelip di urat urat otaknya

"Yaudah kita maki-maki aja biar panas." celetuk devan yang diangguki serempak oleh bima dan Arham

Mereka mendekati Arang yang ada didalam alat pemanggang lalu mencaci maki keluarga Arang yang tak berdosa itu.

"BIADAP LO RANG!"

"SETAN LU! UDAH JELEK GAK GUNA!"

"HITAM LAGI!"

"JOMBLO LAGI!"

"BURUAN PANAS DONG ARANGG!"

"Guys kurang greget caci makinya."

"Sambil teriakk!"

"ARANG BIADAB. PUNYA ARANG GAK ADA AKHLAK! PERGI LO DARI SINI!"

Gara gara kebodohan mereka acara barbeque-annya sedikit ngaret, seharusnya Arangnya sudah dipanaskan sejam yang lalu.

I'm Here √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang