Bagian Keenambelas

Mulai dari awal
                                    

Aji langsung memasuki rumah Kinan. Dia bergegas menaiki tangga menuju kamar Kinan.

"Kinan...."

Kinan menoleh dan langsung memeluk Aji. Aji menepuk punggung Kinan berusah menenangkan.

"Makasih udah mau dateng"

Aji mengangguk, "Jangan terlalu di pikiran."

Kinan melepaskan pelukan Aji, Dia mengusap air matanya yang justru semakin bertambah deras.

"Gue benci mereka, tapi gue lebih kecewa sama papa."

"Kebencian nggak akan buat lo tenang."

Kinan mendongak, "Mereka udah rebut kebahagiaan gue Jii." ucap Kinan pilu.

Aji menghela napas pelan, "Gue yakin mereka juga tersakiti."

"Tersakiti?" tanya Kinan sinis.

"Mereka yang udah ngehancurin kebahagiaan keluarga gue, dan lo bilang mereka juga tersakiti?!"

"Gue yakin sekarang ini, mereka lagi di puncak kebahagiaan."

"Kinan...."

Kinan tersenyum, "Gue nggak mau ribut sama lo. Jadi, kita jangan bahas ini ya?"

Aji mengangguk, dia melihat jam di tangannya, "Gue pergi yaa...."

"Tunggu," Kinan menahan lengan Aji.

Kinan turun dari kasur kemudian menggeret Aji mengikuti langkahnya menuju ruang makan.

"Nih bekal buat lo"

Aji mengangkat alisnya, "Gue bukan anak SD."

Kinan melotot, "Siapa bilang bawa bekal cuma buat anak SD."

"Udah terima aja. Sekalian ngirit pengeluaran," Kinan memasukkan bekal itu kedalam tas Aji.

Aji mendengus tapi memilih membiarkan.

"Gue berangkat."

"Hati-hati"

Kinan melambaikan tangan ke Aji. Aji mengangguk kemudian melajukan motornya.

***

"Numpang lewat ya bang"

"Bidadari darimana tuh"

"Adek cantiknya kelewatan"

"Manusia dari planet mana tuh"

Yaswa menghentikan langkahnya. Dia menoleh menatap segerombolan cowok itu.

"Kamu manusia dari planet mana?"

"Mars"

"Kenapa bisa cantik gitu?"

"Kodrat gue cantik"

"Udah punya gebetan?"

"Lagi nyari"

"Kalo pacar, punya?"

"Nggak"

"Kalo gitu mau dong jadi pacar abang"

Yaswa mengangkat alisnya kemudian menggeleng.

"Kenapa nggak mau?"

"Mending abang sortir tuh muka dulu. Soalnya jeleknya kelewatan," kata Yaswa enteng.

"Anjirr"

"Nyeseknya tujuh turunan"

"Kurang ajar lo!"

Yaswa terkikik, "Budi, wajah lo itu perlu di las dulu. Gue nggak habis pikir sama temen-temen lo."

"Emang kenapa?"

"Apa mereka nggak takut liat wajah lo yang hancur begitu?"

"Hahahahaha"

Yaswa dan yang lainnya tertawa kecuali Budi. Dia bertos ria bersama teman-teman Budi.

"Yaswa sini lo!" Geram Budi.

Yaswa melet, "Gue nggak kemana-mana kok sayang"

Yaswa langsung lari ketika Budi yang hendak menangkapnya.

"Bud bud ampunin Yaswa"

"Lo bikin raja murka"

Teman-teman Budi tertawa melihat adegan Budi dan Yaswa yang kejar-kejaran di koridor.

"Ampun Bud ampun"

"Kalo gitu bilang gue ganteng"

Yaswa menoleh ke belakang, "Dosa gue udah banyak. Gue nggak mau nambah dosa karena bilang lo ganteng."

"Yaswaaa!"

Bruk

"Bambangg!"

Yaswa menutup matanya. Siapa yang dia tabrak siapa? Yaswa kok jadi deg-degan gini yahh.

Yaswa membuka satu matanya, mengintip siapa yang dia tabrak. Yaswa melebarkan matanya begitu menemukan Aji yang menatapnya tajam.

"Yaswaa!!!"

Yaswa langsung tersadar dan bersembunyi di balik punggung Aji.

Budi mengatur napasnya. Dia mendongak menatap Yaswa yang bersembunyi di balik punggung Aji.

"Selamatin gue yang mau dimutilasi Ji," bisik Yaswa.

Aji mengangkat alisnya, kejahilan apa lagi yang dilakukan cewek ini.

Budi mengatur napasnya yang tersengal, "Aji kasih tuh anak ke gue," ucap Budi.

Aji melirik Yaswa yang menggeleng.

"Ambil aja," sahut Aji enteng.

"Aji! Tega amat sih lo. Tolongin gue dong!"

"Nggak ada alasan buat nolong lo."

"Ada tau, kalo sampe gue di culik sama tuh alien, lo akan kehilangan gue."

"Nggak peduli"

"Yaswa sini lo! Biar gue cincang jadi sembilan."

Yaswa meneguk ludahnya. Tamatlah sudah, kehidupannya.

Yaswa kembali menatap Aji meminta pertolongan.

Aji melepaskan cekalan Yaswa. Lalu berjalan meninggalkan kedua orang itu.

Budi langsung menggeret Yaswa. Yaswa menoleh kebelakang menatap Aji yang berjalan menjauh.

"Ajiii!"

"Kalo lo tolongin gue, gue kasih tiga permintaan dehh!"

"Aji!!!!"

Yaswa meronta mencoba melepaskan cekalan Budi.

"Budi nyakitin orang cantik dosanya selautan lohhh."

"Nggak papa."

Yaswa pasrah, alamat dia bakal dijadikan umpan harimau ini. Dasar Budi, tadi kan dia hanya bercandaa.

Dugh

"Aduhhh"

Budi tersungkur ke lantai. Yaswa menoleh kaget dan menemukan Aji.

Budi berdiri, "Aji lo-"

"Biar gue yang kasih dia pelajaran."

Aji menggenggam tangan Yaswa dan langsung membawanya pergi.

"Aji woyy! Dia tahanan gue!"

Budi mendengus. Dia tidak mungkin menjotos Aji hanya demi Yaswa.

Calon abdi negara tidak boleh dia senggol, kalo tidak bisa di penjara dia.

HALLU PARA READERS KU

FOLLOW IG : @ellsntka_

My Captain (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang