Pertanyaan demi pertanyaan terus saja bermunculan dalam benak Anne. Apalagi setelah dia melihat sekujur tangan dan kakinya yang penuh dengan gambar-gambar lambang aneh. Gambar abstrak ini memiliki garis-garis berwarna hitam dan mungkin saja jika orang lain yang melihatnya, mereka akan mengiranya sebagai tato. Tapi, jika jumlah tato yang sebanyak ini dimiliki oleh seorang gadis seperti Anne, jelas saja itu akan sangat terlihat mengerikan dan seram. Hampir setengah tidak percaya, Anne pun segera mendekati cermin pada lemari kayu di pojok. Anne berteriak histeris saking takutnya.
"APA?? Aku berada di dalam tubuh mayat ini lagi? Bagaimana bisaaa? Ini ... ini sungguh membingungkanku,"
Anne terduduk lemas menatap kaca besar dihadapannya. Lebih tepatnya dia sedang menatap wajah mayat berambut hitam panjang dengan poni yang kini terlihat jelas dalam penglihatannya. Dia sekarang nampak hidup. Roh Anne bersemayam dalam tubuh mayat tersebut. Jangan tanyakan bagaimana keadaan tubuh asli milik Anne sekarang. Tubuh itu telah mati ditinggalkan sang rohnya di tempat. Tubuh mungilnya kini juga sudah terbujur kaku di atas lantai.
Jangan pernah membayangkan bagaimana perasaan Anne sekarang. Bahkan setelahnya Anne seakan tidak mampu berpikir jernih kembali. Dia mulai menangis tersedu-sedu dengan disaksikan oleh dinding-dinding yang enggan untuk bercerita tentang kebenarannya. Anne terus menangisi jasadnya sendiri.
Dua puluh menit kemudian ...
Tok ... Tok ... Tok ...
Terdengar bunyi ketukan pintu yang berasal dari rumah Anne. Malam-malam begini masih ada orang yang datang bertamu. Ini sudah cukup larut dari waktu berkunjung. Anne pun segera bangkit dari duduknya. Dia lekas menghapus air matanya sembari menatap ke cermin lagi. Kacau, penampilannya sangat buruk.
Anne menatap mayatnya sendiri yang tergeletak diam sembari melamun. "Apa yang bisa kulakukan agar mayatku ini tidak diketahui oleh orang lain?" Anne mulai berpikir matang.
Entah ia mendapat radar darimana. Bahkan Anne sendiri tidak menyadarinya. Dia merasa seperti sudah terbiasa saja dalam menangani masalah seperti ini, tanpa dia tahu pasti mengenai ingatannya sebelum pingsan. Tanpa babibu, Anne langsung menyeret mayatnya sendiri kemudian dia membawanya ke atas ranjang tidur di ruangan ini.
Begitu pekerjaannya beres, Anne langsung memberi mantra agar mayatnya tidak cepat membusuk di sana. Mengenai yang satu itu, Anne sendiri juga tidak mengerti dan tidak sadar tiba-tiba saja mengucapkan mantra kekebalan tubuh untuk menjaga jasadnya tetap awet. Semua hal itu sepertinya sudah terprogram matang dalam pikirannya meskipun Anne memang tidak mengingat apapun saat ia terbangun dalam jasad yang berbeda.
Setelahnya Anne langsung bergegas meninggalkan ruangan tersebut dan memantrai kuat pada pintunya agar tidak seorang pun yang bisa masuk ke sana. Anne berlari cepat menuju pintu depan di ruang tamu untuk segera melihat siapa yang bertamu ke rumahnya malam-malam begini.
Lilin-lilin di lorong yang dilewati Anne pun langsung menyala secara otomatis begitu dia selesai melewatinya. Tidak lupa pula Anne menyambar jubah tudung panjang warna merah yang menggantung di ujung lorong. Ia sengaja memakai jubah tersebut pastilah untuk menutupi kulit tubuhnya yang penuh dengan garis-garis aneh. Dengan begitu orang lain tidak akan merasa takut apalagi curiga pada dirinya dengan tubuh mirip monster begini.
Sekarang Anne sudah sampai di ruang tamu. Jam yang ada di ruang tamu berdentang dengan keras menunjukkan pukul sembilan malam. Anne sempat melihat jam tersebut sebelum dia membuka pintunya.
"Cari siapa?" tanya Anne begitu dia membuka pintu.
Dihadapannya kini nampak seorang wanita paruh baya yang umurnya berkisar tiga puluh dua tahunan. Wanita itu mengenakan jaket biru laut. Udara malam di daerah sini memang cukup ekstrem apalagi posisi rumah Anne yang diapit oleh pepohonan rimbun. Anne menatap ibu-ibu di depannya dengan ekspresi datar.
"Saya perlu bantuan nak Lorie sekarang. Mari ikut ke rumah saya!" Si ibu tersebut langsung menarik tangan kiri Anne untuk mengikuti ajakannya tanpa meminta persetujuan Anne terlebih dulu.
Anne yang ditarik dengan tidak sopan pun refleks menarik tangannya kembali dengan kasar agar terlepas dari pegangan sang ibu.
"Maaf, saya tidak bisa membantu. Tidak ada yang namanya Lorie di sini. Saya bukan Lorie tapi saya ada—" ucapan Anne terpotong oleh si ibu.
"Kamu adalah Lorie. Jangan berbohong. Tolong saya, Nak! Tolong selamatkan anak saya. Mari ikut ke rumah saya," pinta si ibu dengan terus memohon agar Anne—atau Lorie? seperti yang disebutnya barusan—bersedia ikut dengannya.
Jangan bayangkan bagaimana ekspresi Anne yang semakin membulatkan matanya lebar-lebar. Ia tidak percaya dengan semua keadaan ini. Baginya ini adalah mimpi buruk.
Ibu ini tidak salah sebut kan?
Dia memanggilku dengan nama Lorie bukannya Anne.
Apakah aku ini memang benar Lorie?
Atau ... Aku menjadi Lorie?
Astaga aku bahkan tidak bisa mengingat apa pun. Aku tidak tahu apa-apa mengenai hal ini.
•~•
B E R S A M B U N G
Semoga suka dengan part yang ini.
Mohon kritik dan saran jika ada kesalahan dalam penulisan ceritanya. Maaf juga kalau part ini agak pendek:)Jangan lupa tinggalkan jejak setelah kamu selesai membacanya:)
Kunjungi juga akun penulisnya SheazelHazella untuk menyapa dan berkenalan lebih dekat.
See you next part:b
Salam,
18 Mei 2020Ezel, kupu-kupu tanpa sayap🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMPIR MATI!
Paranormal[Update Setiap Senin] Apa yang ada dibayanganmu, jika seorang maniak kasus misteri tiba-tiba saja meminta bantuan padamu, sedangkan dia sendiri tidak terlalu memercayaimu? Itulah yang sedang dialami oleh Lorie saat ini. Parahnya lagi semenjak ia ter...
Corat-Coret Tersirat
Mulai dari awal