14. Merasa Bersalah

Start from the beginning
                                    

"Dimakan."

Cyla membuka matanya. Raffi tengah menaruh semangkuk sup di nakas samping tempat tidur. Lengkap dengan teh angat dan obat entah apa. Bahkan ia tak sadar kapan Raffi masuk kamar.

"Enek pak kalau makan."

Itu memang benar. Melihat makanannya saja sudah membuatnya mual. Gimana mau makan. Dan pasti makanan itu rasanya pahit. Karena setiap lidah orang sakit pasti kalau makan tidak ada rasanya atau pahit.

"Lalu mau sampai kapan kamu di unit saya? Cepatlah sembuh lalu balik ke unitmu sendiri. Saya tidak mau menampung orang sakit." Ujarnya datar.

"Oh... ini unitnya. Bersih juga." Batin Cyla.

Cyla menegakan duduknya. Mengambil mangkuk sup lalu menaruhnya di paha.

Ia jadi teringat permintaan mamanya. Permintaan ini ikut andil dalam membuat Cyla pingsan tadi. Hhmm.. sekitar 20%.

Eeuunng.. tapi belum tentu kan tuh cewek nerima lamarannya Stevan? Ya moga aja gak di terima. Memang terdengar jahat untuk ukuran adik yang mendoakan lamaran kakaknya ditolak. Tapi ini demi keselamatan jiwa dan raganya.

Tapi kalau nyatanya di terima gimana?

Cyla belum terlalu punya banyak teman dekat. Apalagi pria. Bahkan ia sering lupa nama nama temen cowok di kelasnya.

"Buka mulut."

Cyla tersadar dari lamunannya. Mangkuk sup yang tadi berada di pangkuannya sudah berpindah di tangan dosennya. Sendok sup berada di depan mulutnya menunggu Cyla membuka mulut.

Ia langsung membuka mulut. Raffi memasukan sendok berisi sup ke dalam mulut Cyla tanpa menunggu lebih lama.

Cyla mengunyah pelan sup tersebut. Rasanya eemm... agak asin? Wah pak dosen udah kebelet nikah ternyata. Tapi enak kok sup nya. Eh emang ini dia yang masak? Atau beli?

"Pak..."

Raffi hanya menjawab dengan gumanan.

"Bulan depan kakak saya nikah. Saya disuruh bawa gandengan dari sini.. kalau nggak saya gak boleh pulang selamamya."

"Lalu?" Raffi menaikan salah satu alisnya dengan wajah garangnya. Membuat nyali Cyla ciut seketika.

"Kalau saya bawa bapak gimana?" Cicitnya dengan kepala yang tertunduk.

"Tidak."

Hanya satu kata. Iya satu kata. Tapi dapat membuat Cyla sakit hati. P.e.n.o.l.a.k.a.n. Walaupun ia sudah tau jika bakal di tolak tapi... kenapa rasanya sakit?

"Kenapa sedih sih? Bukannya udah biasa kaya gini?" Batinnya

Dada Cyla sesak mendengar penolakan Raffi secara terang terangan. Mungkin efek sedang sakit jadi baperan.

"Buka lagi."

Cyla sampai tak sadar jika sup yang ada di mulutnya sudah habis. Ia kembali membuka mulut untuk menerim suapan demi suapan sup yang rasanya agak keasinan itu.

Tak sampai 5 menit sup yang ada di mangkuk sudah habis. Cyla meminum air yang ada di nakas lalu kembali menyandarkan kepalanya di dipan kasur.

For your information kalau Cyla lagi sakit tuh otaknya jadi bener. Gak konslet. Mangkanya dari tadi dia di suapin Raffi sampe sekarang dia anteng doang. Coba aja kalau pas masih konslet. Bisa kalian bayangkan sendiri.

Bahkan sekarang Cyla merasa tidak enak sama Raffi sudah numpang pingsan dan numpang makan di unitnya. Pasti Raffi kerepotan. Apalagi mendengar Raffi menolaknya terang terangan untuk menemaninya di pernikahan kakaknya.

Sudah jelas bukan saat ini Raffi terpaksa menumpanginya disini.

Dengan sisa tenaga yang masih ada Cyla berusaha untuk berdiri dengan tangan bertopang pada kasur. Setelah dapat berdiri dengan sempurna ia berjalan sambil rembetan (njir bahasa mana ini) tembok. Tubuhnya masih oleng jika harus jalan dengan normal.

Pintu kamar yang tak ditutup memudahkan Cyla keluar dari kamar. Lalu matanya menatap tubuh sang dosen yang sedang membelakangi dirinya. Raffi sedang.......

Mata Cyla melotot melihat Raffi yang sedang mencuci mangkuk? Mangkuk bekas supnya. Rasa bersalah menjalar di tubuh Cyla. Ya.. gini gini juga Cyla paling gak mau kalau harus ngerepotin orang lain. Cyla berjalan untuk menghampiri dosennya itu.

"Mm pak biar saya aja ya..." Cyla berniat untuk mengambil mangkuk yang baru di basahi dengan air. Belum di kasih sabun.

Raffi menengokkan kepalanya ke samping kiri. Tempat Cyla berdiri di sebelahnya. Wajahnya masih pucat. Dan matanya seperti..... merasa bersalah? Hey walaupun Raffi sering geram dengan Cyla tapi ia lebih suka Cyla yang sering menjahili dirinya.. bukan yang lemah dan sayu seperti ini.

Cyla mengangkat mangkuk tersebut dengan tangan bergetar. "Eeuumm.. ini kok mangkuknya berat ya?" Batinnya.

Raffi yang melihat tangan Cyla terlalu lemas padahal hanya untuk mengangkat mangkuk langsung mengambil alih kembali mangkuk yang ada di tangan Cyla. "Kamu duduk disana saja." Masih dengan suara datarnya.

Cyla menundukan kepalanya. "Maaf udah ngerepotin." Gumannya sangat pelan lalu berjalan ke arah sofa. Walaupun sangat pelan tapi Raffi masih dapat mendengarnya.

Raffi menatap Cyla yang tengah duduk anteng di sofa.

"Dia kenapa?"

Tbc.

_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

15 vote baru next

Hhmm aku tidak pandai berkata kata... moga aja feel Cyla yang tadi ngerasa bersalah dapet...

~^~AsylaChrystal~^~

My Crazy Student [End] [PRE-ORDER NOW]Where stories live. Discover now