[방힘] Comfort Crowd: Lost in the Dream

Start from the beginning
                                    

"Ngga ngerepotin?" Himchan menggigit bibir bawahnya, merasa sungkan pada laki-laki di depannya. Belum genap satu hari, ia sudah menyusahkan seperti ini. Rasanya Himchan malu sekali. Tapi Himchan tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran Yongguk. Ia buta Los Angeles, mengandalkan Google Maps dan Uber sama sekali bukan pilihan terbaik.

"Tunggu sambil sarapan aja dulu, aku ganti baju..." Yongguk merujuk pada dirinya sendiri yang hanya berbalut kaos putih polos (kali ini dengan lengan) dan celana training. "Di meja udah ada roti sama teh."

Himchan mengangguk singkat, menyeret langkahnya dengan berat menuju pantry. Kepalanya pusing, jet lag-nya belum berakhir dan ia sedikit bersyukur ketika hangatnya teh buatan Yongguk membasahi kerongkongannya. Perlahan, ia menggigit sedikit roti panggang dengan aroma keju yang membuatnya mengulas sebuah senyum setelahnya. "Besok aku masakin deh buat tanda terima kasih."

Setengah roti panggangnya baru saja habis, ketika Yongguk keluar dari kamar, dengan membawa sebuah jaket denim dan masker. "Pakai dulu, debunya lumayan banyak soalnya."

Tak banyak pertanyaan dari Himchan, dan Yongguk menunggunya dengan sabar. "Maaf, jaketnya kebesaran."

"Ngga apa," seutas senyum diberikan Himchan dan Yongguk membalasnya dengan mengalihkan pandangannya kemana saja asal tidak bertemu satu garis lurus dengan binar Himchan. Karena, demi apapun jantungnya berpacu lebih cepat hanya karena sebuah senyum.

Himchan mengikuti langkah Yongguk dengan patuh setelah menghabiskan teh dalam cangkirnya. Kepalanya masih pusing, tapi ia bisa mengatasinya dan enggan membuat Yongguk kerepotan.

Kedua bola matanya membola lucu ketika langkah kakinya terhenti mengikuti langkah Yongguk yang juga terhenti di depan sebuah sepeda motor yang terparkir rapi di sudut basement. Bukan sepeda motor matik, tapi Himchan masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Um, k-kita naik sepeda motor?" Kalimat tanya yang diutarakan Himchan terdengar lirih, takut menyinggung perasaan laki-laki yang kini sudah siap di belakang kemudi dan menderaikan sebuah tawa melodius yang terlalu rendah, "kayaknya aku udah bilang deh kalau Senin itu macet? Lebih cepat naik motor daripada mobil, susah nyelipnya. Yuk?"

Seumur hidupnya, Himchan sama sekali belum pernah naik sepeda motor kemana-mana. Jemarinya sedikit ragu ketika menerima uluran helm dan memakainya. Ia bahkan tidak tahu harus berpegangan apa ketika membawa badannya naik ke atas sepeda motor Yongguk.

"Sini," laki-laki yang lebih tinggi kemudian menepuk bahunya sendiri ketika gemas melihat Himchan kebingungan, "pegangan sini kalau susah naiknya."

Tegukan ludah terdengar nyaring, jemari Himchan sedikit gemetar ketika meraih pundak Yongguk untuk naik ke atas sepeda motor. Tidak sampai di situ, ia juga meremat sisi jaket Yongguk ketika berhasil duduk di atas sepeda motor.

"Udah?" Himchan lantas mengangguk tanpa suara, sedikit terlonjak kaget ketika bising suara mesin sepeda motor dinyalakan. Rematannya pada sisi jaket Yongguk mengencang ketika laki-laki yang baru dikenalnya semalam mengemudikan sepeda motornya dengan kecepatan lumayan tinggi.

Membelah jalanan Los Angeles yang padat, sesekali menyelip melewati celah antara dua mobil yang saling berdekatan. Beberapa kali Himchan memekik takut ketika dirasanya jarak antar kendaraan lain terlalu dekat dengan mereka.

Tapi manuver Yongguk di jalanan Los Angeles tidak main-main. Meskipun beberapa kali membuat Himchan menahan napas dan memekik dibalik maskernya, mereka sampai dengan selamat di bandara setelah menempuh jarak kurang lebih lima belas kilometer.

Ingatkan Himchan untuk menyiapkan hatinya lebih sering saat tinggal dengan Yongguk yang penuh kejutan menurutnya.

"Sorry, pasti takut ya tadi?" Himchan lagi-lagj menggeleng setelah berhasil turun tanpa merasakan kedua kakinya gemetar dan menyerahkan helm yang dipakainya kepada Yongguk. Sedikit aneh ketika keduanya adalah satu-satunya manusia dengan moda transportasi roda dua di antara banyaknya roda empat di lahan parkir bandara.

[Parenting Ship] One Way to YouWhere stories live. Discover now