"Halah, orang bego kok pura-pura bego! Gimana Stefan? Udah berhasil lo dapetin?" tanya Jeff.
Randai terdiam pasrah. Lalu dia menggeleng. "Belum!"
"Dan lo masih ngarepin dia?"
Randai mengangguk pelan.
Jeff tertawa sinis, "Itulah bego yang gue maksud!"
"Saya kesini bukan untuk bahas masalah ini, Jeff"
"Coba aja kalau dulu lu ada di pihak gue! Devon sekarang pasti udah hancur!" cetus Jeff.
"Saya kesini cuma mau jenguk kamu"
"Gak mungkin! Lu pasti punya maksud tertentu jenguk gue kesini" cetus Jeff, "C'mon Randai... lu jangan terlalu naif lah jadi orang! Lu harus tunjukin ke Devon kalau lu bisa ngerebut Stefan dari dia!"
"Percuma, Jeff! Gak akan bisa! Biar gimanapun hubungan keluarga jauh lebih erat dari apapun" ujar Randai
"Kalau gitu tinggal lu racunin aja si Devon! Problem solves!"
Randai tertawa kecil, "Saya gak mau kamu jadi orang yang terlarut oleh dendam, Jeff"
"Dan gue gak mau lu jadi orang jangan tolol-tolol amat! Polos boleh! Tapi jangan bego, dong!" cetus Jeff penuh penekanan.
"Selagi Stefan masih hidup dan ada di dunia ini, saya sudah merasa lebih dari cukup, Jeff!"
"Tapi lu harus bales nyakitin orang yang udah nyakitin lo!" cetus Jeff lagi.
"Gak ada siapapun di dunia ini yang menyakiti saya, Jeff"
"Hhh..." Jeff mendesis, "Capek gue ngomong sama lu! Gak ada gunanya"
"Sama se-gak-ada-gunanya saya ngomong sama kamu?" timpal Randai balik.
Jeff geleng-geleng menatap Randai dengan muak. "Serah lu deh!" Jeff beranjak dari tempat duduknya.
Namun Randai menahan tangan Jeff. "Jangan pergi, Jeff. Saya butuh teman ngobrol"
"Lepas!" Jeff menarik tangannya lalu berujar pada penjaga di depan ruang besuk. "Saya udah selesai"
Randai menatap Jeff dengan gamang. Dia benar-benar merasa kasihan terhadap Jeff yang harus mendekam di tempat seperti ini. Niatnya kesini adalah untuk menghibur atau sekadar menemani Jeff. Namun Randai sadar, bahwa Jeff adalah tipe orang yang sangat sulit untuk orang sepertinya.
~
Kyle membawa Stefan di atas bukit. Lalu dia mengajak Stefan duduk di sampingnya untuk menikmati pemandangan yang terpancar di hadapan mereka. Kabut putih, daun segar, jalanan ramai serta pohon teh yang basah. Cuaca bogor begitu dingin, namun tidak hujan sejak tadi. Rasanya seperti embun subuh.
"Udah mau magrib, malah ngajak kesini" ujar Stefan.
"Emangnya gak boleh ya, aku ajak kamu kesini, Fan?" tanya Kyle.
"Yaaaa, boleh sih! Asik juga kok! Nafas jadi plong!" jawab Stefan.
Kyle melirik ke arah Stefan sejenak, lalu dia bersuara. "Fan..."
"Ya? Kenapa Kyle?" tanya Stefan.
"Aku boleh ngomong penting sama kamu?" tanya Kyle, serius.
Stefan mengernyitkan keningnya, "Ya boleh lah. Ada apa?"
"Gimana sih perasaan kamu ke aku saat ini?" tanya Kyle.
Stefan sedikit terkesiap, "Kok lu nanya itu?"
"Gapapa. Aku cuma pingin tau aja. Tapi kalau kamu gak mau ngasih tau, juga gapapa"
Stefan merasa serba salah dengan pertanyaan Kyle. Namun dia memaksakan diri untuk menjawab, "Perasaan gue ke lo sekarang... Udah gak sama kayak yang dulu kok, Kyle! Karena sekarang lu udah nunjukin sikap asli lu ke gue. Jadinya gue.."
"Kalo gitu tolong ijinin aku ya, Fan... untuk ngegantiin posisi Bara sebagai Pangeran Magema di hati kamu"
Stefan tertegun tak percaya. Matanya terbelalak dan menatap Kyle dengan saksama. Dia benar-benar gamang.
"Aku sayang sama kamu, Fan. Bimbing aku untuk jadi orang yang lebih baik lagi dari ini"
Stefan menatap mata Kyle penuh tanda tanya. Pikiran dan hatinya di buat mengabu oleh sosok Kyle yang begitu menawan. "Kasih gue alesan kenapa lu pengen banget jadi pacar gue, Kyle?" tanya Stefan.
"Karena aku tau... kamu orang yang tepat untuk bantu aku, Fan! Bantu aku jadi orang yang lebih baik lagi"
"Gue sendiri aja gak ngeras kalau gue ini tuh baik, Kyle! Makanya gue juga heran, orang-orang... lo... itu suka sama gue darimananya sih?"
"Kamu punya ketulusan yang orang lain gak punya, Epan" jawab Kyle lagi. "Tolong kasih aku kesempatan, Fan. Ijinin aku jadi Pangeran Magema ya. Bisa kan?"
Stefan diam sejenak, dan perlahan melawan ragu, dia menganggukan kepalanya.
"Makasih, Fan"
"Iya, Kyle"
"Ciyeeee pacaran..." ledek Kyle.
"Ciyeee yang nembak"
"Ciye jadiaaann"
Stefan dan Kyle tertawa bersama.
TO BE CONTINUED...
Buat yang belum follow, jangan lupa follow saya ya.
Terus berikan vote dan komen juga ya, agar ceritanya terus di update!
Jangan sampai kolom komentar sepi. Hehehe.Jangan lupa juga di share ya ke temen-temen kalian. :*
Terima kasih. Lara.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTAKES SEASON 2 (END 21+)
Teen FictionCerita ini mengandung unsur LGBT. Homphobic, please start to out, thanks. Stefan atau memiliki panggilan sayangnya, Epan, lelaki berusia 18 tahun itu kini tengah mencoba menata kehidupannya dengan baik, berdua bersama Devon, atau panggilan sayangnya...
Bab 25
Mulai dari awal