"Minghao.. Terimakasih.. Terimakasih sudah melahirkan putri kita.. Hana kita akan tumbuh sesuai mekarnya bunga yang indah.." Jun menggenggam tangan dingin Minghao lalu menciumnya dalam. Ia tidak boleh menangis. Ia tidak ingin menangis. Ia harus kuat agar bisa membesarkan anak anaknya. Jika ia menangis sekarang, ia takut kehilangan kepercayaan kedua anaknya.
Tetapi tetap saja. Hati seorang pria yang ditinggalkan oleh istrinya.. Tidak akan bisa sekeras batu. Perlahan Jun menitikan air matanya lalu membasahi tangan dingin Minghao. Jun.. Yeobo... Aku mencintaimu.., sepertinya Minghao akan berkata seperti itu jika ia masih bernafas dan melihat keadaan Jun.
Jun mengusap air matanya, lalu ia mengeluarkan ponselnya dan menyuruh pegawainya untuk menjemput Dino. Ia tidak setega itu untuk membiarkan Dino tidak melihat wajah ibunya untuk terakhir kali.
Selang duapuluh menit, Dino datang. Ia disambut oleh Jun yang wajahnya sudah memerah karena menangis tadi. "Dino.. Berjanjilah pada ayah kau tidak akan menangis kencang ya.." Ujar Jun sambil membawa Dino di pelukannya. "Kenapa? Dimana eomma? Siapa yang sakit?" Dino adalah anak kecil yang masih sering penasaran akan hal kecil sekalipun. Dan Disinilah letak kelemahan Jun. Ia tidak bisa menjawab Dino.
"Eomma-mu sudah pulang Dino.." Ujar Jun masih dengan senyuman yang dipaksakan. Jika bukan karena Dino, ia tidak mungkin memaksakan senyumannya. "Kemana? Kerumah Appa? Kenapa tidak ajak Dino?" Tanya Dino lagi. Jun mencium kening anaknya itu, "eomma tidak akan kembali bersama kita lagi Dino.. Eomma pulang ke tempatnya di surga sana.." Jawaban Jun yang ini membuat Dino berpikir dua kali sambil melihat mata Jun yang perlahan kembali mengeluarkan air mata,
"Apa yang baba katakan? Tidak boleh! Eomma tidak boleh meninggalkan Dino! Dino harus ikut! Baba.. Ayo susul eomma!" Dino masih polos sehingga tidak berpikir jika apa yang ia katakan tidak semudah itu untuk melakukannya. Dengan berat hati, Jun membawa Dino ke ruang icu yang masih terdapat jasad Minghao di dalamnya.
Dino turun dan berlari menuju ranjang tempat jasad Minghao berbaring. "Eomma!!! Eomma tidak boleh meninggalkan Dino! Dino marah pada Eomma! Eomma nakal! Dino akan memarahi eomma! Dino tidak mau berbagi eskrim dengan eomma lagi! Baba.. Eomma... Hiks.. Baba... Bangunkan eomma... EOMMA! DINO INGIN IKUT!!" Tangisan putranya pecah seketika.
Hal ini sangat menyakitkan bagi Jun, melihat putra sulungnya menangis dengan begitu kencang dan terlihat sangat lemah seperti dirinya barusan. Minghao berhasil membuat dua lelaki di hidupnya menangis karena kehilangan. Jun merengkuh tubuh putranya, membuat Dino menangis di pundak Jun. Jun berusaha tidak ikut menangis lagi walau air matanya masih mengalir perlahan.
"Jika Dino menyayangi eomma.. Maka kita harus berharap yang terbaik untuk eomma disana., percayalah Dino.. Eomma masih bisa melihatmu.., melihat kita.." Ujar Jun berusaha menenangkan putranya. Tubuh mungil Dino bergetar hebat di pelukan Jun. "Eomma... Baba, aku ingin mendengar suara eomma lagi..."
▽・x・▽
Wonwoo menarik kopernya hingga ia sampai di depan kamar hotelnya. Di hotel bintang lima yang berada di Shenzen, Wonwoo ingin menghabiskan waktunya untuk beristirahat. Setidaknya, jika ia tidak bisa bertemu Jun, maka ia bisa menenangkan dirinya disana.
Ini kedua kalinya Wonwoo datang ke kota ini. Setelah yang pertama kali, saat ia datang di dalam tubuh Wen Junhui. "Wonwoo kau sudah sampai? Aku sangat khawatir.."
"Tak usah khawatir ibu. Aku sudah besar, aku sudah sampai di hotel..."
"Ah..syukurlah jika begitu. Jaga dirimu disana ya.. Cuaca di China sedang tidak bagus. Kadang hujan juga kadang panas.. Aku takut kau demam. Jangan sampai ya! Jaga pola makan mu!"
Ceramah ibu Yoon yang mengingatkan Wonwoo, seakan ia akan tinggal disana selama bertahun tahun. Padahal ia akan di Shenzen untuk waktu dua minggu saja. Setelah ia mengakhiri telponnya dengan ibu Yoon, ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karena keringat.
Ia menyalakan televisi sebelum ke kamar mandi untuk mengurangi keheningan. Lalu ia beranjak ke kamar mandi.
"Istri pengusaha ternama Wen Junhui, yaitu nyonya Wen Minghao meninggal dunia disebabkan oleh kecelakaan.., kabar ini disiarkan langsung oleh TV TBC.
Diberitakan pada siang hari tadi, nyonya Wen Minghao atau yang bernama asli Xu Minghao, tertabrak oleh truk kontainer yang mengangkut barang berat yang keluar jalur. Diduga sopir truk mengantuk dan menabrak beberapa kendaraan di jalur lain.
'Iya, jadi tadi saya begitu terkejut ketika mengetahui jika yang tertabrak adalah mobil nyonya Wen. Saya langsung menghubungi polisi, situasi juga jadi kacau karena lalu lintas yang menjadi macet, bahkan beberapa ada yang harus memutar balik arahnya...' Begitulah kesaksian dari tuan Yixing.
Berita ini kami sampaikan langsung sebagai kabar terkini.."
Andaikan saja Jeon Wonwoo mendengar kabar ini..
Bersambung. . .
Alhamdulillah for double up :")
TBC :)
KAMU SEDANG MEMBACA
[🔚]While you were sleeping
Fanfiction[COMPLETED☀︎] Ketika aku tertidur, apa yang menemaniku selain ingatan tentangmu? Kau bahkan pergi tapi aku masih bertahan dengan mencintai -Jeon Wonwoo. Bagaimana bisa aku tenang ketika berada di sampingmu namun kau tidak dalam ketenangan...
WonHui diary 10
Mulai dari awal