"Lo kenapa ngelamun sih? Dikira lo juga lagi baca ini materi, eh ngelamun," tanya Farhan.
"So ... sori, hehe ...," jawab Indah. "Gue sih iya-in aja gimana baiknya. Kalo emang rumit ya udah skip aja."
"Lo yakin gak mau baca dulu?" Farhan bertanya kembali.
"Gak deh," jawab Indah. "Lanjutin aja."
"Ya udah, fiks ya gue skip materi ini."
Keempat mahasiswa yang merupakan satu kelompok belajar tersebut memanfaatkan waktu satu jam mereka. Hingga tak lama kemudian, waktu sewa mereka sudah habis. Penjaga gazebo tersebut mengingatkan mereka. Akhirnya, mereka menyudahi kerja kelompok mereka. Untungnya, Indah dan Farhan telah selesai mengolah data dan informasi yang didapatkan. Mereka semua pun berencana untuk menyelesaikan tugas mereka esok hari.
"Wid, lo pulang sama siapa?" tanya Indah.
"Gak tahu, gue gak bawa motor," jawab Widya.
"Gue juga bingung, gak ada angkutan petang begini," ujar Indah.
"Eh, kita nebeng boleh gak?" Widya tiba-tiba bertanya pada Kevin dan Farhan yang membawa motor.
"Iya nih, kasihan ama kita. Masa harus jalan kaki?" Indah ikut memohon dengan memberi alasan kasihan.
"Ya udah, gue anterin Widya, lo anterin Indah," ujar Kevin. "Gue searah sama Widya, dan lo searah ama Indah."
"Oke, tapi ada uang bensin gak?" Farhan bertanya.
"Idih, pelit amat jadi orang! Lo juga kan yang minta nugas sampe sore kek begini!" Indah nyolot.
"Hem iya iya, gue bercanda," jawab Farhan. "Yuk langsung berangkat aja," lanjutnya.
Indah pulang diantar oleh Farhan. Kurang lebih setengah jam, dia sudah sampai di depan gerbang indekosnya.
"Makasih ya udah nganterin," ujar Indah.
"Sama-sama," jawab Farhan. "Gue balik dulu ya! Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Indah masuk menuju komplek indekosnya. Ketika masuk ke dalam kamar, ternyata Kiki sedang berbaring sambil membaca novel yang dari dulu tak kunjung selesai.
"Lah, kemana aja baru pulang?" tanya Kiki.
"Nugas," jawab Indah singkat.
Indah menyimpan tasnya, lalu kemudian beranjak mandi. Rasanya sangat segar sekali. Setelah lama menghabiskan waktu di kampus dan beraktivitas diluar kampus, badan Indah terasa lengket dan bau. Usai mandi, dia bergabung bersama Kiki yang masih stay di posisi membaca novelnya.
"Ki, lo tahu gak?" Indah bertanya.
"Gue lagi suka sama seseorang," lanjutnya.
"Wih, seriusan lo?" Kiki langsung bangkit. Novelnya ia tutup begitu saja.
"Ya begitulah," jawab Indah. "Gue juga gak tahu kenapa gue bisa suka sama orang itu."
"Bagus tuh, ada yang mampu menggantikan Alvin di hati lo," ujar Kiki.
Indah menceritakan seseorang yang kini dia suka, seseorang yang telah membuatnya jatuh cinta.
:'(
Farhan, seseorang yang telah membuat Indah kembali membuka hati. Banyak hal yang membuat Indah terus memikirkan sosok Farhan. Setiap tugas kelompok, mereka selalu satu kelompok, setiap Indah kesulitan mengerjakan tugas, pasti Farhan datang membantu. Kedekatannya membuat sesuatu hal yang berbeda hadir pada Indah. Perasaan suka dan cinta pada Farhan, Indah masih memendamnya. Dia tidak tahu apakah Farhan juga merasakan hal yang sama. Indah bisa menilai dari tatapan Farhan, kelakuan Farhan, dan sikapnya pada Indah.
Saat jam kuliah berlangsung, seorang teman sekelas Indah mengabarkan bahwa dosen tidak akan masuk. Hal ini membuat Indah cukup senang. Sedari pagi, dia belum mengisi perutnya. Hingga akhirnya, dia memutuskan untuk pergi ke kantin. Indah mengajak Widya yang merasakan hal yang sama juga dengannya.
"Indah!"
Panggilan itu membuat Indah berhenti melangkah. Farhan menghampirinya. Jantung Indah berdegup kencang. Keringat dinginnya bercucuran. Sekuat itukah Indah jatuh cinta pada Farhan?
"Setelah semua jam kuliah beres, gue mau ngomong sama lu," ucap Farhan.
"Ma ... mau ngomong apa?" Indah bertanya. Hatinya sudah tak karuan.
"Nanti aja. Gue tunggu di kafe sebrang kampus," jawab Farhan. "Nanti sekalian gue anterin lo pulang."
"Oke, baik, gue bisa," ujar Indah gemetar. Farhan tersenyum.
"Ayo Ndah, gue laper," tiba-tiba Widya menarik tangan Indah.
"Eh iya, ayo," jawab Indah.
Mereka berdua berjalan keluar kelas dan nongkrong di tukang bakso yang berada tepat di depan gedung kuliahnya. Sampai disana, mereka segera memesan bakso plus minumannya.
"Gue kalo gini inget pas SMA, gak ada guru larinya ke kantin," ujar Widya.
"Gue juga gitu sih," jawab Indah.
"Mm ... lo pernah punya pacar?" tanya Widya.
"Pernah, gue putus setelah kelulusan SMA," Indah blak-blakkan menjawab pertanyaan dari temannya itu.
"Kenapa? Lo ada masalah?" tanya Widya lagi.
"Enggak sih, cowok gue gak ngasih alesan pasti kenapa dia mutusin gue. Gue jadi sedih, padahal gue sayang banget sama dia," jawab Indah.
"Sedih banget, ya," ucap Widya. "Kalo gue, pas di SMA sering banget ngebantuin cowok-cowok buat deketin cewek mereka. Imbasnya sih ke gue, setiap gue suka ama satu orang cowok, eh cowok itunya malah suka ama cewek lain."
"Kok bisa sih? Padahal, lo kan modis orangnya! Cantik, manis," Indah memuji Widya.
"Ah, lo bisa aja," jawab Widya. "Ya mau gimana lagi, takdir gue emang kek begini."
"Lo tahu gak? Kemaren-kemaren, Farhan juga minta bantuan ke gue buat deketin gebetannya," lanjut Widya.
"Neng, ini baksonya," pembicaraan mereka terputus dengan datangnya bakso pesanan mereka.
"Oh, makasih mang," sahut Widya.
"Terus terus, lanjutin!" pinta Indah.
"Iya, katanya dia punya gebetan di kelas," ujar Widya.
Apa jangan-jangan gue? Indah membatin. Entah rasa percaya diri membuncah dalam jiwa Indah.
"Cuman ini rahasia sih, gue gak bisa ngasih tahu ke orang lain!" lanjutnya.
"Padahal dia kan udah gede, bukan anak SMA lagi. Menurut gue, kalo dia suka, tinggal ngomong aja langsung ke orangnya!" Indah menanggapi.
"Gue juga mikirnya gitu. Awalnya gue nolak, tapi dia tiba-tiba minta," jawab Widya. "Emang gue kemukaan kotak pos ya?"
"Hahaha enggak tahu juga sih," sahut Indah.
Mereka menikmati bakso mereka masing-masing. Perkataan Widya perihal Farhan tadi terus terngiang di kepala Indah. Jika memang Farhan tengah menyukai seseorang, dan sepulang kuliah nanti dia mengajak Indah untuk ketemuan, ada apakah sebenarnya? Apakah Indah-lah orang yang dituju oleh Farhan? Indah hanya bisa menunggu waktunya tepat.
:'(
<<< LANJUT KE PART 24 >>>
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT YOU (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[ BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS ] Kau tahu, mempertahankan sebuah hubungan tak semudah membalikkan telapak tangan, tak sesingkat mengedipkan mata. Namun apa arti sebuah hubungan jika pada akhirnya meneteskan air mata? Ini bukanlah cerita cinta biasa...
Part 23
Mulai dari awal