Tanpa berkata-kata lagi aku meninggalkan mereka, tidak perduli ocehan kakak ke-tigaku yang memanggil-manggil namaku. Sekarang aku sudah berada di mobil dalam perjalanan menuju sekolahan, moodku benar-benar buruk karena pria tua itu.

"Menepi" ucapku singkat dan tentu supir mobilku segera menepi menuruti ucapanku.

"Nona jika membutuhkan sesuatu aku bisa melakukannya" ujarnya saat melihatku berniat membuka pintu mobil.

"Aku naik bus" balasku.

"Tapi nona--"

"Kau bawahanku" aku sungguh tidak menyukai ketika seorang yang berstatus bawahanku memprotes atau membantah dengan apa yang ku katakan, aku berpikir hey! mengertilah di sini aku tau apa yang harus ku lakukan.

Aku keluar dari mobil dan berjalan menyusuri trotoar untuk pejalan kaki, masih ada beberapa meter lagi untuk sampai di halte bus. Sungguh aku tidak pernah berjalan seperti ini di jalanan rasanya seperti tubuhku kaku dan canggung, aku menaikan kedua tanganku bersedekap dada untuk mengurangi postur tubuhku yang kaku saat berjalan.

Di tengah perjalananku beberapa langkah di depanku ada seorang wanita memakai dress kekurangan bahan dan dua laki-laki jelek salah satunya berbadan gendut, kedua laki-laki itu sedang menggoda wanita itu.

Wanita yang bodoh menurutku, di tengah cuaca yang sebentar lagi akan memasuki musim dingin dia memakai pakaian kekurangan bahan yang akan memancing laki-laki brengsek misalnya seperti kedua laki-laki yang tengah menggodanya sekarang.

Aku melewati mereka, memangnya apa urusanku ikut campur bukankah itu hanya melelahkan untukku. Oh tidak! Jangan katakan aku orang yang jahat, aku melakukannya agar menjaga diriku sendiri dan tidak ingin berakhir seperti ibuku yang menyedihkan. Bukan hanya itu tapi juga harus menjaga reputasi keluarga besar Choi yang selalu di pandang tinggi dan terhormat oleh orang-orang di setiap detiknya, tentu aku masih ingin menggunakan fasilitas mewah dan harus makan dengan hasil kekayaan keluarga besar Choi.

"Apa yang kalian lakukan" samar-samar aku mendengar suara laki-laki, tapi aku tidak tertarik sama sekali untuk mengembalikan penglihatanku ke belakang.

Detik selanjutnya aku mendengar teriakan seorang wanita, siapa lagi tentu saja itu dari wanita bodoh itu.

"Menyusahkan diri sendiri" aku bergumam kecil.

Tepat waktu! Bus yang menuju kesekolahanku juga sudah berhenti di halte tempatku berada sekarang. Menempelkan kartu T-Money milik salah satu pelayan di rumah kami yang ku pinjam ke mesih pembaca kartu di dekat supir bus. Oh sial! Mengapa bus ini di penuhi oleh pekerja kantoran hari di mana aku menaiki bus untuk pertama kalinya, mataku menangkap dua kursi yang kosong berada paling belakang.

Saat ingin berjalan menuju belakang bus seseorang menabrak punggungku, itu cukup keras membuatku mengaduh sakit dengan pelan.

"Maafkan aku" suara seorang laki-laki di belakangku.

Apa ini! Dua kursi yang kosong? Dan dua orang yang memasuki bus? Aku tidak ingin seseorangpun duduk di sampingku, aku berjalan cepat menuju kursi paling belakang dan yah.. aku berhasil menduduki kursi itu lebih dulu tapi masalahnya laki-laki itu juga mengikutiku di belakang, menyadari laki-laki itu ingin duduk aku meletakkan tasku di kursi yang kosong di sampingku membuat orang itu terhenti.

"Kursi ini kosong" ucapnya dan aku memilih mengabaikannya dengan memejamkan mataku, tidak memperdulikan pandangan orang-orang yang ada di dalam bus itu.

See! Suara laki-laki itu tidak terdengar lagi.

* * * *

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daughters From Mr. ChoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang