Arjun bergerak maju hingga posisinya kini berada di hadapan Ragas. "Lo harus pergi dari sini," ucapnya.
"Ogah!" balas Ragas cuek.
"Harus! Gue ditugaskan buat patroli ke sini, lo seharusnya tahu kalo rooftop itu tempat terlarang buat siswa," ujar Arjun menjelaskan.
"Terus gue peduli gitu?"
Tidak bisa membiarkan begitu saja, Arjun menghela napas dan langsung menarik Ragas agar segera pergi dari sini. Pergerakan Arjun menuai respons decakan dari Ragas. Cowok urakan itu menyentak tangan Arjun yang sudah menyeretnya.
"Apaan sih lo! Mentang-mentang ketus OSIS belagu banget lo!" sindir Ragas, tersenyum miring.
Arjun masih mencoba untuk sabar menghadapi sifat Ragas yang sulit diatur. "Jangan bikin gue kesel," ucapnya.
"Ya lo nggak usah ganggu gue makanya," balas Ragas yang sudah mulai sewot.
Arjun menghela napas panjang. Ia menatap Ragas cukup lama. Kemudian ia menggeleng dan mulai menarik tangan cowok itu lagi. "Ayo pergi dari sini!" ujarnya dan segera menyeret Ragas.
Ragas langsung memberontak minta dilepaskan. Kekesalannya pada Arjun bertambah memuncak. Bukannya menurut apa yang Arjun perintahkan, Ragas justru mengelak.
"Lo songong banget sih, gue tau lo ketua OSIS di sini. Terserah semua orang mau nurut sama lo, tapi gue nggak bakal!" balas Ragas sewot sembari mempertajam sorot matanya.
"Makanya itu, ini tugas gue. Jadi lo harus nurut! Kalo nggak emangnya lo mau gue—
Sebelum ucapan Arjun bisa tertuntaskan hingga selesai, Ratas susah maju cepat dan menerjang Arjun dengan gerakan gesit. Cowok itu mencengkeram kuat kerah seragam Arjun. Bibirnya membentuk garis lurus, dilengkapi dengan rahang yang mulai menguat. Wajah Ragas sudah memerah karena emosi yang sudah mendidih.
"APA LO? MAU APA? MAU LAPORIN GUE KE BU MUMUN? DASAR BANCI!" Ragas berkata keras tepat di depan muka Arjun. Setelah itu, Ragas mendorong Arjun ke belakang hingga Arjun hampir tersungkur.
"Makanya lo harus nurut sama gue. Kalo lo masih ngeyel juga, gue nggak se—
BUGH!
Lagi-lagi Ragas berhasil memotong ucapan Arjun. Kali ini cowok itu menerjang Arjun dengan pukulan keras yang ia layangkan. Ragas sungguh kesal dengan Arjun. Ia tidak suka diatur seperti ini, apalagi diatur oleh Arjun, yang notabenenya adalah musuhnya.
Ragas memperhatikan Arjun yang memegangi perutnya. Cowok itu melangkah maju dan sedikit menunduk sambil tersenyum remeh. "Kenapa? Sakit? Gitu doang lo sakit? Cowok atau cewek lo?! Gimana mau jagain Ralin kalo fisik lo lemah gini!" Ragas mencemooh seraya tertawa terbahak. Ia menghina Arjun secara terang-terangan. Ragas kemudian kembali mengalihkan pandangannya menuju Arjun.
"Gimana? Mau gue pukul lagi?"
Arjun tidak menjawab, perlahan ia mulai berdiri tegak dan menatap Ragas kesal. "Jangan mancing emosi gue lo!"
"Ya terserah gue lah, emang situ siapa? Mau duel sama gue di sini? Boleh banget, nggak ada yang lihat kita berantem di sini. Berani nggak?" Ragas melipat kedua tangannya, membalas tatapan Arjun dengan bibir yang sudah membentuk senyuman sinis. "Kenapa diem? Mikir-mikir dulu? MENTAL TEMPE!"
"Gue nggak mau ribut sama lo!" jawab Arjun.
Ragas mendecakkan lidah. "Tinggal ngomong takut apa susahnya? Katanya anak OSIS, berarti pemimpin dong. Pemimpin itu harus tegas, bukan lembek kayak lo!"
"Gue nggak main-main, kalo lo nggak pergi dari sini. Gue bakal ngomong ke Bu Mumun. Gue kasih lo kesempatan sekali lagi."
Ragas tersenyum remeh. "Berlindung di balik guru? Nyali lo sendiri ke mana tuh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Teen Fiction"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...
28. RAGAS VS ARJUN
Mulai dari awal