Part-12🐣

Mulai dari awal
                                    

Jane hanya menatap punggung dua cowok yang menjauh dari pandangannya itu, dia masih diam tak berkutik dari tempatnya. Banyak bisikan yang dia dengar karena masalah ini.

"Dihh sok cantik banget sampe Kak Vion aja ditolak,"

"Sok cantik,"

"Tipe cowoknya gimana sih sampe Kak Vion aja ditolak"

"Kalo gue sih jadi dia gak bakal gue tolak tu Kak Vion,"

"Dasar bitch,"

"Sok paling cantik kali ya."

Satu tepukan di bahunya membuyarkan lamunan Jane. Dia sedari tadi diam mendengarkan semua omongan orang-orang yang melihat remeh ke arahnya. Emang apa salahnya sampai harus dijadikan bahan omongan satu sekolah karena sudah menolak Vion. Dia tidak memiliki perasaan apa-apa buat cowok itu jadi mana mungkin dia mau menjalani hubungan dengan orang yang tak dicintainya.

"Are you okey?" tanya Sella menatap khawatir ke arah sahabatnya itu. Jane hanya mengangguk seraya tersenyum manis.

"Gak usah lo dengerin mereka yang iri," ucap Lovy serius. Tumben sekali ini anak mau serius saat terlibat cogan di dalam masalahnya.

"Gak gue denger ko," kekeh Jane merangkul pundak kedua sahabatnya itu.

"Lo udah bener. Lo kan gak ada perasaan apa-apa sama dia jadi buat apa lo pacaran?" ujar Lovy mengacungkan dua jempolnya dan disetujui Sella dengan mengacungkan dua jempolnya juga. Jane tersenyum hangat dia bersyukur karena sudah memiliki sahabat yang sangat pengertian dengannya.

"Makasih guys!" ucap Jane memeluk keduanya dalam satu dekapan membuat mereka tercekik akibat pelukan Jane yang tak ingat badan.

"L-lo m-mau meluk g-ak g-gini juga dong," ucap Lovy terbata-bata akibat tercekik.

Jane terkekeh geli melihat dua sahabatnya yang menderita seperti ini. Dia melepaskan pelukannya dan membebaskan dua sahabatnya menghirup napas sebanyak-banyaknya.

"Lo mau buat gue mati ha?" tanya Sella kesal membuat Jane terkekeh geli.

"Tau lo Jan. kalo kita mati ntar lo sendirian," ucap Lovy kesal dengan sahabatnya itu.

"Ya kalo kalian mati kan lumayan gue dapet nasi box dua," celetuk Jane menahan tawanya karena wajah memerah kesal milik sahabatnya.

"LAKNAT!" teriak Sella dan Lovy bersamaan mengundang perhatian orang-orang yang lewat di koridor.

"Lo berdua malu-maluin," ujar Jane menutup wajahnya.

"Bodo amat!" ucap Sella dan Lovy lalu berlalu meninggalkan Jane.

"Woy tungguin elah," teriak Jane mengejar dua orang yang meninggalkannya itu. Namun langkahnya terhenti saat di depan ruangan BK, dia menatap ruang BK itu dengan khawatir dan takut.

Dengan ragu Jane melangkah maju mendekati ruang BK itu, dia ingin melihat sebentar apa yang terjadi di dalam. Namun rencananya gagal saat pintu terbuka dan keluarlah cowok yang akhir-akhir ini mencari perhatiannya. Terlihat senyum mengembang di wajah cowok itu saat mendapati kedatangan Jane di sini.

"Lo nungguin gue?" tanya Arkanan membuat Jane melotot tak percaya. Sekarang dia harus terpergoki oleh Arkanan dan lebih parahnya apa kata dia tadi nunggu cowok ini? yang benar saja, Jane kan hanya kepo tadi.

"Iya gue tau gue ganteng. Gak usah diliatin," ujarnya songong seraya menyugar rambutnya ke belakang. Jane semakin melotot tak percaya dengan apa yang dilihatnya ini.

"Yok ikut gue!" ajak Arkanan meraih pergelangan tangan Jane namun dengan cepat Jane menahannya.

"Mau kemana?" tanya Jane polos.

"Temenin gue bolos ya," mohon Arkanan membuat Jane menarap horor ke arahnya.

"Gak." tolak Jane mentah-mentah.

"Yaudah kalo gitu gue berantem lagi," ucap Arkanan santai. Sontak saja Jane membulatkan matanya mendengar ucapan cowok itu lalu menghela napas pasrah.

"Oke." jawab Jane pasrah. Mungkin sekali-kali bolos tidak masalah, lagian di kelasnya bakal jam kosong satu hari full karena semua guru yang mengajar hari ini sedang berhalangan hadir.

Arkanan semakin mengembangkan senyumnya setelah mendapat persetujuan dari Jane. Dengan semangat dia mengajak Jane ke rooftop, di sana juga sudah ada dua sahabatnya siapa lagi kalo bukan Wisnu dan Roy yang memang sedang membolos. Sebenarnya tadi Wisnu dan Roy sudah tau kalo Arkanan berkelahi tapi memang nyatanya sahabat laknat mereka hanya menyemati sambil berkata habisi.

Arkanan sebenarnya tadi diberi hukuman oleh Bu Rampita untuk membersihkan toilet tapi karena melihat ada Jane dia jadi melupakan hukumannya dan ingin menghabiskan waktu bersama Jane dulu. Biarkan saja hukuman itu tak dia kerjakan lagian ini sekolah milik keluarganya jadi tidak ada yang berani mengeluarkannya. Beda halnya dengan Vion yang sudah mengerjakan hukumannya yaitu merapikan ruang guru setelah pulang sekolah nanti. Memang sih hukuman Vion lebih ringan daripada Arkanan tapi yang namanya Arkanan mana peduli dia dengan hukuman itu.

"Kita ngapain ke sini?" tanya Jane saat sampai di pintu rooftop.

"Mancing," jawab Arkanan santai membuat Jane melongo tak percaya.

"Lo pikir bisa mancing di rooftop ha?" tanya Jane yang tak masuk akal dengan pemikiran cowok itu.

Arkanan terkekeh geli. "Ayok!" ajak Arkanan menarik tangan Jane agar mengikutinya ke tempat dia dan dua sahabatnya biasa kumpul.

"Wahh bagus bangett!" teriak Jane merentangkan tangannya saat sampai di atas gedung sekolah. Memang sih di sini tidak terlalu bersih dan banyak barang-barang rusak namun tak mengurangi keindahannya karena bisa melihat gedung-gedung tinggi dari atas sini. Angin yang menerpa wajahnya membuat rambut Jane yang tergerai bebas berterbangan.

Arkanan tersenyum simpul saat memandangi wajah cewek yang selalu menguras perhatiannya dan membuat dia melupakan untuk terus bermain perempuan.

"Idihhh jangan bilang hukuman lo bawa anak gadis orang kabur?" celetuk Roy yang sedang menyesap rokoknya. Arkanan menoleh dan terkekeh mendapati ucapan aneh sahabatnya itu.

"Eh ada ka-... lo merokok!" teriak Jane langsung merampas rokok yang ada di tangan Roy dan Wisnu. Sementara Arkanan sudah menepuk jidat, dia lupa kalau Jane anggota osis jadi bisa habis dia dan sahabatnya akan kenak ceramah Jane akibat rokok.

"Kalian tau kan rokok itu gak baik buat kesehatan kenapa masih merokok?" tanya Jane dengan wajah kesal. Wisnu dan Roy sudah menatap Arkanan meminta pertolongan dari sahabatnya itu.

"Ja-"

"Lo pasti juga merokok kan?" tanya Jane memotong ucapan Arkanan. Arkanan hanya mampu menghela napas dan mengangguk.

"Lo itu udah di bilangin gak ngerti-ngerti ya," ucap Jane menarik telinga Arkanan dan memutarnya kuat membuat siempu telinga meringis kesakitan.

"Aduhh Jan sakit," ringis Arkanan memegang telinganya yang memerah akibat jeweran maut dari Jane. Sahabat Arkanan yang melihat itupun hanya mampu menelan salivanya, Arkanan sudah terkena penganiayaan dan sekarang mungkin saatnya mereka yang kenak penganiayaan.

Jane manatap horor ke arah Wisnu dan Roy yang sudah diam tak berkutik lagi. Senyum manis dan mengerikan terbit di bibir Jane membuat Wisnu dan Roy menelan saliva susah payah.

"Jane ampun! jangan aniaya kita berdua," mohon Roy manangkupkan kedua tangannya di depan dada seraya merengek.

Jane yang melihat itupun mengernyit bingung lalu sedetik kemudian dia paham dan tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya, orang yang melihat keanehan Jane pun bergidik ngeri tak terkecuali Arkanan.

"KALIAN!"


➖➖➖➖

Fiks gantung lagi dan di tambah part kali ini aneh banget😭

Ada yang punya ide buat author gak ngelanjutin ini gimana lagi😭

ARKANANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang