▪️Chapter 25 - Couple Fight

Start from the beginning
                                    

Rose, gadis itu kaget ketika melihat sisi lain Jefry yang baru lihatnya saat ini, Jefry nampak sangat menakutkan. Mata elangnya menatap Rose nyalang menegaskan bahwa lelaki itu tengah marah padanya.

Sesaat kemudian lelaki itu menghela nafas sejenak kemudian tatapannya berubah menjadi sayu saat menatap sang gadis.

"Kenapa cuma June?" ucap Jefry pelan sembari tersenyum miris. Hatinya terasa sesak saat ini mengetahui Rose lebih bersimpati pada June daripada dirinya yang notabenenya sebagai suami Rose.

"Kenapa kamu cuman mikirin perasaan June aja? Ada saya juga Rose disini sebagai suami kamu kalo kamu lupa. Suami mana yang rela istrinya di peluk-peluk orang lain. Coba sekali-kali kamu fikir kalo ada di posisi saya gimana."

Skakmat. Rose yang melihat semua itu hanya bisa terdiam dengan mata yang kini tengah menahan air matanya agar tidak jatuh lagi.

Melihat sang istri tak memberikan respon akan perkataannya Jefry kemudian meneruskan kalimatnya. "Apa sehina itu... sehina itu buat ngakuin saya sebagai suami? Apa karena saya bukan dari golongan atas seperti mereka jadi kamu malu? Rose.. maaf memang saya belum bisa buat bahagiain kamu sepenuhnya tapi salah saya apa sih Rose sebenarnya kenapa kamu kok berasa benci banget sama saya. Saya harus apa Rose? Harus gimana lagi sih buat kamu? Capek tau gak Rose kayak gini terus. Kenapa sih kamu gak bisa berdamai dengan keadaan dan terima semu—"

"Jefry berhenti!"

Rose tidak tahan lagi mendengar semua perkataan Jefry. Hatinya sakit ketika mendengar semua perkataan Jefry baru saja yang terasa menusuk di hatinya. Terlebih ketika melihat tatapan lelaki itu yang sepertinya sudah sangat frustrasi menghadapi semuanya.

Dia benar-benar sakit melihat Jefry seperti ini. Entah mengapa sakit sekali dan seketika dia merasa benci dengan dirinya sendiri yang telah membuat Jefry frustasi seperti ini.

"Kenapa kamu gak jawab? Berarti bener kan tebakan saya tadi." Jefry kemudian menundukkan kepalanya.

Rose masih terdiam enggan menjawab pertanyaan Jefry membuat lelaki itu tersenyum miris. Setetes air mata akhirnya mulai mengalir deras di pipi gadis itu.

"Jadi kamu gak mau bicara lagi? Ya udah. Toh disini kamu bakal tetep nyalahin saya. Sekarang terserah kamu mau belajar dari kesalahan atau nggak. Yang pasti mulai saat ini saya udah gak akan dukung kamu lagi buat nutupin pernikahan kita. Saya capek." Lelaki itu mengakhiri perdebatan mereka dengan kalimat tegasnya.

Jefry mulai melajukan mobilnya untuk pulang. Ia hanya terdiam menatap jalanan dengan datar dan tidak menghiraukan Rose yang kini tengah memandang ke arah kaca mobil sambil menangis.

Namun jauh dalam hatinya dia juga tidak bisa menampik bahwa ia sakit ketika melihat Rose menangis seperti ini. Dia tidak tahu sejak kapan, tapi dia berani bertaruh bahwa melihat Rose menangis adalah salah satu kelemahannya saat ini.

Tapi kembali lagi, sebaik-baiknya manusia mereka juga punya ego yang bisa menguasai mereka kapan saja apalagi dalam situasi mereka saat ini. Jefry masih dengan egonya, memilih untuk diam dan membiarkan semuanya.

Tidak ada percakapan lagi diantara keduanya selama perjalanan pulang karena kedua pihak sedang diselimuti ego masing-masing.

Sampai ketika mereka sampai di rumah, Jefry berusaha membuang egonya sejenak karena melupakan suatu hal. Dia memberikan sebuket bunga mawar miliknya pada Rose yang kini hanya bisa memandanginya.

"Ini bunga buat kamu hasil rebutan saya sama June tadi. Se sebel-sebelnya kamu sama saya, saya minta jangan dibuang lagi. Karena kasian bunga ini terlalu cantik untuk ada di tempat sampah secepet itu." ucap lelaki itu.

Unplanned Wedding | JaeroseWhere stories live. Discover now