Tirai Kedelapan Puluh Satu

Mulai dari awal
                                    

Mata Oaujun lantas melirik ponselnya yang ternyata terdapat sebuah pesan masuk dari Fiat bahwa pria itu sudah tiba di rumah. Dia bersyukur karena tindakannya untuk memilih pulang adalah tindakan yang tepat.

Setelah mengucapkan salam dan sedikit berbincang dengan papanya yang kemudian memberitahu bahwa Fiat dan mamanya sedang memasak di dapur, pria itu lalu memilih ke kamar untuk membersihkan diri sebelum akhirnya menemui Fiat yang sedang serius membaluri tepung pada potongan ayam, sedangkan mamanya baru saja naik ke lantai atas. Fiat sepertinya tidak tahu keberadaannya saat ini sedang diamati oleh seseorang.

Dilihat darimana pun, Fiat memang sosok yang sangat mengagumkan. Dia telaten dan sabar dalam menghadapi sifat Oaujun yang seringkali dipengaruhi oleh mood dan temperamen yang tinggi. Mengapa baru sekarang dirinya merasakan kehadiran Fiat sangat berarti baginya? Sosok itukah yang dibutuhkannya saat ini. Penenang ketika masalah melandanya, selalu mendukung dan memberinya semangat ketika dirinya mulai melemah karena masalah.

Oaujun sengaja berdiri di belakang Fiat, wajahnya dia sejajarkan dengan wajah Fiat hingga hampir menempel dengan pundak pria itu. “Kamu lagi masak apa?”

“Astaga, P’ Jun!” teriak Fiat lantas spontan menghadapnya dari samping.

Oaujun memundurkan wajahnya, tawa pelannya kemudian terdengar karena melihat wajah Fiat yang memerah. Entah karena kaget atau memang bersemu sebab dipandangi sedekat itu. Oaujun berharap jika opsi terakhir adalah jawabannya.

Sementara itu, Fiat menggeleng pelan sebelum kemudian kembali dengan aktivitasnya semula yaitu membaluri ayam dengan tepung. “Aku mau masak ayam tepung, kamu suka?” tanyanya dengan mata sekilas melirik Oaujun dan kembali pada adonan.

“Apapun yang kamu masak pasti aku suka, Sayang.”

Ucapan tiba-tiba itu telak saja membuat tubuh Fiat membeku sempurna. Dia tidak salah dengar, kan? Apa katanya tadi? Sayang? Seolah sadar dari keterdiamannya itu, Fiat lalu menggeleng pelan sembari berusaha menyamarkan keterkejutannya. “Apaan, sih? Nggak usah alay jadi orang.”

Lagi-lagi rona merah di kedua pipi Fiat selalu berhasil membuat Oaujun tertarik.

“Kamu duduk saja sana, nanti bajumu kotor, lho.” ucap Fiat lagi. Mata pria itu hanya fokus pada adonan tanpa sekalipun melirik pada Oaujun.

Oaujun tentu saja tidak mengindahkan kalimat itu. Dia masih berdiri sembari menatap Fiat di depannya. Inilah yang dibutuhkannya sedari dulu, sebuah pengakuan dan perhatian dari seorang pasangan. Benar apa kata papanya dulu, menikah berarti kita menerima semua yang ada dalam diri pasangan kita, entah itu baik atau buruknya. Tapi, apakah Fiat juga akan menerima semua masa lalunya?

“P’ Jun, kamu kenapa?” suara Fiat kembali terdengar. Dia sudah selesai dengan adonan ayam tepungnya, tapi lengannya masih kotor dipenuhi oleh sisa-sisa adonan.

Oaujun menggeleng, matanya tak henti memandang wajah Fiat yang kini menatapnya. Sedikit tepung menempel di dahi pasangannya itu. Tangannya refleks terulur ke dahi Fiat, menyeka bagian yang terkena tepung dan sedikit keringat.

Jika teringat dulu, betapa bodohnya ia yang mengabaikan Fiat, harus berapa kali dirinya meminta maaf dan merasakan penyesalan agar bisa dengan layak bersanding dengan pria di hadapannya ini? Pria yang saat ini sedang  tidak memakai kacamata berbingkai hitamnya, sungguh tampak berbeda. Wajahnya lebih leluasa Oaujun pandangi dan teliti.

“Kamu kenapa sih, P’ Jun? Aku minta maaf ya, tadi tidak izin pulang lebih dulu sebelum kamu jemput. Tadi aku pulangnya diantar Khaofang dan....” ucapan Fiat terpotong seketika saat Oaujun tiba-tiba menariknya dalam sebuah pelukan hangat.

Sepertinya bayangan masa lalu membuat Oaujun kembali menjadi sosok yang lemah. Kesalahan yang selalu menghantuinya bagaikan bayang-bayang yang tak henti-henti mengikuti kemanapun dirinya pergi. Hanya ada satu obatnya, dia butuh tempat singgah untuk mengatasi semua rasa khawatir yang kini menderanya tanpa bisa dicegah.

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang