03. Tom & Jerry

Mulai dari awal
                                    

***

"Vin, si Zetta keren juga ya. Cuma dia satu-satunya cewek yang berani sama lo,"

"Cewek nyebelin kaya gitu lo bilang keren? Udah gesrek lo!" ujar Gavin kesal sambil terus membersihkan noda di seragamnya. "Lo liat aja, gue bakal bikin tu cewek kapok!"

"Jangan bilang lo mau ngerjain dia?"

"Gue bakal ngerjain dia habis-habisan biar dia tau siapa Gavin Nata Melviano,"

"Yaelah Vin, cuma gara-gara jus doang. Lagian dia kan nggak sengaja Vin,"

"Lo temen siapa sih? Kenapa malah belain dia?"

"Iya iya," ujar Adit pasrah.

***

Sudah hampir satu bulan Zetta berada di Archipelago. Semua murid di kelas XI IPS I dapat berteman baik dan tidak bermasalah dengan Zetta. Kecuali satu orang murid yang selalu membuat Zetta merasa kesal. Siapa lagi kalau bukan Gavin.

Setiap hari Zetta dan Gavin selalu berdebat dan bertengkar layaknya kucing dan tikus. Mereka tidak bisa akur satu sama lain.

Hari ini tepat satu bulan Zetta berada di Archipelago. Pagi ini Zetta dibuat heran dengan sikap Gavin.

"Tumben si Gavin nggak mulai masalah sama gue. Bodo amat lah setidaknya pagi ini gue bisa tenang tanpa gangguan cowok resek itu," ujar Zetta dalam hati.

Kedamaian sementara dirasakan Zetta hingga waktu istirahat selesai. Setelah kembali dari kantin, Zetta masuk kelas lalu duduk di kursinya. Zetta terkejut, begitu duduk ia merasakan sesuatu yang basah. Zetta langsung berdiri dan mengecek apa yang ia duduki.

"Astaga, ini pasti ulah lo kan?" Zetta kesal pada Gavin begitu melihat kursi yang ia duduki ternyata berair hingga menyebabkan rok yang Zetta kenakan menjadi basah. Mendengar perkataan Zetta, sontak semua murid menoleh ke sumber suara. Beberapa murid tertawa begitu melihat bagian belakang rok Zetta yang basah.

"Hah gue? Gue ngapain?" celetuk Gavin tak mengaku.

"Jangan pura-pura nggak tahu deh," ujar Zetta semakin kesal.

"Sabar boss, nih gue kasih solusi," Gavin mengambil jaketnya yang tersempir di kursi. Jaket itu kemudian dikaitkan di pinggul Zetta hingga jeket itu menutupi bagian rok yang basah. Murid-murid di kelas menanggapinya dengan berbagai ekspresi. Misalnya Salsa dan beberapa cewek yang menyukai Gavin terlihat mengeluarkan ekspresi cemberut. Berbeda dengan Adit dan beberapa cowok lainnya yang justru menyoraki Gavin dan Zetta yang terlihat romantis.

"Gue nggak butuh!" Zetta justru semakin kesal dengan Gavin. Zetta buru-buru melepaskan dan mengembalikan jaket pada Gavin.

Hari ini Gavin menang. Tujuan Gavin menjahili dan membuat Zetta malu telah tercapai.

***

Keesokan harinya, Zetta ingin membalas perbuatan Gavin. Tapi hingga bel istirahat berbunyi, Zetta belum juga menemukan ide untuk membalas Gavin.
Setelah berpikir panjang, Zetta kemudian mengambil penghapus papan tulis. Dengan penghapus itu, Zetta membersihkan papan tulis yang penuh dengan tinta.

Setelah selesai membersihkan papan tulis, Zetta duduk di kursi dekat pintu masuk kelas. Disanalah Zetta menunggu Gavin kembali dari kantin. Begitu melihat Gavin dari kejauhan, Zetta bersembunyi di balik dinding.

"Satu, dua, kena!" Zetta menempelkan penghapus papan tulis itu ke pipi cowok di depannya. Namun, ternyata Zetta salah sasaran. Bukannya Gavin, penghapus kotor itu ternyata malah mendarat di pipi Adnan.

"Opps, sorry gue pikir lo Gavin," ujar Zetta bersalah sambil membersihkan pipi Adnan yang menghitam.

"Udah ngapapa," ujar Adnan lalu keluar menuju kamar mandi untuk membersihkan pipinya yang kotor.

Melihat Zetta salah orang, Gavin tertawa terbahak-bahak. Tak henti-hentinya Gavin meledek dan menertawakan Zetta. Zetta yang sangat kesal kemudian berusaha menempelkan penghapus itu ke pipi Gavin. Gavin yang cekatan dapat menghindar dengan mudah dari serangan Zetta.

Gavin tak mau kalah, ia mengambil penghapus papan tulis yang lainnya. Dengan penghapus itu, Gavin berlindung sekaligus berusaha menyerang Zetta. Keduanya kini saling mengejar dan menyerang satu sama lain hingga akhirnya tanpa sengaja kedua penghapus itu mendarat di pipi bu Eni.

Murid-murid yang melihat kejadian itu berusaha menahan tawanya.  Akan tetapi mereka hanyalah manusia biasa yang ternyata tak sanggup menahan  tawa begitu melihat kedua pipi bu Eni yang tadinya merah merona berubah menjadi hitam.

Ekspresi berbeda ditunjukkan oleh Gavin dan Zetta. Keduanya kini hanya bisa saling memandang dengan wajah pucat pasi dan keringat yang mulai menjagung. Zetta tak dapat melakukan apapun selain pasrah. Kakinya gemetar begitu melihat raut muka bu Eni yang terlihat kesal. Tebakan Zetta dan Gavin benar. Tanpa menunggu waktu lama bu Eni segera menghukum Zetta dan Gavin.

Dengan malas Zetta dan Gavin berjalan beriringan menuju halaman sekolah. Di tengah terik matahari siang bolong itu, Zetta dan Gavin berdiri dengan satu kaki dan kedua tangan yang disilangkan memegang kedua telinga. Dengan sangat terpaksa, Zetta dan Gavin harus berdiri di tengah lapangan sampai pelajaran bahasa Indonesia selesai.

Meskipun tengah menjalani hukuman, ternyata perdebatan Zetta dan Gavin masih tetap berlanjut. Mereka saling menyalahkan satu sama lain. Hingga akhirnya bu Eni yang sejak tadi mengawasi Zetta dan Gavin dari kejauhan, datang dan mulai menceramahi kedua muridnya. Setelah lelah menceramahi Zetta dan Gavin, bu Eni kembali pergi ke kelas XI IPS I untuk melanjutkan pelajaran.

Sudah satu jam lamanya Zetta dan Gavin berdiri. Keringat mulai bercucuran menetes dan membasahi seragam Zetta. Tenggorokan Zetta mulai terasa kering, kakinya terasa lemah, wajahnya mulai pucat dan perlahan-lahan pandangannya mulai kabur. Hingga tiba-tiba, brukkk. Zetta pingsan.

Bodohnya Gavin. Melihat Zetta terbaring tak sadarkan diri, bukannya ditolong Gavin justru menendang kaki Zetta karena mengira jika Zetta hanya pura-pura pingsan supaya Zetta dapat terbebas dari hukuman.
Gavin berkali-kali menendang kaki Zetta, tapi Zetta tak segera bangun bahkan Zetta tak bergerak sedikitpun. Merasa aneh dengan Zetta, Gavin segera jongkok dan mengecek kondisi Zetta. Melihat wajah Zetta yang pucat dengan tangan Zetta yang terasa dingin, Gavin segera menggendong Zetta. Dengan sigap, Gavin membawa Zetta ke UKS.

Sesampainya di UKS ternyata guru piket yang bertugas hari itu sedang cuti. Setelah meletakkan Zetta ke kasur, Gavin segera mengambil minyak kayu putih untuk menyadarkan Zetta. Begitu Zetta mulai sadar, Gavin segera pergi ke kantin untuk membeli segelas teh hangat untuk Zetta.

"Nih lo minum dulu," Dengan gayanya yang terlihat ketus, Gavin membantu Zetta untuk minum. Melihat wajah Zetta yang masih pucat dan terlihat lemas, Gavin meminta Zetta untuk tetap berbaring di kasur.

"Gavin, makasih ya," ujar Zetta lemas

Gavin yang sudah beberapa langkah menjauh dari Zetta kemudian berbalik dan memberikan seulas senyum kepada Zetta. Setelah itu, Gavin kembali berjalan meninggalkan Zetta yang tengah terbaring lemas.

Beberapa menit kemudian, Gavin kembali menemui Zetta di UKS. Gavin kembali dengan membawa semangkuk soto panas untuk Zetta. Gavin memang tidak terlalu tahu tentang cara menangani orang pingsan dengan baik, tapi ternyata Gavin tahu jika Zetta belum makan sejak pagi.

Melihat kondisi Zetta yang lemas, Gavin tak tega membiarkan Zetta makan dengan tangannya sendiri. Untuk sesaat, Gavin menurunkan egonya untuk membantu Zetta. Gavin yang selama ini tak pernah akur dengan Zetta tiba-tiba berubah menjadi sosok baik yang mau menyuapi Zetta.

TRUST METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang