Yoongi dan Rae Na saling pandang. Hingga Yoongi meraih tangan adiknya. Meyakinkan bahwa semua baik-baik saja.


Rae Na tersenyum lesu. Lalu, pergi ke kamarnya. Yoongi mendongak, mengusap wajahnya dengan kasar. Kemudian, ikut pergi ke kamar.


Pukul sebelas malam. Saat suasana rumah benar-benar sudah sepi. Dapat dipastikan sang ibu juga sudah tidur. Yoongi pergi ke kamar sang adik.


Didapati anak itu masih duduk termenung di atas tempat tidur. Yoongi mendekat, memberi kecupan di kening untuk menyadarkan lamunannya.

"Kakak? Kenapa belum tidur?"


Yoongi mengambil duduk di sebelah adiknya. Menarik tubuh sang adik agar bersandar pada dadanya.


Sangat nyaman, keduanya merasa nyaman. Bahkan setelah kejadian malam lalu, tidak ada lagi kecanggungan. Justru, terlihat lebih dekat dari sebelumnya.


"Kakak, aku takut" dengungnya, setelah mendapat posisi yang nyaman didekapan sang kakak.


"Kakak juga takut" balasnya dengan dagu ditopangkan pada kepala sang adik. Sementara, tatapannya hanya lurus ke depan.


"Apa yang akan terjadi setelah ini?" Sekarang, Rae Na benar-benar mencemaskan apa yang akan terjadi ke depannya.

"Kakak juga takut. Tapi, kita harus tenang. Kita pikirkan pelan-pelan"





"Kakak, bagaimana jika aku hamil?"












Suasana sarapan pagi ini terasa lebih hidup. Walaupun sunyi setidaknya, tidak sedingin beberapa hari lalu.

"Rae, kau bagaimana kau berangkat?"


Ingat? Rae Na ada sesi wawancara dengan dinas kebudayaan dan pariwisata hari ini. Jadi, dia juga sudah berpenampilan rapi seperti ibu dan kakaknya.


"Dia akan berangkat denganku" sahut Yoongi.


Sang ibu tersenyum dan langsung menggoda. "Emm,,, anak-anak ibu sudah baikan, hmm?"


Sontak kedua korbannya saling pandang. Ada rasa tidak nyaman dalam hati mereka. Tapi, keduanya justru bisa menjawab dengan kompak. "Kami selalu baik"

Sang ibu menautkan kedua alisnya beberapa detik. "Bagus kalau begitu. Kakak-adik itu harus saling mendukung dan menjaga"

Tapi, jika saling memberi kenikmatan yang salah, apa itu masih pantas didukung? Lalu, bagian mana yang harus dijaga?


Sungguh, Yoongi dan Rae Na hanya bisa diam mendengar tutur ibunya.


"Oh, ya! Yoon, nanti sepulang kerja ibu ingin bicara padamu"


"Kenapa tidak sekarang saja?"


"Sekarang waktunya berangkat kerja" jawab sang ibu. "Kalau sudah, cepat kalian berangkat. Ibu akan bereskan ini dulu"


Sang ibu berdiri. Mulai mengumpulkan piring kotor di atas meja. Rae Na bangkit dan mendekati sang ibu. Kemudian, memeluknya dari samping.

Perasaan bersalah dan menyesalnya semakin menyeruak di hati. Rasanya, Rae Na ingin menangis memeluk ibunya. Membuat suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca.

"Ibu, doakan aku berhasil, ya? Aku sayang ibu, sayang sekali"


Sang ibu membelai lengan anaknya yang memalingkan wajah. "Doa ibu selalu menyertaimu, nak"

"Ibu, semoga aku tidak mengecewakan ibu. Semoga ibu tidak pernah menyesal padaku"


Suaranya terdengar bergetar jelas. Membuat sang ibu melepas pelukannya dan menangkup wajah sang putri.

"Kenapa menangis, hmm? Hei! Kau ada wawancara hari ini. Jangan menangis. Nanti mereka tidak menerimamu" hibur sang ibu sembari mengusap mata anaknya.


Sementara, Yoongi hanya berdiri memperhatikan keduanya. Ini salahnya, dia yang membuat gadis itu seperti ini. Dibayangi ketakutan dan kecemasan.


Tapi, mungkin di sini peran kakak-adik yang saling menjaga. Saling menjaga rahasia yang telah keduanya perbuat, lebih tepatnya.

"Kau tidak pernah membuat ibu menyesal, nak"

Saat itu, justru air mata Rae Na semakin lancar mengalir.






To be continued™

Feel di mana feel...

Tp seneng sih bisa dabel doong. Ehee...

Lavyu

Ryeozka

IF ILY / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang