BAGIAN 19 - Ada Udang di Balik Rempeyek

Mulai dari awal
                                    

"Aamiin." kata Ganendra tersipu lalu dia menerima semangkuk bubur yang dipesan tadi sebelum duduk.

"Gimana elo bisa tahan nganggurin modelan Burak Ozcivit begini sih, Nik?" Olivia menyebutkan salah satu nama aktor dari negeri timur tengah itu.

"Hahaha!" Manika hanya terbahak menanggapi kalimat Olivia kemudian meminum air mineral botolnya. Dia merogoh tas dan membuka ponsel. Mengetuk-ngetuk sebentar lalu menunjukkan pada Ganendra hasil pertemuannya tadi. Manika menjelaskan semua detailnya. Lokasi, gambaran acara secara umum dan akan tampak seperti apa nantinya.

Ganendra mengangguk-angguk, mendengarkan penjelasan sang istri dengan seksama. Dia setuju kemudian mengelus kepala Manika penuh kasih. Tak lupa mendaratkan ciuman lagi kali ini di pelipis Manika. Hal ini tentu saja kembali menjadi perhatian Olivia.

"Jadi pengen dielus dan disun uga." Pekiknya tertahan.

Kali ini sukses membuat suami istri itu tertawa. "Hahaha!"

# # #

Menjelang audit dari OJK, kesibukan kantor Manika menjadi dua kali lipat dari biasanya. Setiap divisi mengerahkan seluruh kemampuan agar tak ada temuan high risk yang bisa merugikan dan membuat nama baik bank yang sudah berkecimpung selama lebih dari seabad dan terkenal profesional hingga keluar negeri tersebut menjadi jelek. Mereka melakukan ini semua karena penilaian akhir tahun jauh lebih ketat dari biasanya. Banyak elemen ditambahkan dan bila hasil kali ini buruk, maka pengaruh juga pada KPI yang berujung insentif di awal tahun besok. Wajah santai yang biasa terlihat dari masing-masing karyawan, mulai tegang.

Sepagi ini, Manika sudah mengomando Niken, Mawar, dan Reka untuk memeriksa file pembiayaan enam bulan terakhir juga merapikan soft file di komputer dan menyesuaikannya dengan data fisik. Sementara Tommy dan Anwar, kebagian untuk visit nasabah di lapang guna menyesuaikan penggunaan dana pinjaman.

"LPJ hari kemarin sepertinya ada nota yang belum kamu paraf, Rek. Coba cek lagi, ya?" Manika melingkari menggunakan pensil nota yang dimaksud, menyocokkan dengan scan file di komputer Reka.

"Siap Bu." tanggap Reka dan segera melakukan perbaikan.

"Mawar, bisa kamu lihat dokumen-dokumen yang pernah di tandatangani Pak Aqlan. Ada yang kelewat nggak? Seingat saya ada dua atau tiga paraf Pak Aqlan yang belum. Nanti kamu buatin berita acara aja, ya. Mengetahui sampai Pak Ranu." tunjuk Manika pada drawer yang berada di belakang kubikel Mawar.

"Sampe Pak Ranu? Entar nggak disemprot kira-kira, Bu?" Mawar khawatir.

"Nggak apa-apa disemprot Pak Ranu, ketimbang disemprot OJK." Manika menanggapi santai. Dia memerhatikan lagi kesibukan di sekelilingnya. Tim ini yang sudah menemaninya selama hampir lima tahun di divisi tersebut. Segala macam situasi up and down, juga mereka lewati bersama. Saatnya perjuangan terakhir di tahun ini.

"Bu, ini file yang kelewat paraf Bu Manik." Niken menyodorkan beberapa map.

"Oke, saya cek di sini aja." Manika menerimanya dan menuju sofa sudut tepat di sebelah kubikel Niken. Baru saja dia duduk dan bersiap membuka map pertama, ponsel di saku blouse batiknya bergetar. Dia rogoh sebentar dan dia ketuk.

'Ke lantai atas sekarang!!'

Manika mengembuskan napas panjang. Pesan khas dengan dua tanda seru yang tak pernah mengurangi estetika menyebalkan dari si pengirim. Pesan yang tak pernah Manika balas, tapi langsung Manika lakukan titahnya. Dia keluarkan ke menu awal dan bersiap diletakkan di meja. Kali ini, tunggu sepuluh menit saja. Dia akan mengecek satu file nasabah di tangannya itu. Belum sempat Manika membuka bagian depan map, ponselnya bergetar lagi. Dia mengintip pop up yang muncul di layar tanpa perlu menyentuhnya. Pengirim yang sama.

YAKIN NIKAH(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang