Benar-benar malam yang menyenangkan untuknya.

Tao memang benar-benar sudah berubah.

"Kak" panggil Renjun setelah tawanya mereda.

"Perjuangkan Hanna. Yakinkan keluarga Hanna agar bisa menerimamu." Pesan Renjun.

"Itu pasti."

"Keluarga Oh dan ayah, ingin menjodohkan aku dan Hanna sejak dulu. Itu janji ayah dan tuan Oh. Jika mereka memiliki anak akan mereka jodohkan. Agar kaitan mereka makin erat dari sahabat menjadi besan."

".. tapi kak. Renjun ingin kakak mendampingi Hanna. Renjun percayakan Hanna pada kakak."

Tao mendengarkan dan menatap wajah adiknya itu. Sejurusnya dia tersenyum tipis dan merangkul pundak Renjun. Dua saudara yang sebelumnya saling canggung itu kini mulai mengakrabkan diri. Renjun membalas rangkulan sang kakak. Dan berakhir mereka saling merangkul pundak. Jangan lupakan senyum dari kedua putra Huang itu. Visual bak pangeran.

🌼🌼🌼

Pagi harinya, nyonya Huang-- selepas menyiapkan sarapan-- pergi ke kamar putra keduanya, Renjun. Wanita yang masih begitu cantik di usianya yang menginjak kepala lima itu sangat penasaran akan kepergian Tao di acara semalam.

Tanpa mengetuk pintu atau lainnya, ibu dari Renjun dan Tao itu lantas membuka pintu kamar Renjun. Netranya lalu dapat menangkap putra manisnya masih terlelap di alam mimpinya-- menggulung tubuhnya dengan selimut tebal.

Nyonya Huang yang tidak ingin menunggu Renjun bangun-- bergerak mendekat dan duduk di samping Renjun yang masih terpejam damai.

Tangannya menepuk-nepuk pelan pipi putranya. Seperkian detik, mata Renjun terbuka-- meski masih lengket-- pria manis itu memaksa bangun dan dapat melihat ibunya yang kini ada di depannya.

"Jam berapa, Bu?" Tanyanya dengan nada khas bangun tidur-- seraya mengucek matanya dan bersandar di punggung ranjang.

"Baru jam enam." Balas nyonya Huang.

"Benarkah?! Akh .. iya hari ini libur" kata Renjun yang sebelumnya sedikit kaget.

"Renjunie.. apa kau tau kenapa kakakmu pergi dari acara tadi malam? Ibu jadi curiga dia cemburu. Apa Hanna dan Tao dekat selama ini?" Cecar nyonya Huang dengan penasarannya.

Renjun terdiam atau sedikit bingung juga kenapa ibunya bisa sepenasaran itu dan seniat itu bertanya padanya sepagi ini-- sampai membangunkannya.

Renjun berdehem sejenak-- suara masih serak karena sehabis bangun tidur.

"Kakak dan Hanna memang dekat akhir-akhir ini Ibu. Sejujurnya Renjun juga kaget.. tapi kedekatan mereka juga belum lama" jawab Renjun.

Nyonya Huang setelah mendengar penuturan putranya, menutup mulut tak percaya.

"Renjun.. apa mungkin kakak mu dan Hanna berkencan?" Tanya nyonya Huang tiba-tiba.

"Ya bisa dibilang begitu." Kata Renjun dengan sedikit memiringkan kepalanya.

Nyonya Huang mendesah pelan. "Astaga.. kenapa kejadiannya jadi seperti ini Renjunie.. Ibu dan ayah harus bagaimana?" Keluh nyonya Huang.

Renjun jadi berkerut dahi dengan perubahan ekspresi ibunya.

"Memang kenapa, Bu? Apa Ibu dan ayah tidak setuju?"

HUANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang