14 : "Hukuman."🌛

Mulai dari awal
                                    

Sontak Ataya yang sedang duduk di kursi langsung berdiri, ingin rasanya ia keluar sekarang. Namun Galang menghadangnya saat langkahnya mendekati pintu rooftop.

"Mau apa lo kesini?" ujar Ataya dengan mengangkat satu alisnya.

Galang masih diam berdiri di hadapannya dengan menggulung tangannya di depan dada. Kemudian meremas kaleng botol soft drinknya yang sudah di teguknya habis. Membuat Ataya bergidik ngeri melihatnya.

"Duduk saja, nggak usah keburu-buru amat." ujar Galang dengan merapikan baju seragamnya yang keluar.

"Cepet, nggak usah basa-basi." ujar Ataya dingin.

Galang seraya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, seseorang yang berada di depannya kini adalah gadis dengan sifatnya yang suka memberontak dan dingin. Galang melangkahkan kakinya mendekati Ataya yang menatapnya dingin dengan satu alis mata terangkat.

"So, gue ngajak lo kemari bukan untuk bully lo. Gue mau berterima kasih, karena lo udah menyelamatkan adik gue, Farah." ujarnya dengan menyenderkan badannya ke tembok rooftop sembari menatap pemandangan dari atas. Kemudian ia beralih memandang Ataya dengan lekat, dan mengeluarkan bingkisan dari saku celananya untuk di berikan kepada Ataya yang masih menatapnya dingin.

"Sebagai ucapan terima kasih, ambil ini." ujar Galang menyodorkan bingkisan tersebut.

Ataya masih diam tak berkutik, ia pikir Galang akan bermain-main dengannya namun ia salah berpikir. Kemudian tangan kanan Ataya di angkat oleh Galang dan menaruh bingkisan tersebut di telapak tangannya.

"Terima aja, sekarang lo boleh kembali ke kelas." ujar Galang menuju pintu dan membukakan untuk Ataya agar cepat keluar.

Tidak ambil pusing, Ataya langsung melangkahkan kakinya untuk keluar dari tempat tersebut. Ia tidak mengerti dengan sifat kakak kelasnya tersebut, terkadang baik dan sesaat berubah menjadi ganas.

Flashback off•

   Perlahan jari-jari Ataya mencoba merobek bingkisan tersebut, setelah di bukanya terdapat coklat dan sekotak susu vanila. Ucapan terimakasih itu terpapar pada bagian belakang coklat. Ataya memutar bola mata malas kemudian menaruhnya kembali di atas meja belajar, dan melanjutkan kegiatan belajarnya.

Pukul enam pagi, udara yang segar membuat Ataya ceria menyambut hari-harinya. Ia sedang menyiapkan makanan untuk sarapan dengan adiknya, Leo. Ketukan di pintu membuatnya mengurungkan untuk menaruh nasi di piring sarapannya.

"Leo, siapa yang ketuk pintu?" ujar Ataya sedikit berteriak memanggil Leo yang berada di kamarnya.

"Bentar, aku lihat." ujar Leo seraya membukakan pintu rumahnya.

Dibukalah pintu tersebut, dan terdapat seseorang dengan gaya jepit rambut berwarna pink sedang berdiri di ambang pintu sembari menampilkan senyum khasnya.

"Hai Leo, Kak Ata sudah berangkat belum?" ujar perempuan tersebut, dia adalah Naura.

"Ada Kak, masuk aja." ujar Leo melebarkan pintu rumahnya mengijinkan Naura untuk masuk ke dalam.

"Uuw... Makasih." ujar Naura dengan mencubit pipi Leo yang membuatnya meringis kesakitan.

"Ataaa... Wah udah di siapin dong sarapannya." ujar Naura mengagetkan Ataya sedang menata makanan.

Ataya mengerutkan keningnya melihat Naura yang tiba-tiba datang kerumah, kemudian melanjutkan kegiatannya. Temannya yang satu ini selalu membuatnya terkejut.

ATARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang