Dan di sinilah ia sekarang. Di ruang kamar yang biasa dijadikan sebagai tempat ternyaman. Namun tak sedikit pun kenangan menyakitkan itu enyah dari kepalanya.

Hancur.

Secerca harapan untuk melanjutkan hidup kini hangus tak bersisa. Musnah dan hilang entah ke mana perginya. Ia sama sekali tidak bergairah untuk melakukan apa-apa. Bahkan untuk berniat keluar kamar barang sedetik saja.

Keperawanan, mahkota paling berharga dan paling tinggi derajatnya tak lagi ia punya. Gelar suci seorang wanita sudah tak bisa lagi dijumpa. Kini statusnya hanyalah seorang gadis bekas di perkosa.

Kotor dan menjijikan.

Semua orang akan menganggapnya demikian. Ia merasa tubuhnya seperti sampah bekas pakai. Tak berharga, tak punya nilai guna.

Jika mengingat akan hal itu, ia akan langsung berlari ke kamar mandi untuk menyalakan shower. Menggosok seluruh tubuh dengan kasar hingga memerah dan menimbulkan luka, menjambak rambutnya kencang, bahkan berendam di dalam bathup selama berjam-jam.

Gadis itu tak akan peduli jika tangan halusnya berubah keriput karena kelamaan di dalam air, atau bibir ranumnya yang berubah jadi membiru karena kedinginan. Ia sama sekali tak memikirkan hal tersebut.

*Tok! tok!*

Suara ketukan pintu terdengar dengan sangat jelas. Tapi Zhira tampak acuh dan tidak beranjak barang sedikit pun dari tempat tidurnya.

*CKLEK*

Gagang pintu sudah dibuka. Menampakkan wajah cantik Azalea tengah berdiri sembari membawakan nampan berisi makanan.

"Zhira ..." panggilnya dengan suara yang hampir tak terdengar.

Sudah berapa hari sejak pulang dari rumah sakit, gadis ini tidak mau dijumpai oleh siapa pun terutama laki-laki. Bahkan Deven— yang merupakan ayah kandungnya enggan ia dekati.

Karena tidak ada respon, dengan sangat hati-hati Azalea berjalan mendekat. Istri dari seorang Co-Pilot itu berinisiatif menghampiri sosok cantik yang tengah berada di depannya.

 Istri dari seorang Co-Pilot itu berinisiatif menghampiri sosok cantik yang tengah berada di depannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Zhira mau makan?" tawar Aza dengan suara lembut. Selain tidak ingin ditemui, Nazhira juga belum menyentuh nasi sama sekali.

Sebuah gelengan kepala menjawab ucapannya.

"Mau minum?"

Jawabannya tetap sama, tidak mau juga.

Dari ambang pintu, semua orang mengamati interaksi mereka dengan derai air mata. Bahkan Bi Ratih pun ikut terisak melihat kondisi Zhira saat ini. Bayi cantik tanpa dosa yang sedari kecil ia rawat sepenuh hati, kini harus merasakan penderitaan yang cukup perih.

Apalagi Kaila. Ia benar-benar hancur melebihi siapa pun. Kesakitan yang gadis itu rasakan ikut mengalir ke dalam tubuhnya. Hatinya nyeri bukan main saat harus menerima sebuah kenyataan. Kenyataan yang memaksa jiwa dan raga untuk tetap kuat di hadapan Nazhira.

BAD FATE (End✔)Where stories live. Discover now