"Bang Engkrang ngapain tebar pesona, kayak gak laku aja."
"Eh Arimbi mulutnya kok jelek ya?"
"Biarin," Arimbi menjulurkan lidah seperti mengejek namun ia buru-buru menjerit karena Bayu mengunci lehernya dengan lengan yang bisa membuat laki-laki yang menakali Arimbi tekuk lutut.
"Mas Bay, aku bercanda, suer. Mas ganteng kok!"
Bayu menggiring tubuh Arimbi menuju troli yang dianggurkan, kaki Arimbi yang pendek terpaksa berjalan cepat mengikuti langkah besar Bayu. "Kebiasaan, kalau trolimu dibawa orang gimana?" Bayu melepas kunciannya pada leher Arimbi.
"Mana bisa dicuri? Orang deket gini."
"Tak pikir kamu pulang dari luar negri nambah pinternya, jebul ora."
"Ngece!"
Bayu dengan mudah mengacak puncak kepala Arimbi, sayangnya si mungil tidak bisa menggapai kepala sang kakak jadi ya pasrah saja. Lagipula dia tidak perlu kerepotan mendorong troli, sudah ada Bayu yang akan meladeninya sampai tempat parkir mobil.
"Mas Bayu katanya sibuk? Pasti gak tega ya biarin adeknya yang unyu-unyu ini pulang sendiri?"
Bayu berdecih, "Mama bilang kamu udah mau nangis gak tak jemput, ngaku."
"Enggak ya! Aku tu udah mandiri, paling kalau gak dijemput ya naik taksi apa ojol."
"Terus habis naik taksi mau ke mana?"
"Ke kantornya Mas Bayulah, kan aku gak tau kontrakan Mas yang baru."
"Pedenya selangit, emang tau alamat kantorku? Lagian kamu juga udah pernah kuliah di UI kok masih kolokan minta ditemenin pulang ke Malang."
"Kan aku masih punya Mas di sini, dimanfaatin dong. Aku ini anak perempuan loh, nanti kalau diculik, diapa-apain sama orang gak bertanggung jawab gimana coba?"
"Ucapan adalah doa, Dek."
"Astagfirullah, naudzubillahhimindalik!" Arimbi buru-buru memukul koper dan kepalanya bergantian. "Mas Bayu jangan nakut-nakutin dong."
"Siapa yang suruh parnoan?"
..
Fokus Naka kembali terpecah saat asisten mengatakan jika tadi saat dirinya rapat, ada tamu yang mencari tapi tidak mengatakan siapa dan dari mana asalnya. Disuruh meninggalkan nomer telepon atau mengisi buku tamupun juga menolak.
Sepertinya yang nyari Pak Naka bukan orang Jakarta, kayak logat Bali apa Nusa Tenggara kalau tidak salah mengenali, soalnya saat dengar beliau bicara, saya jadi ingat pas jalan-jalan ke Lombok.
Katanya hanya satu orang, laki-laki kisaran usia empat puluhan. Naka jadi bertanya-tanya siapa orang yang memiliki ciri-ciri tersebut? Mengecek ponselpun, dia tidak menemukan pesan aneh, atau pesan dari nomor tidak dikenal. Dan lagi, ketika ia mengecek panggilanpun, tidak ada nomor yang mengisyaratkan orang lain yang masih asing.
"Mas, ada waktu gak?"
Naka menoleh saat melihat Ibnu sudah berada di penghujung pintu ruangannya. "Gimana, Nu?"
"Aku mau berangkat liputan sekarang, jadi ikut?"
"Kamu berangkat sama siapa?"
"Yang pasti gak sama Faisal, itu bocah lagi sibuk cari konten sama Silvi."
"Oke, aku ikut kalau gitu, sekarang?"
"Iya," Ibnu mengangguk, "aku ambil tas sama ngajak Fais."
Naka mengangguk, mengambil tas kecil yang di dalamnya berisi dompet dan ponsel, Naka kemudian berjalan ke luar dari ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahara
Fanfiction[Tamat] Rahara : merujuk pada perempuan, tepatnya gadis pada usia yang sudah pantas untuk menikah. Arimbi datang ke Baku untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang diplomat, namun hidup tidak selamanya seperti yang ia inginkan ketika seorang pria...
08_Lama
Mulai dari awal