"Mau aku temenin?"

"Enggak. Aku sendiri aja."

Jeno mengangguk lalu membiarkan Siyeon masuk kedalama ruangan yang sudah disediakan.

Seorang laki-laki berambut urakan dan memakai baju khas tahanan sudah duduk dihadapan Siyeon.

"Baguslah lo disini. Ini tuh balesan buat perbuatan jahat lo selama ini."

"Maafin gue Yeon."

Siyeon hanya diam. Menatapnya datar.

"Gue udah jahat sama lo.

--Abis gue bangkrut, gue mulai nyabu. Cari tambahan jadi pengedar juga."

Hening sesaat.





"Lo kan yang udah nyakitin Jeno?"

Sunwoo menatap kearah Siyeon. Perlahan, ia mengangguk.

"Gue nggak abis pikir ya sama lo.

---Kurang baik apa Jeno? Dia udah bayar semua utang-utang gue ke lo disaat lo lagi butuh uang."

Sunwoo hanya membisu mendengar omongan Siyeon.

"Terus lo bales gini ke dia?"

"Iya gue salah." Lelaki itu menunduk.

"Kalo lo nyakitin Jeno lagi, gue nggak akan segan-segan bunuh lo."

"Lo harus perjuangin dia Yeon. Dia pantes buat lo."

"Nggak lo suruh juga gue bakal lakuin itu."

"Gue minta maaf Yeon. Maafin gue,"

Siyeon hanya diam. Lalu seorang petugas menghampiri Sunwoo.

"Maaf, jam besuk sudah habis."

Petugas tadi menggiring Sunwoo kembali ke sel tahanan.
"Yeon, maafin gue Yeon! Yeon!"

Siyeon hanya menghembuskan napasnya pelan.




















Gadis itu keluar dari sana. Jeno yang sadar pun langsung berdiri dari duduknya.

"Udah?"

Siyeon mengangguk sambil tersenyum. "Makasih ya Jen,"

Lelaki itu balas tersenyum. Lalu digenggamlah tangan kanan Siyeon.

Kemudian mereka melangkah beriringan pergi dari sana.
























"Yeon? Kok diem?" Tanya Jeno sambil mengemudikan mobilnya.

"Hm? Kenapa Jen?"

Jeno menghela napas pelan. "Kamu kenapa?"

Siyeon menggeleng. "Nggak papa kok."

"Laper nggak?"

Siyeon menoleh dengan cepat. "Iya!"

Jeno tertawa sampai bulan sabitnya muncul. "Jen, mata kamu lucu kalo lagi senyum."

"Matanya doang nih, orangnya enggak?"

"Maunya?"

"Iyalah."

Tawa mereka pun pecah setelahnya.























"Masuk, Yeon."

Siyeon mengangguk.

Mereka langsung disambut oleh kucing-kucing Jeno.

Lampu Merah | Jeno SiyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang