"Kenyang makan hati kak." Ketus Dava.

"Nanti berangkat sama kakak pake mobil ya. Kakak gak nerima penolakan!" Tegas Diva.

***

Upacara segera dimulai. Tim pelaksana upacara sudah bersiap pada posisinya masing-masing.

Diva mencari sosok adiknya, Dava karena rasa khawatir. Sudah lama ia mencari tidak menemukan juga sosok tersebut.

Ia benar-benar khawatir.

Ketika upacara berlangsung, betapa terkejutnya ia saat melihat adiknya dan beberapa temannya diseret ke depan lapangan oleh anak Osis.

Ia berfikir, apakah adiknya tidak mengikuti upacara? Setahu dirinya, ketika dirumah adiknya tidak pernah melakukan hal-hal yang membuat keluarganya kecewa.

Setelah upacara selesai, ia melihat adiknya dan teman-temannya sedang di hukum dilapangan sambil hormat kepada bendera merah putih yang tadi dikibarkan saat upacara.

Tak habis pikir dirinya melihat kelakuan adiknya jika diluar rumah. Tetapi, ia tak mempermasalahkan hal itu. Baginya wajar seorang anak lelaki remaja bertingkah laku seperti itu.

Diva melupakan sesuatu.

Ia teringat jika adiknya belum sarapan tadi. Dan lagi, papanya juga tak memberi uang jajan kepada sang adik.

"Bu saya izin ke toilet ya." Diva mengalihkan perhatian guru yang sedang mengajar dengan pergi ke toilet. Tujuannya hanya untuk memastikan adiknya baik-baik saja atau tidak.

"Jam ibu tinggal 15 menit lagi. Apa kamu tidak bisa menunggu?" Ketus bu Fina, guru Kimia.

Alhasil, mau tidak mau Diva harus menunggu jam pelajaran tersebut selesai. Ia kembali ketempat duduknya.

"Kenapa si lo? Muka lo pucet kek gitu dah." Raya, teman sebangku Diva menyadari kecemasannya.

Dengan enggan, Diva hanya menjawab dengan gelengan saja.

"Gue anter ke UKS ya. Kali aja lo gak enak badan." Sambung Raya memastukan kondisi temannya itu.

Lagi-lagi Diva menjawab hanya dengan gelengan saja.

Ketika jam pelajaran selesai, Diva langsung berlari menuju lapangan utama. Tidak ada adiknya disana. Pikirannya kacau.

Ia berlari menuju kelas adiknya. Dan hasilnya pun sama. Tidak ada sosok yang ia cari. Kemana adiknya?

Tiba-tiba ia mendapat ide untuk pergi ke UKS. Perasaanya sudah tidak enak. Ia merasa adiknya mengalami hal yang tidak ia inginkan.

Ketika tiba didepan pintu UKS, Diva melihat teman-teman adiknya. "Dava mana?" Ujarnya sambil mengatur nafas.

"Didalam kak." Sahut salah satu anak dari anak lelaki tersebut.

Tanpa banyak bicara, Diva memasuki UKS dan melihat adiknya yang sedang terpejam di salah satu ranjang yang ada diruangan itu.

"Tuh kan bener." Dumelnya.

Diva duduk disebelah ranjang tempat adiknya berbaring. Ia menatap wajah sang adik yang pucat.

Raut wajahnya berubah menjadi muram. Ada rasa cemas yang menjmpa dirinya. Ia rela bolos di jam pelajaran kedua hanya untuk menemani adiknya.

Dipegangnya tangan adiknya yang hangat. Jemarinya mengapit jemari milik adiknya. Matanya sudah berkaca. Air mata pun akan segera turun menuju pipinya.

Diluar ruangan, teman-teman Dava menyaksikan adegan kedua kakak beradik itu dengan heran. Pasalnya, teman-temannya tak ada yang mengetahui bahwa mereka berdua adalah sepasang kakak beradik.

Five Siblings !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang