Bagian 22: Ke Sekte Qinghe Nie

Mulai dari awal
                                    

Saat ini, di bawah terik panas sinar matahari siang, dahi Wei Wuxian mengeluarkan butiran keringat. Dia tampak kelelahan.

"Wei Ying?"

Wei Wuxian berhenti, menoleh padanya, "Ada apa?"

"Aku hanya tidak paham, lantaran apa kamu menyinggung orang tadi?" Lan Wangji maksudkan yang menginggung orang tadi adalah Wei Wuxian versi Patriarch Yiling. Seingatnya, Wei Wuxian tidak pernah menyembunyikan semua perbuatannya, sekalipun perbuatan yang kecil.

Wei Wuxian tertawa, "Aku tidak tahu bila HanGuang Jun begitu teliti mengingat kejadihan masa lalu. Aku mengapresiasinya."

Lan Wangji menunggunya menjawab. Wei Wuxian mengatakan, "Pada awalnya aku tidak pernah tahu lantaran apa orang tadi membenciku. Setelah melihat kenangannya melalu aray pembuka pikiran, aku baru tahu bahwa dia secara tidak langsung tersinggung olehku."

"Secara tidak langsung?"

"Ya." Wei Wuxian memandang masa lalunya dengan penuh keegoisan sendiri, bertindak tanpa pertimbangan hati-hati. Hal itu dari peperangan besar yang didominasi oleh kekuatannya membuat ayah dari orang tadi lumpuh seumur hidup. Menjadi lumpuh sebagai pembudiya memang dipandang sampah, tetapi ditambah dengan kehilangan cutlivasinya itu akan menjadi momok yang menjijikan.

Wei Wuxian tidak sadar. Sewaktu kejadihan di Bu Ye Tiang Cheng saat kehilangan kontrol cultivasi gelapnya menjadikan banyak korban berjatuhan. Kebetulan sekali orang yang barusan dihakiminya adalah kerabat jauh dari keluarga Jin Zixuan. Salah orang yang dibunuh oleh jendral hantu. Artinya semua kejadihan tidak terduga ini berasal dari dirinya.

Orang itu memperlajarinya cultivasi gelap sebagai salah satu alasan bentuk kebencian terhadap Patriarch Yiling. Alasan lain balas dendam atas musibah yang menimpah ayahnya.

"Dia tidak akan memiliki kebencian yang tinggi kecuali seseorang telah mendorongnya mencapai puncak," kata Wei Wuxian mengakhiri mengungkap siapa orang itu.

"Seseorang?" Lan Wangji mengajukan pertanyaan lain lantaran tidak puas sebelum mendengar penjelasan lebih lengkap.

"Ya. Kamu ingat, sewaktu kita bertemu di sekte Chang setelah aku selesai meruntuhkan ruang bawah tanah?"

"Ya."

Wei Wuxian menghela nafas dan menarik Lan Wangji duduk di tepian dermaga. Mereka membelakang jalan dan menatap jauh ke pertengahan dermaga teratai, "Sebelum Jiang Cheng menangkap orang tadi, orang lain lebih dahulu memasuki ruangan bawah tanah dan meninggalkan tempat dalam hitungan waktu yang sangat cepat. Aku tidak yakin apa yang dicarinya sepertinya ada hubungannya dengan peti mati yang kita temukan waktu itu."

"Siapa?"

Angin dermaga berhembus sepoi-sepoi menggemai kedua tubuh pemuda yang duduk bersanding ini. Wei Wuxian berhenti sejenak untuk merasakan kesejupan siang. Saat dia menoleh, bibirnya telah berada di depan telinga Lan Wangji dan membisikan sesuatu.

Saat dia menarik diri, Lan Wangji menoleh tercengang padanya, "Di dalamnya ada kepala manusia?"

Melihat ekspresi tercengangnya yang sangat lucu, ujung jari Wei Wuxian menusuk-nusuk pipinya dengan antusias, "Ayolah HanGuang Jun, kamu pikir aku bercultivasi di jalan lurus akan menghilangkan kemampuan lamaku?"

Lan Wangji menggeleng-geleng. Ekspresinya semakin menumbuhkan semangat Wei Wuxian untuk terus menusuknya, "Sepertinya setelah belasan tahun kita berpisah, kamu semakin peka bagaimana kehidupan lamaku. Ketika aku menyentuh peti mati itu, aku sudah menanamkan beberpa energi murni. Caranya sama saat aku menanamkan energi kegelapan ke dalam tanah. Dari hasil itu aku bisa mengetahui beberapa kepala manusia ditaruh dalam satu peti."

Dia berhenti menusuk ketika Lan Wangji mengamit jarinya dalam genggaman. Tatapannya belum terpuasan akan penjelasan ini. Pada akhirnya Wei Wuxian luluh, "Sayangnya meski aku bisa menebak beberpa kelapa dalam peti itu, tetapi aku tidak bisa menebak siapa pemilik kepala tersebut."

"HanGuang Jun?" Wei Wuxian menggeser arah duduknya. Salah satu kakinya terangkat di atas yang lain. Sorot matanya menyimpan keseriusan, "Kamu masih ingin berkelana?"

"Bagaimana denganmu?" Lan Wangji tidak menduga Wei Wuxian akan menanyakan keinginannya. Pertanyaan ini menimbulkan secuil riak yang menenangkan ombak dalam lautan jiwanya. Siapa yang tahu ilusi tidak terkirakan akan terlukis di bibirnya menjadi bayangan kesejupan bagi pandangan orang lain.

"Bagaimana denganku?" Duduk Wei Wuxian beringsut. Ada sedikit rasa tersanjung yang menggemai hulu hatinya, "Paman memintaku berkabolirasi dengan dunia cultivasi. Sebagai keponakan yang taat, aku akan mengindahkannya. Tentu saja aku akan terus berjalan selagi kaki ini mampu menanggung beban tubuh."

"Aku juga," putus Lan Wangji. Wei Wuxian tersenyum, itulah Lan Wangji yang sekarang, pengertian dan menjadi lebih ramah setelah mereka bersama.

"HanGuang Jun? Tuan Mo, Pemimpin mengundang anda berdua untuk makan siang."

Mereka menoleh, melihat seorang pelayan Jiang membungkuk hormat pada mereka. Wei Wuxian berdiri sambil memperbaiki kain pakainnya, "Terimakasih. Tolong sampaikan pada pemimpinmu, kami akan segera datang."

"Baik, Tuan."

Setelah kepegian pelayan tersebut, Wei Wuxian melihat seseorang berdiri anggun di sisinya, "Bagaimana menurutmu? Apakah terlalu buruk pelayanan sekte Jiang? Apa kamu tidak ingin mencobanya?"

"Kamu sudah memesan."

"Artinya kamu akan ikut?"

Tidak akan ada kata tolakkan dari Lan Wangji. Wei Wuxian mengiyakan ajakkan Jiang WanYin makan siang. Tidak ada gunanya menolak lantaran Wei Wuxian sendiri sudah pasti akan pergi ke sana. Tujuannya akan mengikut ke mana Wei Wuxian pergi.

Di malam harinya mereka tetap berada di sekte Yunmeng. Menginap menikmati kenangan lama yang sudah terlupakan.

Di pagi harinya setelah berpamitan dengan Jiang WanYin, mereka mengikuti siur-siur angin yang berhembus ke selatan. Tidak diprediksi sebelumnya mereka akan dibawa ke sekte Qinghe Nie.

Sekte besar ini salah satu termasyur di antara empat sekte lainnya. Setelah Nie Huisang mengambil alih tanduk kepemimpinan, perlahan-lahan rona kekuatan mulai meredup. Banyak gunjingan yang menyatakan pemimpin sekarang selalu mengatakan 'saya tidak tahu' dengan ekspresi takutya. Dari pandangan pertama, akan terlihat bahwa pemimpin sekarang tidak bisa diandalan dan tidak becus sama sekali.

Wei Wuxian juga tidak berniat menyapa si pemimpin tidak tahu itu. Selain menatap jauh ke sebuah pemakaman tua yang tersembunyi di balik sebuah gunung suram. Dia sudah mendengar tentang permakanaman ini selama menempuh perjalanan. Ada sedikit membuatnya penasaran lantaran pemakanan ini dikabarkan memiliki sejarah kelam dari seorang korban cultivasi gelap.

Sebagai seorang Patriarch Yiling baru, perkabaran ini membuatnya ingin membuktikannya secara langsung. Dia memasuki pasar terdekat bersama Lan Wangji yang tidak pernah lekang dari sisinya, selalu ada ketika dibutuhkan atau tidak.

"HanGuang Jun." Wei Wuxian menyeringai keji. Niat jahatnya sudah terbentuk sejak Lan Wangji mengenalnya sebagai teman lama. Diam-diam dia memegangi pinggang Lan Wangji dan mengarahkannya ke sekumpulan anak gadis yang sedang memainkan seni alat musik.

Suara musik itu sudah terdengar lama, tetapi lantaran mereka terlalu malas mengamati situasi sekeliling, baru sekarang sadar jika yang memainkannya adalah sekumpulkan gadis muda pencinta seni.

Wei Wuxian terlalu antusias membandingkan gadis satu dengan gadis lainnya, menimbang-nimbang mana di antara mereka yang memiliki ketetrampilan luar bisa, jika dia punya minat akan membawa salah seorang di antara yang terbaik pulang. Suaranya mendesah lembut di telinga Lan Wangji, "Coba pilih menurut hatimu mana yang paling terbaik."


--


Bersambung

[End] The Rebirth Of Patriarch YilingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang