14. Seperti Anak Sendiri

Mulai dari awal
                                    

Putra sulung keluarga Kim itu memang masih sangat penasaran dengan Irene yang mengacuhkan nya, bahkan berani membentak nya, sedangkan gadis yang lain saja tak kuasa untuk menolak kehadiran nya, Irene menatap tajam dan tak suka pada tiga pria yang ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Putra sulung keluarga Kim itu memang masih sangat penasaran dengan Irene yang mengacuhkan nya, bahkan berani membentak nya, sedangkan gadis yang lain saja tak kuasa untuk menolak kehadiran nya, Irene menatap tajam dan tak suka pada tiga pria yang berdiri sekitar tujuh meter dari hadapan Irene itu.

Putra sulung keluarga Kim itu memang masih sangat penasaran dengan Irene yang mengacuhkan nya, bahkan berani membentak nya, sedangkan gadis yang lain saja tak kuasa untuk menolak kehadiran nya, Irene menatap tajam dan tak suka pada tiga pria yang ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amber memasang wajah memelas, seolah meminta diberi waktu untuk berbicara dengan Irene, gadis itu terlanjur membenci Amber, jadi tak ada kesempatan untuknya, Rio, Rose dan Jisoo muncul dari arah parkiran mobil, dipintu samping lobby.

Rio menatap sang kekasih yang dalam situasi tak nyaman dan penuh ancaman seperti nya.

"Irene-ahh" panggil Rio tanpa mendekat, gadis dan tiga pemuda tadi langsung menoleh.

"Oppa" Irene berlari kecil dengan tersenyum sumringah menghampiri Rio, pemuda itu mengulurkan tangan kanan nya menyambut sang kekasih, Amber menghela nafas, rasanya dia ingin menghajar Rio yang selalu berhasil membuatnya mati kutu, Amber memang takut pada Rio karena dongsaeng nya itu begitu pendiam, jadi dia tak bisa menebak apa yang ada dipikiran Rio, ditambah, mereka memanglah tidak dekat sedari kecil.

"Apa mungkin mereka pacaran?" Tebak Henry dengan wajah bodoh nya.

"Ah ku pikir tidak, Rio pendiam, Irine dingin, kurasa mereka tidak cocok karena sama-sama membosankan" timpal Minho

"Tapi lihatlah, ekspresi Irene yang langsung berubah drastis ketika menatap Rio, sudah cukup menjelaskan hubungan mereka" Henry masih berusaha menebak dengan teori nya sendiri, mereka tak sadar jika Amber sudah berjalan menjauh.

Sepulang kuliah, Rio mengantar Irene dengan naik bus seperti biasa, gadis itu dengan manja nya menyandarkan kepala nya dibahu kiri Rio, sang oppa menggenggam tangan kanan Irene.

"Mengantuk huh?" Tanya Rio.

"Semalam aku tidur larut oppa, ada kuis hari ini" jawab Irene dengan mata terpejam.

"Tidurlah, nanti oppa bangunkan kalau sudah sampai" tutur Rio, ujung ibu jari yang menggenggam tangan Irene pun bergerak memberi usapan dipunggung tangan, dan gadis itu pun terlelap, Rio menempelkan pipi kirinya diatas kepala Irene, sampai di halte.

"Irene-ahh, bangunlah, kita sudah sampai" Rio menepuk kecil lutut kekasihnya agar segera terbangun.

"Aku masih mengantuk oppa" rengeknya dengan suara serak, Rio tersenyum gemas dengan suara Irene, dia pun lantas menggendong kekasihnya itu di punggung.

"Astaga" kaget Jessica melihat Rio masuk sambil menggendong putri nya yang tertidur, dia merasa khawatir.

"Dia kelelahan belajar eomma" jelas Rio, dia lalu merebahkan Irene di sofa depan tv, Jessica ke kamar mengambil selimut untuk sang putri, Rio mengusap lalu mencium kepala gadis nya, sebelum pamit pulang.

"Makan dulu ne?" Tawar Jessica.

"Tidak, terima kasih eomma, mommy sudah menunggu di rumah" tolak Rio

"Rio pamit ne" ucap nya.

"Ne, hati-hati dijalan boy" pesan Jessica.

"Ne eomma" sahut Rio.

#TBC

Bukan Salah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang