***
Gudang yang tadinya berantakan tidak terawat, disulap menjadi tempat ternyaman untuk markas anggota Devhells. Diruangan itu terdapat sofa, kursi, dapur, dan juga tempat tidur untuk mereka merencanakan rencana saat di sekolah. Namun, hanya anggota inti saja yang sering mengunjungi markas. Selain itu, ada Nanda yang akhir-akhir ini lebih suka menghabiskan waktu di markas. Nanda satu angkatan dengan mereka, hanya beda kelas dan jurusan. Jika mereka ada di jurusan IPS maka Nanda di jurusan IPA. Aiden dan Arfan mengangguk-anggukan kepalanya mengimbangi musik DJ di ponsel Aiden. Mulutnya sibuk mengunyah kacang goreng beserta kuaci.
Disampingnya ada Rafa dan juga Nanda saling beradu bacot bermain game online. Kedua cowok itu terus mengumpat dan menyalahkan satu sama lain. Lain halnya dengan Arlez dan Abijar memilih tidur di kasur yang sudah disediakan Arlez. Bukan, tepatnya hanya Abijar saja yang tidur, Arlez menatap atap menerawang yang ada dipikirannya. Sementara Darell, cowok itu masih setia dengan layar ponselnya untuk memata-matai Fersya.
"Lo itu kenapa sih, Nan? Gua perhatiin lo selalu ngelamun enggak jelas. Gua curiga, lo kaya gitu pasti gara-gara cewek. Iya, kan?" Aiden melirik Nanda lewat ekor matanya.
Nanda menoleh sebentar. "Andai lo yang ada di posisi gua pasti bakalan gini, Den." Nanda menjawab dengan hembusan napasnya.
"Emang masalah apa yang bikin lo sampai hampir gila kaya gini?" Aiden bertanya kembali.
"Menurut lo, LDR apa yang paling berat?" tanya Nanda dengan mata terpejam.
"Bagi gua, LDR yang paling berat itu LDR perasaan." Aiden tertawa kecil dengan ucapannya.
Nanda tersenyum kecut. "Itu masih bisa di atur. Enggak kaya gue, gue sama dia beda keyakinan. Enggak akan pernah bersatu." Nanda tersenyum getir.
Aiden tertawa. "Cewek mana yang bikin lo bucin setengah mampus! Kenalin dong sama gue, siapa tahu gua bisa bantu."
"Nanti juga dia bakalan ke sini, gua udah panggil dia." Nanda berucap pelan bersamaan dengan seorang gadis yang muncul dari pintu yang memang tidak di kunci. Nanda sudah berulang kali mengajaknya ke markas, hanya saja Aiden tidak pernah bertemu langsung dengan gadis itu.
Aiden menatap penampilan gadis itu dari atas hingga bawah. Gadis bertubuh mungil dengan rambut pendek nya yang di kepang kuda terlihat begitu manis, dan juga imut. Tanpa sadar, Aiden tersenyum melihatnya, tangannya memegang dadanya yang terasa berdebar kencang, tepat saat netra gadis itu bertemu dengan dirinya.
"Eh ada Aileen." Arfan cengengesan tidak jelas. Bibirnya bersiul kecil menggoda Nanda yang menatapnya malas. "Di apelin pacar tercintanya tuh. Widih, bawa apaan tuh?" Arfan melirik tepat tangan Aileen yang membawa sesuatu di plastik hitam.
Aileen menunduk malu. "Aku bawa makanan buat kalian. Tadi malam, aku nyoba bikin kue, maklum kalau rasanya agak aneh," cicit Aileen lalu membuka bungkusan itu dan meletakannya di piring yang ada di sana.
Tanpa disuruh, mereka mengambil langsung kue itu lalu melahpanya. "Ini mah enak banget! Udah cantik pinter masak lagi, idaman gak sih?" Rafa berujar dengan mulut penuhnya.
"Lo beruntung dapetin dia." Aiden bersuara pelan menatap Nanda yang tersenyum kecil.
"Kapan-kapan gua mau lo jadi tutor Aihara. Biar dia bisa masak, enggak jadi beban keluarga aja bisanya," ucap Arlez seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Brengsek
Teen Fiction"Kakak brengsek!" "Iya emang gue brengsek! Gue bangsat! Dan gue bejat! Puas lo!" *** Arlezero Lintang Akbar, cowok tampan dengan sejuta pesona menyimpan sisi iblis tersembunyi. Sikapnya yang selalu bangsat dan suka semena-mena semakin membuat Arfist...
6. Kesal
Mulai dari awal