Lalu Sean membuka pintu itu. Saat dibuka ia langsung disambut oleh angin sejuk yang menerpa rambut coklat Lily. Dan jangan lupakan juga view indah dari tempat itu. Bagaimana bisa ia yang merupakan anak pemilik sekolah tidak tahu jika sekolah ini memiliki rooftop yang lebih indah dari taman apapun.
Lamunan Lily buyar saat Sean menarik tangan Lily masuk kedalamnya. Lily menarik napas dalam menikmati sejuknya angin pagi dirooftop ini. Lily berjalan mengikuti Sean didepannya menuju gazebo.
"So?" Tanya Lily setelah mereka duduk digazebo itu.
Sean memusatkan pandangannya kearah Lily yang sedang menanti ceritanya. Sean menghela napas pelan. Ok, inilah saatnya ia menceritakan apa yang terjadi pada tujuh tahun lalu pada Lily.
"Setelah gue pulang main dari rumah lo, gue pulang kerumah. Tapi entah kenapa rumah itu udah bener-bener kosong tanpa barang. Ngeliat itu, gue tanya dong sama pembantu kesayangan gue, bi Ina. Tapi Bi Ina cuma senyum sambil bilang enggak tau ke gue. Terus, enggak lama orang tua gue pulang kerumah langsung nyeret gue pergi dari rumah itu tanpa bilang apa-apa. Disitu gue berontak gue bener-bener gak mau pindah dari rumah itu, karena gue udah nyaman punya teman dekat kaya lo yang mau temanin gue walaupun sikap gue yang- lo tau lah. Tapi ucapan gue gak didengerin sama mereka, dan ya akhirnya gue pergi tanpa pamit ke lo." Jelas Sean seraya menatap Lily dengan mata sendunya.
Lily sempat melihat Sean menatapnya sendu sampai detik berikutnya kembali merubah mukanya menjadi datar. "Kenapa lo gak inisiatif pinjam hp orang tua lo gitu, buat kirim pesan ke gue?" Tanya Lily masih belum puas.
Sean nenundukkan kepalanya dalam seakan tidak ingin memperlihatkan wajah sedihnya pada Lily. Setelahnya ia kembali menatap Lily arti yang berbeda. Seandainya lo tau...
"Maaf.."
Lily menatap Sean sebentar lalu berjalan pergi meninggalkannya. Saat tangannya menyentuh pintu keluar, Sean kembali menahan pergelangan tangannya.
"Seandainya dulu gue bisa pinjam handphone orang tua gue atau mencari cara lain, pasti gue udah lakuin, Ale." Ucap Sean sebelum berjalan pergi meninggalkan Lily yang mencerna ucapannya.
Lily menatap Sean bingung, dia kenapa?
Setelahnya Lily keluar dari rooftop itu berjalan menuju.. mana saja yang penting tidak untuk menuju kelasnya. Karena saat ini pasti dikelasnya sudah mulai pembelajaran apalagi yang ngajar kali ini guru fisika yang terkenal kiler itu, huh!
Jangan kira Lily berjalan dengan santai tanpa takut kepergok, kalian salah besar pasalnya sekarang ia sedang berjalan mengendap-endap seperti maling. Dan asal kalian tahu Lily bukan anak bandal yang terbiasa bolos seperti ini. Ini adalah kali pertamanya ia membolos pelajaran seperti ini. Bayangkan gimana gugupnya sekarang ia.
Tubuh Lily menegang ketika ada tangan yang menyentuh bahunya. Shit! dia siapa sih.. udah tau gue lagi panik malah ditambahin. Lily mencoba membalikkan tubuhnya dengan keringat dingin. Gimana kalo yang dibelakangnya guru bk? Atau guru yang sedang mengajar dikelasnya saat ini? Tidak, tidak jangan sampai.
Lily membalikkan tubuhnya dengan mata tertutup agar ia tidak langsung melihat tatapan seram orang yang memergokinya. Please.. semoga keberuntungan lagi berpihak padanya kali ini.
"Ly, kamu kenapa merem gitu, hm?" Seketika Lily membuka matanya saat mendengar suara yang sangat dikenalnya. Lalu setelahnya ia menghela napas lega saat permohonannya dikabulkan. Ternyata keberuntungan sedang berpihak padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean Alistair | On Going
Teen FictionA boy who never felt happiness in his life until she's came and changed his life He is Sean Alistair. 'Dulu gue selalu menyalahkan Tuhan atas takdir yang Dia berikan. Tapi sekarang gue sadar Tuhan gak pernah salah. Tuhan menciptakan takdir gue seper...
15- Empty heart
Mulai dari awal