"Njaa ayok jalan kok malah diem." gerutu Pelangi kepada Senja.
Senja sontak langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata, disetiap perjalanan tidak ada satupun yang mengeluarkan suara. Pelangi sedang tidak ingin bicara ia fokus menatap jendela melihat mobil dan motor. Sedangkan Violla ia memojokan dirinya ke samping ia juga fokus ke jendela menatap pemandangan sekitar. Lalu Senja, Senja fokus menyetir ia menoleh ke samping—Pelangi. Lalu mengalihkan pemandangannya ke spion atasnya, terlihat juga Violla yang sama seperti dilakukan oleh Pelangi.
Ada apa dengan keduanya?
Lampu lalu lintas sudah berwarna hijau, Senja langsung melaju mobilnya. Perjalanan yang dibawa oleh Senja sekarang adalah arah jalan pulang menuju rumah Pelangi. Pelangi yang tersadar pun membenarkan posisi duduknya lalu menatap Senja yang masih fokus menyetir ke depan.
"Kenapa ga kerumah Violla dulu?" tanya Pelangi pelan.
Senja menoleh tatapannya tidak ke arah Pelangi melainkan masih fokus ke depan. "Gabisa soalnya ga searah, makanya nganter kamu dulu biar langsung searah." Pelangi menghela napas kasar mendengar penjelasan Senja.
Yah, kalau gini berarti nanti mereka bakal berduaan dong. Batin Pelangi gelisah ia menyenderkan kepalanya ke kaca jendela pikiran dan hatinya sedang tidak sinkron.
Bagi Violla penjelasan yang dilontarkan oleh Senja tadi mampu membuat Violla kembali tersenyum, Senja tidak sengaja menatap Violla dari spion atasnya namun senyuman Violla langsung terukir lebar membuat Senja yang langsung melihatnya ikut tersenyum juga walaupun tidak terlalu kelihatan, tapi sungguh Senja tersenyum kecil.
Wajah Senja yang tadinya terus menatap ke spion atas sontak langsung menatap ke depan dengan ekspresi datar saat Pelangi tiba-tiba menoleh kearahnya.
"Oh, yaudah Nja kalau gitu." balas Pelangi, ia lupa jika tadi ia belum menjawab ucapan Senja tadi.
•••
Rumah Pelangi sudah terlihat, mobil Senja berhenti didepan halaman rumah Pelangi. Pelangi membuka sealt bealtnya yang sudah bersiap-siap untuk turun dari mobil.
"Makasih ya, Nja." ucap Pelangi tersenyum tipis. Senja mengangguk pelan.
"Violla? duluan ya." tanpa menunggu balasan Violla, Pelangi sudah keluar dari mobil Senja.
Pelangi tidak langsung masuk ke dalam rumah ia melihat mobil Senja yang sudah melaju, Entah sekarang Pelangi takut ia merasa nanti suatu saat Senja akan berubah.
Seorang menepuk bahu Pelangi dari belakang, namun saat Pelangi menoleh seorang yang tadi menepuknya menghilang, Pelangi menoleh lagi ke kiri ternyata orang yang tadi menepuknya adalah Zefan.
Plak !
Pelangi menghadap belakang lalu menabok lengan Zefan pelan. "Ish Zefan, ga dimana-mana pasti ada kamu! Bosen tau." Zefan hanya terkekeh dengan senyuman jahilnya.
"Kenapa sih muka dicemberutin mulu," ujar Zefan sambil menunggu Pelangi menjelaskannya.
"Gapapa, aku mau mandi dulu ya, Zefan juga belum mandi kan? Sono mandi udah kecium baunya sampai sini." ejek Pelangi yang langsung tertawa sambil berlari kecil memasuki rumahnya, Zefan sontak langsung mencium bajunya, benar memang ia belum mandi tapi ia merasa tubuhnya tidak ada bau ketiak atau bau kecut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Pelangi ✔
Teen Fiction[ selesai ] Kala sang Senja membutuhkan banyak warna untuk menghapus jejak awan gelap dihidupnya, semesta mempertemukannya kepada Pelangi, gadis ceria penyuka langit sore. ©Bungaluv-2020 ♡
Seharusnya.. √
Mulai dari awal