Zahra memeluk adiknya. Di sisi lain ia ingin pulang ke Indonesia. Tapi di sisi lain juga ia tak ingin meninggalkan keluarganya.
"Zahra," panggil Omar pelan. Ia bisa merasakan perasaan Zahra sekarang ini. Mungkin saja sekarang Zahra akan menangis.
"Aku harus apa sekarang?" tanya Zahra lirih.
Omar hanya diam tak menjawab. Jika ia di posisi Zahra, ia pasti juga tidak bisa memilih untuk tetap di sini atau harus pergi meninggalkan makam keluarganya. Walaupun jika kuburan keluarganya dipindahkan ke Indonesia. Tetapi Zahra tak cukup banyak uang. Untuk bekerja di sini saja susah. Bagaimana bisa mencari uang?!
Zaenab berjalan menghampiri Zahra lalu memeluknya.
"Hana gak mau ninggalin mereka," isak Hana.
"Kakak juga, Dek," sahut Zahra.
Zaenab melepaskan pelukannya. Kini ia tengah mengatakan sesuatu melalui gerakan tangannya.
Omar menghela napasnya. "Kata Zaenab, gak usah buru-buru juga untuk pulang ke Indonesia."
Zahra mengangguk pelan. Ia menghapus air matanya. Zahra menatap Hana yang ikut menghapus air matanya.
Zahra tersenyum kecil. Lalu ia menatap Omar. "Aku mau pergi keluar bentar. Sendirian. Kalian di sini aja dan jagain Hana."
Omar mengangguk pelan. "Tapi kau mau ke mana?"
Zahra berdiri. Ia tak menjawab pertanyaan dari Omar. "Aku pergi bentar. Aku usahain, sebelum azan asar, aku akan segera pulang."
Omar hanya mengangguk pelan.
"Tapi, Kak ..." sahut Hana yang kini kakaknya sudah pergi keluar dari rumah.
***
"Assalamualaikum, Ibu, Ayah, Kakak ...."
"Kalian tahu? Zahra selalu merindukan kalian."
"Zahra rindu pelukan dari kalian."
"Zahra rindu semuanya."
Kini Zahra berada di pemakaman. Ia duduk sambil memegang nisan ibunya.
"Kalian pasti juga tahu, kalau barang-barang kita semua ditemukan oleh polisi."
"Kak Fatimah pasti senang juga, kan?"
Zahra menghela napasnya panjang. Kini ia tak kuat untuk menahan air matanya yang segera siap keluar kapan saja.
"Zahra sayang kalian," lirih Zahra.
"Zahra gak mau pulang ke Indonesia! Zahra dan Hana akan tetap di sini."
"Zahra gak mau ninggalin kalian. Zahra sayang kalian! Hiks ...."
"Zahra gak mau ninggalin kalian ...."
Zahra menutup matanya. Ia masih memeluk nisan ibunya itu. Rasanya ia sangat kelelahan, oleh sebab itu ia menutup matanya walau masih menangis dalam diam.
***
"Aku di mana ...."
Zahra berjalan pelan menelusuri bunga-bunga berwarna putih itu.
Zahra melihat ke berbagai arah. Apakah ini mimpi? Bahkan pakaian yang ia pakai semua berwarna putih.
Zahra masih berjalan hingga kini ia berada di sebuah air terjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerudung Zahra
SpiritualIni tentang kekeluargaan, persahabatan, pertemanan, pertemuan, dan juga perpisahan. Sebuah kisah remaja yang kerjanya hanya suka membantah, keras kepala, tepatnya ... sifatnya yang jauh dari kata baik. Pada suatu hari, Zahra beserta keluarganya berk...
PART 12
Mulai dari awal