Pak Hamzah menggeleng tak mengerti, mengapa anak walinya tak ada satupun berniat untuk menjawab. Hanya satu orang, selain Thafa yang biasa menjawab pertanyaannya, yah Faris. Pak Hamzah yang sebelumnya menatap Hanif, kini menatap Faris yang duduk disebelah Hanif.
Namun ternyata, Faris tertidur. Dengan kesal, Pak Hamzah berdiri dari duduknya, lalu menghampiri bangku Faris.
Pak Hamzah bersedekap dengan tatapan mata yang tajam dihadapan Faris yang masih tertidur. Semua pandangan mata tertuju padanya. Melihat hal itu, sontak membuat Hanif berusaha membangunkan Faris.
"Ris, Faris? Bangun!" Ucap Hanif sedikit berbisik.
"Faris, Bangun!"
Faris yang merasa terganggu, akhirnya bangun. "Kenapa sih Lo? Ganggu Gue tidur aja." Dengus Faris mengucek matanya menghadap Hanif, sedangkan Hanif berusaha mengode Faris bahwa pak Hamzah ada di dekatnya.
"Oh, jadi sedari tadi saya menjelaskan, kamu malah tidur?" Geram Pak Hamzah.
Kaget? Tentu saja Iya. Itu yang dirasakan Faris saat ini.
"Eh Bapak?" Cengirnya.
"Cepat jawab pertanyaan saya tadi yang kedua!"
"Yang kedua? Hm, Dua anak lebih baik?" Jawabnya dengan tampang tak berdosa.
"Hahahaha!!" Gelegar Tawa menghiasi ruangan.
"Dua anak lebih baik, emang kamu kira saya itu ngajar program KB?" Gertak Pak Hamzah. "Makanya kalau guru menjelaskan itu didengar! Bukannya malah molor."
"Maaf pak. Saya tidur karena saya bosan dengan materi yang itu-itu saja, Pak." Tampiknya menggaruk kepala. "Pak, boleh tidak kalo hari ini kita main Games aja?" Lanjutnya.
"Ap-" belum sempat Pak Hamzah melanjutkan perkataannya, dering telepon dari saku celananya menghentikan ucapannya.
Dengan segera pak Hamzah mengangkatnya, "Bener pak? Alhamdulillah, makasih pak." Pak Hamzah menutup ponselnya.
"Oke, karena hari ini arisan saya naik dan saya lagi bahagia, maka untuk hari ini, saya setuju dengan usulan Faris."
"Horeeee." Teriak seisi kelas.
"Bapak memang wali kelas terbaik." Puji Faris mengacungkan jempol.
"Cepat umumkan cara main dan persyaratannya, sebelum saya berubah fikiran." Gumam Pak Hamzah kembali ke meja guru.
Dengan segera Faris melangkah ke depan, menjelaskan peraturannya.
"Jadi gini, tim dibagi jadi dua kelompok, tim cowok dan tim cewek. Peraturannya, salah satu perwakilan salah satu tim membuat soal seputar matematika, dan menunjuk perwakilan tim lain untuk menjawab soal yang diberikan. Jika tidak bisa menjawab dan menolak untuk menjawab, maka tim pemberi soal yang dapat nilai. Begitupun sebaliknya, bagaimana? Paham?" Jelas Faris yang diangguki semuanya.
"Oke, saya yang mulai duluan." Gumam Faris, menuliskan soal yang dibuatnya, di papan tulis.
Gambarkan grafik dari penyelesaian soal dibawah ini!
(X²+y²-1) - x² y³=0
"Baik, saya menunjuk Thafa."
"Lah, kok Gue? Yang lain aja!" Thafa menolak, karena merasa kesakitan di bagian perut dan pinggul belakangnya.
"Nolak? Yaudah, berarti tim Lo kalah."
Pak Hamzah hanya mengamati.
"Thafa, ayo dong Thafa. Nanti tim kita kalah." Bujuk salah satu siswi yang duduk di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilemma ✓
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Jika orangtuaku tidak menginginkanku dan kamu ternyata bukan milikku, lantas atas tujuan apa kakiku berpijak di bumi? Karena sepertinya, langitlah yang lebih menginginkanku dan tanahlah yang akan tulus mendekapku. ~ Startin...
08| Grafik love
Mulai dari awal