The Thirty Ninth Piece

Mulai dari awal
                                    

Tiba-tiba, Oaujun teringat kembali percakapannya dengan mama Fiat saat mengantar cowok itu pulang ke rumahnya beberapa hari yang lalu.

“Yang ada di pikiranku di awal perpisahan papa dan mama adalah papaku yang paling jahat, dia telah membiarkan mama pergi dan membuatnya melupakan kami. Tapi ternyata, papa adalah sosok yang paling bertanggung jawab. Bisa tetap mencintai satu orang seumur hidupnya. Padahal, papa dulu orangnya cukup populer lho, ada beberapa orang yang sepertinya tertarik sama papa, tapi dia malah nolak dan bilang kalau dia sudah puas dengan pernikahannya yang dulu.”

Fiat tersenyum tipis, saat ingatan terakhirnya bersama sang papa kembali terputar di memori otaknya. Satu-satunya alasan yang membuatnya tetap kuat dalam menjalani kehidupan selama ini adalah motivasi dari sang papa. Fiat ingin membuat keinginan papanya dimana anaknya bisa sukses bisa terwujud.

Cowok itu lalu membuang napasnya pelan. Entah kenapa ada perasaan lega yang tiba-tiba dirasakannya, setelah menceritakan betapa baiknya sang papa pada orang lain. Karena selama ini, Fiat memang tak tahu ingin mengatakannya kepada siapa. Selain Krist, tentunya.

“Wah, kamu keren banget, Fiat. Kecil-kecil sudah bisa mandiri.” hanya itu yang bisa diloloskan Oaujun melalui bibirnya. Untuk sedikit memberi penghiburan akan kenangan menyakitkan milik Fiat.

“Kamu sama sekali tidak pandai untuk menghibur.”

Dikomentari dengan nada datar begitu, membuat Oaujun mendelik sebal. Namun, tersenyum saat melihat jika cowok itu sudah terkekeh kecil setelah melihat ekspresinya. “Biasanya, hiburan yang aku kasih untuk orang yang kusayang adalah dengan ciuman. Memangnya kamu mau?”

Mata Fiat langsung membelalak lebar, kemudian berganti tajam saat mencerna kalimat pertama itu. “Dasar mesum!”

Oaujun tertawa puas. “Ini baru Fiat yang aku kenal. Marah-marah emang cocok banget buat kamu, deh. Jadi tambah imut dan lucu aja gitu.”

Sadar kalau Oaujun sedang mengerjainya, membuat Fiat menyentil pelan kening cowok itu, yang langsung meringis keras. “Kamu suka banget sih, ah. Melakukan kekerasan dalam dunia perpacaran. Beneran aku cium, nih.”

Sekali lagi, Oaujun tertawa. Lalu ketika tawanya sudah mereda, cowok itu bertanya sambil kembali menyandarkan punggungnya. “Terus sepupuku si Namtarn itu, tahu?”

Kening Fiat mengernyit saat mendengar nama yang tidak dia sangka itu malah ditanyakan oleh Oaujun.

“Dia pasti tahu banget soal kamu, kan?”

Sebelah alis Fiat terangkat. “Kami tidak sedekat itu, kok. Yah, meskipun kami berpacaran, baik aku maupun Namtarn tidak terlalu ambil pusing dengan kehidupan pribadi masing-masing.”

Oaujun tersenyum licik, di pikirannya sudah tak terhitung ada berapa banyak kalimat yang isinya adalah penghinaan pada Namtarn, karena dia yang berada satu tingkat di atas cewek itu.

“Kamu kenapa? Keracunan makanan? Senyum-senyum aneh, begitu.”

Oaujun mendengus keras. Ia lalu mengangkat tangannya untuk mengacak-acak rambut Fiat. “Jahat banget doain pacarnya begitu.” cibirnya, tapi dengan bibir tersenyum.

Fiat sontak berteriak kesal. Bibirnya sibuk menggerutu sambil merapikan rambut. “Kalau kamu?”

“Aku kenapa?”

“Kamu tadi kan sempat bilang, kalau Papa kamu yang sekarang itu, sebenarnya bukan papa kandung kamu,” ucap Fiat, sambil kembali ikut bersandar. Seolah memberi ruang bagi Oaujun untuk memilih apakah bercerita atau tidak.

“Oh, itu.” Oaujun bergumam pelan. Lalu mengulum bibirnya sesaat. “Papa tinggalin mama waktu aku masih umur satu setengah tahun.” ucapnya, membuka cerita.

Piece Of Heaven [Oaujun X Fiat] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang