"Kak Vano kenapa? Sakit banget ya kak tangannya?"
Arga meletakan baskom dengan handuk kecil di dalamnya. Dia tergesa menaiki ranjang lalu menggenggam tangan panas Vano. Arga tidak ingin kembali merasakan kehilangan sosok kakak. Entah getar dari mana, Arga memeluk Vano. Menyalurkan kerinduan yang selama ini di pendam untuk seseorang yang tak akan pernah bisa di gapai.
"Sakitnya udah Arga marahin kok biar pergi, pasti sebentar lagi pergi." Ucapnya bangga seolah dia adalah pahlawan yang telah berhasil mengusir monster jahat yang bersemayam di tubuh Vano.
•••
Viktor bahkan tidak bisa menelan satu suap makanan pun setelah salah seorang suruhannya mengatakan bahwa keberadaan Vano sama sekali tidak terlacak.
Sepertinya Vano sudah berhasil membangkitkan rasa penyesalan yang selalu dia tampik. Jalan satu-satunya untuk menemukan Vano adalah menghubungi sahabat yang kini menjadi musuh dan akan terus seperti itu, Aldeo Zitao.
Berulang kali Viktor menghubungi. Mulai dari mengirim pesan dan menelponnya. Bahkan Viktor sudah bertandang ke kediaman Aldeo. Nihil, Aldeo seperti sengaja menghindar.
"Sialan!!"
Viktor menggebrak meja. Perasaaannya bertempur hebat, dia harus melakukan sesuatu untuk menemukan Vano. Kini apa yang selama ini Viktor khawatir kan pada dirinya sendiri menjadi kenyataan. Yaitu tentang rasa yang amat besar dia sematkan pada Vano.
•••
Telinganya menyadari suara tangisan wanita yang menusuk dada. Seseorang menangis memeluknya. Menangis, benar-benar menangis. Pelukannya hangat sekali, bahkan Emily dulu tidak pernah memeluknya seperti ini.
"Vano." Gumam wanita dengan paras yang tak lagi muda, tapi air mukanya masihlah tampak bercahaya. Wanita itu mengurai pelukannya pada Vano.
Wanita itu tertegun, robekan besar berhasil tercipta setelah Vano mengajukan permintaan kecilnya.
"Peluk lagi boleh?" Ucap Vano parau dan sarat akan luka. Bahkan mata Vano sampai berkaca-kaca. Jadi ini rasanya di dekap oleh seorang Ibu?
Wanita itu memeluk, mengucap beberapa kata yang mampu mengguncang kewarasan Vano dan membuka paksa luka lama yang pernah dia kubur dengan penuh air mata.
"Vano, ini Ibu. Yumna, Ibu kandung kamu. Maafin Ibu, Vano." Ungkap Yumna dengan derai dan getar yang menyelimuti.
Kedua mata bulat Vano menatap kosong, ini seperti sesuatu yang sama sekali tidak nyata. Setelah terusir dari rumah ayah kandungnya sendiri kini Vano terdampar di rumah Ibu kandungnya. Kemana Ibunya selama ini? Kenapa baru sekarang memeluknya dan menyalurkan kekuatan.
"Vano, ini Ibu. Orang yang mengejar kamu waktu itu. Sampai akhirnya kita mengalami kecelakaan."
Kepala Vano mendadak sakit ketika Yumna membahas perihal kecelakaan.
Yumna memeluk Vano erat sekali. Kata rindu saja tidak cukup untuk menampung semua yang dia pendam di hatinya. Yumna ingin bersua Vano sejak dulu. Namun Adhipura mengancam, bila Yumna berani mengunjungi Vano maka nyawa Vano yang akan jadi taruhannya.
Dan terbukti, kecelakaan itu jelas saja di sengaja. Siapa lagi pelakunya bila bukan Adhipura.
Vano tidak menangis bahkan kini dia bingung harus bereaksi seperti apa.
Mata yang mulanya menatap kosong, kini Vano pejamkan. Menikmati tusukan tak kasat mata yang mulai menyerbu dadanya.
"Maafin Ibu, Vano. Ibu nggak bisa lakuin apa-apa buat kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth ✓
Teen Fiction[Follow dulu baru baca] TAMAT Hiraeth memiliki arti yang sangat indah, yaitu kata yang menggabungkan rasa kerinduan, nostalgia, dan rasa ingin pulang ke rumah. Ini semacam kerinduan akan seseorang, tempat, dan waktu, yang tidak bisa diputar kembali...
Bab 34. Terbukanya kenyataan baru
Mulai dari awal