Fatima menggelengkan kepala. “Dia cuma sendiri aja didalam. Kalau ada istri, pasti udah ditemani lah sama istrinya.”

“Pasti dia udah punya calon istri,” ucap Clara lagi. Gadis itu menatap kenop pintu yang masih dipegang oleh tangan Fatima.

“Mudah-mudahan aja belum. Ayo masuk,” ajak Fatima bersemangat. "Kita juga harus kembali ke kantor sebelum Pak Revino nyuruh kita balik," ucapnya berbisik.

Dengan kaki yang menghentak kesal, Clara mengikuti Fatima dengan Helen yang berada dibelakangnya. Beberapa pasang mata yang ada didalam seketika menoleh kepada ketiga gadis itu. Hani yang lebih dulu tersenyum kepada Clara langsung dibalas dengan senyuman oleh gadis itu.

“Kenapa lama, Ra? Ponsel kamu bahkan tertinggal disini,” tanya Kaivan yang membuat perhatian Clara teralihkan dari teman-teman kantornya yang sedang berbincang dengan Revino kepada laki-laki itu. “Apa terjadi sesuatu?”

Clara menggelengkan kepala sebelum berjalan mendekati Kaivan. “Tadi dibantu Ibu sama Mama untuk buat ini. Kamu gak mau makan makanan rumah sakit, jadi tadi buat ini dulu. Menunya sama seperti menu untuk makan siang tadi, tapi rasanya pasti lebih enak ini.”

Kaivan tersenyum lega. Laki-laki itu pikir terjadi sesuatu kepada Clara. Hingga dia sempat menghubungi Cika yang tidak mengangkat panggilan darinya. “Tadi jadi sekalian cek keadaan Papa?” tanya Kaivan lagi. Tangan laki-laki itu bergerak mengambil tisu yang ada diatas lemari.

Tatapan Clara beralih ke meja untuk meletakkan makanan yang dibawa nya. “Papa baik-baik aja, Mas. Mama gak bisa kesini bukan karena terjadi sesuatu sama Papa. Tapi keduanya memang lagi diskusi sama Ayah dan Ibu tentang masalah itu.”

“Kenapa Mama sama Papa tidak tunggu aku pulang dulu?” tanya Kaivan kecewa.

Harusnya yang menjelaskan tentang masalah yang sudah diketahui kebenaran itu kepada keluarga Clara adalah dirinya. Dan untuk kesekian kalinya, Kaivan terlihat seakan tidak berbuat apa-apa.

Clara yang menyelesaikan masalahnya, lalu Deri yang menemani Bayu dikantor tadi untuk mengembalikan nama baik Kaivan. Dan sekarang Papa dan Mama nya lah yang bergerak untuk berbicara dengan keluarga Clara.

Clara menyandarkan lututnya ke pinggiran tempat tidur dengan tubuh yang sedikit menunduk. “Jangan mikir yang aneh-aneh deh, Mas,” tegur Clara. “Lebih cepat keluargaku tau kan lebih baik, Mas. Biar setelah kamu keluar dari rumah sakit, kita bisa mulai persiapan. Setidaknya tadi aku sempat dengar tanggal pernikahan kita gak akan diundur,” ucap Clara berbisik. Gadis itu tersenyum senang sambil menaik turunkan alisnya.

Kaivan terkekeh. Tangan laki-laki itu menarik dua helai tisu dan mengusapkan ke kening Clara yang berkeringat. “Kamu tidak jadi mandi ya? Kenapa berkeringat begini?”

Clara melirik Helen dan Fatima yang kini sedang melototkan matanya. Sementara Hani menatap Clara dengan tatapan penasaran. “Aku mandi kok, Mas. Memang cuaca aja yang benar-benar panas. Mau makan sekarang?”

“Nanti saja. Karena makanan rumah sakit tidak aku makan, tadi di kasih bubur sebagai gantinya.”

“Habis?” tanya Clara. Kaivan menganggukkan kepala yang membuat Clara reflek mengacungkan jempol kanannya. “Bentar ya Mas.”

Kaivan memperhatikan Clara yang berjalan memutari tempat tidur dan menuju kearah pasien laki-laki yang baru masuk beberapa saat yang lalu. Kaivan menatap Clara dengan heran ketika gadis itu menyapa beberapa orang yang ada disana. Apa Clara mengenal mereka?

“Padahal kira-kira dua jam yang lalu kita bertemu, tapi saya tidak menyangka melihat Bapak disini. Bagaimana keadaan Bapak?” tanya Clara kepada Revino. Laki-laki itu duduk sambil menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang dengan bantuan bantal.

Welcome My Love [Tamat]Where stories live. Discover now