24 • ILY QUEEN •

Mulai dari awal
                                    

Kini dia tengah terbaring dengan tubuh yang dimiringkan karena luka pada punggungnya yang telah diperban, hidungnya tertempel sebuah selang untuk membantunya bernafas karena terlalu lama menghirup debu, punggung tangan kirinya yang tertancap jarum infus yang Alena tak tahu cairan apa yang masuk kedalam tubuhnya.

Ruangan ini kosong, tak ada siapapun yang menunggunya tapi itu lebih baik daripada mendengar omelan dan kata kasar dari mulut keluarganya. Entah sudah berapa jam Alena tertidur atau bisa dikatakam pingsan, tak ada jendela diruangan ini sehingga Alena tak tahu ini siang atau malam tapi melihat ruangan ini. Alena tak merasa seperti didalam ruangan salah satu rumah sakit karena kemewahan nya bak hotel bintang lima jika tak melihat alat kesehatan yang ada didalam ruangan ini.

Alena merasa tak mungkin keluarganya sudi membiayai ruang rawat semewah ini apalagi untuknya, tetapi melihat kehadiran seseorang yang memakai kemeja putih yang kancingnya dibiarkan begitu saja membuat dada bidangnya terekpose begitu saja dan dipadukan dengan jeans membuatnya tahu jika pria itulah yang membiayai semuanya.

Siapa lagi jika bukan Theo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa lagi jika bukan Theo.

"Kau sudah bangun? " pertanyaan itu tak dijawab oleh Alena karena menurutnya itu adalah pertanyaan bodoh, lagipula jikapun dia menjawab suaranya tak akan terdengar.

Theo mendekati ranjang yang ditiduri oleh Alena dan duduk berhadapan dikursi yang ada disamping ranjang, tangannya terulur untuk mengelus kepala Alena dengan lembut.

"Seharusnya aku tak membiarkanmu bersama mereka. " sesalnya.

"Aku tak tahu akan separah ini. " imbuh Theo menatap punggung Alena yang hanya terbaluti oleh perban tanpa tertutupi kain.

"Tapi tenang saja, mereka tak akan menyakitimu lagi. " ucap Theo bermaksud menenangkan Alena.

Alena menatap Theo dengan penuh tanya seolah mengatakan 'apa maksudmu? '

"Aku sudah melaporkan kakekmu kepada pihak berwajib dengan kasus penganiayaan. " mata Alena membulat terkejut namun sedetik kemudian raut wajahnya kembali normal.

"Sebenarnya ini rencanaku, aku tau dia akan menyiksamu jadi aku harus membiarkannya melakukannya padamu agar aku mempunyai bukti yang kuat untuk menuntutnya. " jelas Theo.

"Dia kakekku, Theo. " lirih Alena.

"Aku hanya ingin memberinya pelajaran, dia harus menyadari bahwa jamannya dengan jaman sekarang itu berbeda. " balas Theo.

"Terima kasih. " lirih Alena lagi, menatap Theo dengan senyum kecilnya karena sobek dikedua sudut bibirnya membuatnya tak bisa tersenyum dengan lebar.

Tok.. Tok.. Tok...

Pintu terbuka, disana menampilkan satu dokter wanita dengan dua perawat dibelakangnya tengah tersenyum menyapa Alena dan Theo.

"Kami ingin mengecek kondisi pasien juga mengganti perban di punggungnya. "

Theo mengangguk dan dengan inisiatif, diapun keluar dari ruangan membiarkan ketiga wanita itu melakukan tugasnya.

"Apa ada yang sakit? " tanya dokter itu pada Alena.

"Punggungku sedikit nyeri. " jawab Alena dengan suara pelan.

"Obat penghilang rasa sakitnya sepertinya sudah mulai habis, kami akan menyuntikannya lagi. "

Seorang suster menyuntikkan sebuah cairan kedalam infus sehingga rasa sakit yang tadi Alena rasakan menghilang, mereka pun mulai membuka perban dan kembali membaluti punggung Alena dengan perban yang baru setelah memberikan obat pada punggungnya sedangkan satu suster mengobati sudut bibirnya.

Setelah selesai, mereka pun pamit dan pergi dari ruangan. Theo pun kembali masuk dan menempati tempat yang tadi dia tempati, tangannya kembali terulur dan mengusap lengan kiri Alena dengan lembut.

"Aku marah saat mendengar bahwa kau kembali kabur. "

"Harusnya aku memberimu hukuman tapi setelah melihatmu, rencana itu hilang dan tergantikan dengan lega saat melihatmu ternyata baik-baik saja. "

"Sebulan ini kau sukses membuatku frustasi dengan kepergianmu, bahkan untuk bercukur saja aku tak sempat karena terlalu larut dengan kepergianmu dan cara untuk menemukanmu. " tangan Alena terulur ke rahang tegas milik Theo yang sudah ditumbuhi bulu halus disana, sehingga penampilannya terlihat lebih dewasa.

"Maaf. " entah kenapa Alena merasa bersalah pada pria dihadapannya.

"Jika kau ingin pergi, bilang padaku agar kita bisa pergi bersama. "

"Setidaknya dengan itu tak membuatku frustasi dan kita bisa terus bersama. "

"I love you, Queen. "




♛♛♛





Yeaa double up..
Seneng gak?
Mau lagi? Eitss komen duluu..

Part nya agak dikit yahh, maaf.

See you next, guys!!


Salam saya,
lemamelia19

[Bandung, 4 November 2020]



Find me and follow my Instagram:
@Krist.Amelia19

YES, I WILL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang