"Cukup Perth.. Dia sudah pergi... " Tin mengusap pundak Perth pelan setelah ia di izinkan oleh seorang perawat agar menenangkan Perth didalam sana.

"Hiks dia meninggalkan aku tin hiks hiks.. Dia menghukum ku dengan caranya hiks... Hiks.. Hiks.. Kenapa dia tidak memberikan satu kesempatan untuk ku menebus semuanya hiks... Hiks.. Kenapa..? " Tidak tidak bisa menjawab ucapan serta pertanyaan Perth karena memang ia tidak memiliki jawaban atas semua itu.

"Kuatlah.. Di sini tidak hanya kau yang kehilangan kawan.. Ada nana dan si kecil ae.. Sadarlah mereka membutuhkan mu.. " Perth menatap tin sesaat lalu mengusap air mata nya, karena apa yang tin katakan benar, tidak hanya dirinya yang di tinggalkan tapi ada dua malaikat kecil yang masih membutuhkan banyak perhatian juga menjadi korban keegoisan nya.

Setelah suster dan beberapa perawat mulai membersihkan Pete, tin dan Perth di minta agar keluar dari ruang oprasi karena Pete sebentar lagi akan di kremasi karena pemakanan akan di lakukan hari itu juga.








"DADDY..?!DADDY..?! MOMMA MANA...NANA INGIN BERTEMU MOMMA...?!"Teriak nana saat Perth dan tin keluar dari ruang oprasi.

Tin membeku tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana penuh dengan tagisan nana, sementara kekuatan Perth kembali diuji saat melihat air mata sang anak saat menayakan keadaan ibunya.

"Daddy momma mana hiks hiks... ?!" Can hanya bisa mengusap pucuk kepala nana lembut sembari menatap kehancuran dari wajah suaminya dan Perth bergantian.

"Apa yang terjadi tin..? " Tanya can penasaran Melihat mata sembab Perth dari tadi.

"Hiks hiks.. Apa momma sudah pergi beristirahat daddy hiks hiks..? Apa...Momma sudah meninggalkan nana hiks hiks..? " Isak nana memeluk tin erat sembari terus menangis.

Air mata Perth yang tadi ia tahan akhirnya kembali tumpah saat melihat ratapan pilu sang anak yang telah mengetahui semuanya.

"Kemari sayang... " Bujuk Perth mencoba meraih nana agar mau memeluk nya, tapi sayang gadis kecil itu menggeleng kecil tanda dia menolaknya.

Disini Perth benar-benar merasa dirinya tidak berguna bahkan ia tidak merasa dirinya seperti penjahat di mata anaknya sendiri, Perth tidak mampu menahan tungkai kakinya lebih lama karena lemas terlalu banyak beban yang mendera nya hari ini.

"Hiks.. Poppa minta maaf sayang.. Poppa benar-benar minta maaf.. Poppa yang bersalah hiks maaf... " Isak Perth tertunduk menyesal saat nana menolak nya.

"Nana tidak boleh seperti ini sayang.. Kau lihat poppa begitu menyayangi mu.. " Bujuk can mencoba menasehati nana, meski ia menyimpan banyak kemarahan pada Perth tapi kini ia melihat dengan jelas dari keterpurukan Pria itu jutaan penyesalan setelah hukuman yang ia dapat.

Nana menatap sang ayah yang terus menangis tertunduk, ia mengusap sisa air matanya saat ingat pesan sang ibu padanya tadi malam.

"Poppa..? " Perth mengangkat kepala nya saat nana telah berdiri tepat di hadapan nya Seraya mengusap air mata yang terus mengalir di pipi nya.

"Hiks.. Hiks.. Maaf nak.. Poppa minta maaf sayang.. " Perth memeluk nana erat menumpahkan rasa sesal nya setelah  yang telah terjadi dan apa yang ia lakukan selama ini pada anak dan istrinya.

"Nana sudah memaafkan poppa.. Jadi poppa jangan menangis na.. " Bujuk nana lembut sembari terus mengusap air mata sang ayah yang terus mengalir tanpa henti.

Perth memperhatikan dari wajah manis anaknya begitu banyak kekuatan di sana, ia tidak menyangka didikan istrinya bisa mengubah sosok gadis sekecil nana bisa bersikap dewasa seperti ini.

"Momma meminta kita agar selalu kuat poppa.. " Tambah nana hingga Perth sadar saat ini malaikat nya ini tengah memberikan semagat untuk nya.

"Emmb nana  benar.. Kita harus kuat... " Sesal Perth menahan tangis nya agar tidak lagi tumpah hadapan nana.






Setelah Perth cukup tenang para dokter dan perawat mendorong keluar ranjang di mana jasad Pete yang akan di bawa ke ruang kremasi.

"Tunggu suster..? " Cegat can menghampiri ranjang tersebut bersamaan dengan mereka yang ada di sana.
Dengan berlahan can membuka penutup jenazah Pete hingga bagian wajah nya terlihat.
Can tidak mampu menatap lama ia memalingkan wajah nya kearah lain karena air mata nya telah menggenag dengan cepat saat memandang nya.

"Poppa nana ingin melihat momma.. " Pinta nana agar Perth mau menggendong nya, dengan sekuat tenaga Perth bertahan saat ia berdiri di samping ranjang di mana Pete terbaring tanpa nyawa, tapi di sana nana sangat tenag ia sama sekali tidak menangis seperti tadi.

"Momma pasti sudah bahagia di sana.. Ya kan poppa..? " Pertanyaan nana benar-benar membuat perasaan Perth terpukul mendengar nya.

"Yah... Nana benar.. "

"Momma semakin manis.. " Perth ikut memperhatikan wajah damai istri tersayangnya sembari membelai pipinya lembut.

"Emm.. Nana benar momma selalu manis.. " Nana memeluk Perth erat lalu mencium pipinya.

"Sekarang poppa harus kuat na.. Poppa harus janji... " Perth tidak bisa menolak permintaan gadis kecil nya dengan pelan Perth menggaguk menyetujui.

Setelah mereka puas melihat jasad Pete para petugas membawa nya keruang kremasi.

Nana dengan senyum nya menatap seorang perawat lain yang mendorong ranjang inkubator bayi.

"Nong ae....???" Seru nana dengan bahagia nya saat perawat itu mengerti lalu berhenti tepat di hadapan nya.

"Namanya ae manis..? " Balas perawat itu membukakan penutup inkubator itu agar nana dan yang lain bisa melihat dengan jelas bayi kecil tersebut.

"Emmb.. Momma yang memberikan nama.. Bagus kan poppa..? " Perth mengangguk kecil meski ia tidak lagi menangis tapi hati nya seakan-akan di sayat sembilu saat melihat kedua anaknya akan hidup tanpa seorang ibu.

"Apa poppa boleh menambahkan nama belakang untuk ae sayang..? "Pinta ae sembari memperhatikan bayi kecil tanpa dosa itu.

"Tentu.. " Girang nana, sementara can dan tin hanya mampu menatap haru, mereka tidak menyangka jika Perth berubah di saat seperti ini bahkan sikap nya sangat sama seperti sebelum ia pergi ke cina.

"Hay bayi tampan.. Mulai sekarang namamu AE TANAPON..na.." Nana tersenyum dengan senang karena nama belakang sang adik sama seperti nya.

"Kau senang melihat nong ae sayang... " Sambung can ikut bahagia meski mereka sama-sama berduka.

"Emmb.. Sangat senang mommy... " Can tidak bisa memungkiri hati nya ikut bahagia saat Perth kembali seperti ini pada nana.

"Nana mulai sekarang harus tinggal bersama poppa na.. " Nana terdiam seketika saat mendengar permintaan sang ayah.

"Tidak.. Nana akan tinggal bersama mommy can poppa... " Can melihat kesenduan di mata Perth saat nana menolak nya.

"Kenapa sayang.. Apa nana masih takut pada poppa..? " Nana hanya menggeleng kecil, tapi can dan tin di sini tahu kenapa nana menolak keinginan Perth.

"Nana dengar kan mommy na.. Mommy dan daddy memang menyayangimu sayang... Tapi di sini poppa mu lebih berhak atas mu.. Bukan kah nana selalu ingin berkumpul bersama poppa..? " Can mencoba mengerti kan nana dan mengingatkan gadis kecil itu atas apa keinginan terbesarnya selama ini.

"Emm.. Nana tahu mommy tapi nana takut.. " Perth mengerti apa yang nana takut kan.

"Poppa berjanji sayang.. Poppa tidak akan membiarkan hal itu kembali terulang.. " Nana menatap Perth lekat ia mencoba mempercayai ucapan sang ayah.

"Janji na... "

"Tentu sayang.. Poppa berjanji.. Poppa akan menjaga kalian.. " Nana dengan manis mengangguk pelan menuruti keinginan sang ayah.

Sore itu juga Pete di makamkan bahkan bayi Jean sengaja Perth satu Liangkan bersama Pete agar ia bisa mengenang orang-orang yang ia kasihi, pemakaman di hadiri beberapa teman mereka karena memang Perth maupun Pete tidak memiliki keluarga di sana selain can dan Tin.
Setelah pemakaman selesai Perth membawa nana pulang kerumah nya agar gadis kecil nya itu bisa istirahat sementara ae masih membutuhkan banyak penanganan lebih lanjut mengingat usia kelahiran ae belum cukup usia.

𝘖𝘯𝘦 𝘊𝘩𝘢𝘯𝘤𝘩 ( Pinson) Mpreg (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang