Nyatanya besok dan besoknya lagi, Yoongi tetap tidak bisa menemani Jimin bermain sepulang sekolah seperti biasanya. Bahkan seminggu kemudian pun juga masih seperti itu.

"Hali ini juga belum bisa main?" tanya Jimin harap-harap cemas. Sudah seminggu ini, Jimin absen bermain dengan Hyung kesayangan, dia juga tidak menunggu lagi di ayunan kuning. Jimin berdiri di sampingku bersiap-siap untuk pulang, sementara Yoongi mendatangi kami berdua.

Yoongi menggeleng lesu. "Belum, Chim. Hyung nya masih belum selesai."

"Hwun tu belajal apa sih?" Nada suara Jimin agak meninggi, tidak bisa mengontrol emosinya.

"Belum bisa beritahu Chim. Nanti kalau sudah selesai, Chim bisa lihat." Untungnya yang lebih tua masih cukup sabar.

"Ugh, Hwun jahat. Sudah da mau main sama Chim telus da mau bilan bikin apa. Hwun da sayan Chim," Jimin menarik tanganku bergegas menuju mobil kami.

Yoongi mengulurkan tangan, sepertinya akan meraih tangan sahabatnya, tapi tidak jadi. "Nanti Chim tahu sendiri," lirihnya.

Aku mengikuti saja arah tarikan tangan Jimin, "Jangan begitu, Chim. Kasihan Yoonie."

"Tapi kan, Chim penen main sama Yoonie hwun. Sekarang Hwun sibuk telus, mainnya sama teman sekelasnya telus. Da mau main sama Chim." Anak itu berjalan cepat sambil menghentak.

"Chim kan bisa main sama Kookie dan Taetae," aku mencoba menghiburnya.

"Beda, Ma. Chim bisa main sama Taetae dan Kookie di kelas. Kalau sama Yoonie hwun kan cuma bisa waktu pulan sekolah," Jimin mengeluh sambil memajukan bibir.

"Habis bagaimana dong, masa Yoonie hwun tidak boleh belajar?"

"Boleh, kok," tukasnya.

"Terus kenapa Chim cemberut?"

"Da, Chim da cembelut," Dia tetap berkeras tidak mau melihatku.

"Itu bibirnya maju ke depan. Sama sekali tidak mau senyum."

"Senyum. Ini senyum," akhirnya Jimin berpaling melihatku sambil berusaha menarik ujung bibirnya.

"Mana? Mama tidak kelihatan," aku semakin memancing.

"Nih, gini. Mama puas kan?" Jimin memperlebar tarikan bibirnya, tapi senyumnya masih belum ikhlas.

"Belum. Paman kumis makan kismis, anak manis jangan meringis," kataku berpantun ala-ala.

"Mama apaan sih," akhirnya anak itu tertawa kecil.

"Nah, gitu dong. Sekarang siapa yang mau es krim pisang?" Kami sampai di samping mobilku.

"Mau. Mau. Chim mau es klim pisan," eye smile nya kembali lagi.

"Sip. Kita beli es krim pisang." Aku membantu Jimin naik ke car seat nya.

" Aku membantu Jimin naik ke car seat nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(The Story Of) Chim And YoonieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang