23 - Conversation

Mulai dari awal
                                    

"Takdir."

Jungkook maupun Namjoon terkekeh. Konyol sekali, pikir Jungkook.

"Apa? Takdirmu bertemu denganku? Secara disengaja?"

"Akan ada waktunya kau berbicara jujur dengan kami. Maaf Taehyung, aku tidak bermaksud menghancurkan apa yang telah kalian bangun. Tolong kau juga harus profesional dalam hal ini. Nyawa Jungkook dalam genggaman mereka."

Taehyung diam, lagi-lagi ia tak menanggapi kalimat Namjoon. Terlampau benar kalimat Namjoon itu. Ia harus profesional dalam hal ini. Nyawa adiknya di tangan musuh. Ia tidak tahu kapan akan direbutnya nyawa itu. Ingin saja ia pulang dan membicarakan hal ini berdua dengan Sooyoung. Memastikan bahwa apa yang ia katakan pada Sooyoung benar-benar gadis itu tepati.

"Aku menyuruhnya untuk tetap menjadi tuan putri yang penurut untuk pamannya. Aku tidak membeli dia sama sekali. Kalian jangan salah paham dulu. Dia menjalankan tugas dari pamannya," urai Taehyung menjelaskan hal yang sama sekali tidak ia ketahui.

"Benar." Taehyung mendesah lega saat Sooyoung membenarkan. Ia pikir hal itu akan mustahil barangkali Tuan Park tahu rencana yang sedang mereka buat. Padahal ia tak tahu sama sekali tentang utusan itu.

"Jika sudah tahu, apa kau tidak berniat membagikan pada kita? Sebegitu pentingkah Sooyoung di matamu?" 

Taehyung tertohok kalimat Namjoon. Taehyung sudah seperti orang bodoh. Membela dengan tidak berdasar pada kenyataan. Namjoon sudah seperti Yoongi saja. Jika ada Yoongi disini, mungkin ia akan menjadi bulan-bulanannya. Yoongi tidak kenal rem dalam hal sarkasnya. 

Tidak hanya Taehyung yang merasa tergetar hatinya, Sooyoung lebih merasakan hal itu. Ia takut apa yang akan Taehyung jawab tidak sesuai dengan bayangannya. Ia tahu bahwa Taehyung tidak akan bisa memilih kendati dirinya dan Taehyung sudah berada di ambang pintu kebahagiaan menuju pernikahan.

"Tidak, aku tidak tahu. Hanya menebak," elak Taehyung. Namjoon mencoba percaya dengan apa yang dikatakan Taehyung.

"Bisakah kau katakan saja, Sooyoung-ssi?" tanya Jungkook yang mirip dengan penekanan. "Daripada berbelit-belit begini. Katakan tujuanmu," lanjutnya.

"Katakan pula mengapa kau tidak memilih Jungkook menjadi pendamping hidupmu melainkan Taehyung?" hardik Namjoon. Bukan Sooyoung yang terkejut kali ini. Taehyung dan Jungkook menanyakan apa arti dari kalimat Namjoon. Kedua pasang mata itu seperti ingin mengadili Namjoon. Apa saja yang Namjoon tahu namun tidak diberitahukan kepada semuanya?

"Sederhana, karena aku mencintai Taehyung."

"Benarkah?" Namjoon menatap jelaga Sooyoung tanpa menghiraukan dua pasang mata yang sedang menghakiminya.

"Aku mencoba menuruti apa yang pamanku suruh. Seperti apa yang dikatakan Taehyung. Aku menuruti Taehyung berarti aku menuruti kalian 'kan?"

"Tidak," tegas Namjoon. "Lihatlah, kau mengalihkan pembicaraan. Seharusnya kau katakan saja apa yang tidak ingin kau katakan. Aku bukan pemaksa."

"Kau pemaksa," tampik Sooyoung. Ia terkekeh setelahnya. "Aku bersungguh-sungguh dengan kalimatku. Jika aku berniat membunuh Jieun, sama saja aku ingin mengakhiri kisah cintaku dengan Taehyung."

"Begitu? Bagaimana jika kau berhasil membunuh Jieun lalu mengambil hati Jungkook?" tukas Namjoon. 

Jungkook penasaran apa yang sebenarnya Namjoon pikirkan. Lain kali ia harus bicara empat mata dengan pemuda cerdas itu. Sangat ingin mengetahui apa yang sedang terjadi tentang perasaan. Mengapa Namjoon terus saja menyebutkan seolah-olah Sooyoung mencintainya. Namun, ia tak boleh goyah. Cintanya untuk Jieun tak tersingkirkan walau sedikitpun. Masih berambisi untuk menaklukkan Jieun sepenuhnya.

Sweet But Psycho [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang