CHAPTER 18 Kesalahan

Mulai dari awal
                                    

       Namun Anya tidak tahu, mengapa Rain memilih pergi. Padahal, dia bisa saja mendapatkannya.

       Kemudian Rayland menyorot Anya dengan tatapan aneh dan sama sekali tidak ia pahami. Itu adalah kali pertama Rayland menatapnya demikian, terlalu langkah sampai dia tidak bisa menjelaskan seberapa rumit tatapan pria itu kepadanya. Ini adalah segala bentuk kesialan yang dia terima, termasuk ketampanan suaminya sendiri; membuatnya jatuh berulang kali, sekalipun dia tahu itu sia-sia.

    "Anya?"

     Ketika bibir indah pria itu bergerak menyebut namanya, Anya tidak bisa memikirkan apapun selain rasa asing yang membelenggunya. Ini tidak nyata! Pikirnya. Tanpa bisa dicegah air matanya lolos begitu saja, lantas dengan sigap pria itu menghapusnya dengan ibu jarinya.

      Rasanya seperti mimpi saat netra cokelatnya berhasil menangkap momen langka, Rayland tersenyum sembari menatapnya, ini terlalu tidak biasa. Bahkan saat pria itu berkata, "kita pulang, Dear!" Anya sama sekali tidak mengerti maksudnya.

     Dia merasa berhalusinasi.

     Dan__

     Semua seolah terjadi begitu cepat, dan Anya sama sekali tidak menyadari bagaimana Rayland membawanya pergi dari sana. Membawanya pulang ke mansion, yang katanya, adalah tempat yang paling aman untuknya--saat ini.

         Lalu orang pertama yang memeluknya saat tiba--pagi harinya, adalah Tania, wanita itu menangis sembari mendekapnya dengan pelukan hangat yang sialnya sangat Anya rindukan. Pelukan ke ibuan yang benar-benar dia inginkan. Terlalu terbawa suasana haru, Anya lagi-lagi tidak bisa membendung tangisnya. Dibalasnya pelukan Tania, menyalurkan perasaannya yang terpendam.

     "Aku pulang, Kak." Tania mengangguk dan lelehan air matanya kian turun semakin deras. Momen ini tentu mengingatkannya pada masa lalu, "yah, sekarang kamu aman," balasnya menenangkan.

    Ketika pelukan itu terlepas, Anya sungguh tidak menyangka jika dirinya akan disambut baik oleh keluarga Adiptara. Semua penghuni mansion menungguinya di halaman depan mansion besar tersebut, tidak terkecuali para pelayan.

     Kalau saja dalam keadaan biasa dan normal, ia pasti sudah tertawa menyaksikan bagaimana Ramlan Ady Adiptara mengusap ujung matanya dengan gerakan cepat, menggunakan punggung tangan, seolah tidak ingin terlihat.

     Bahwa mertuanya--sedang menangis.

     Mengapa ini jadi begitu konyol.

      Rasanya Anya sudah terlalu banyak terkejut pagi ini. Tidak hanya perlakuan Rayland pun sambutan penuh haru untuknya dari keluarga Adiptara. Gadis itu kembali dikejutkan sesaat setelah sosok pemuda yang hanya terdiam sejak Anya tiba di mansion, ikut mendekapnya dengan kuat. Dia tidak bisa berpikir dengan baik saat Rendi dengan cepat menyambutnya dengan sebuah pelukan--'selamat datang kembali'--yang manis.

     Anya tercengang kemudian, ketika Rendi berbisik, "aku minta maaf," katanya pelan. Memejamkan mata pemuda itu melanjutkan, "itu yang terakhir kali aku meninggalkanmu. Aku janji."

    Anya tertegun, sebab__

     Orang pertama yang akan Anya maki adalah pemuda yang saat ini mendekapnya, setelah tahu rupanya Rendi sempat melihatnya waktu itu. Tetapi, bagaimana telinganya dengan jelas menangkap permintaan maaf yang tulus keluar dari bibir pemuda angkuh itu. Anya tidak kuasa untuk memaafkan. Toh, dia ada di sini sekarang. Kendati melupakan masa sulitnya di belakang tidak semudah membalikkan telapak tangan.

      Namun, Anya merasa Rendi patut di maafkan pun diberi kesempatan.

Anya tersenyum, lantas mengusap punggung tegap Rendi,

Adiptara Family's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang