14 ~ The other girl is being an Eve

Mulai dari awal
                                    

Dai membuka mulut, membulat, lalu bertepuk tangan. "Tepat sekali! hebat! Memang orang dewasa itu pemikirannya luar biasa ya? Aku jadi tidak sabar ingin segera menjadi dewasa!"

"Lalu apa mau kalian?" tanya Kayo frontal. Ia memberanikan diri mengadu tatapan pada pria di depan pintu. "Bisa jelaskan?"

"Kuserahkan semuanya padamu, Dai." Pria itu memilih 'kabur' daripada menjawab pertanyaan Kayo. Ia pun menutup pintu tanpa ada tanda-tanda menguncinya.

"Ah, dasar Ares~ tidak mau direpotkan! Padahal semua pekerjaan ini membuatnya repot!" ujar Dai riang. "Hmm, mau dijelaskan dari mana ya?"

"Kalau begitu, dimulai dari pertanyaanku. Kenapa kamu menyerang Minori-chan?" Kayo merasa bicara secara gamblang dengan Dai lebih mudah daripada pria tadi. Mungkin karena lawan bicaranya lebih muda, ia bisa bersikap tenang.

"Oh, aku tidak menyerangnya. Jangan salah sangka. Saat itu aku meyakinkan bahwa ia Eve-ku atau bukan."

"Eve?" Alis mata Kayo naik, pertanda ia tidak mengerti.

Dai duduk di sampingnya. "Eve! Pasanganku! Pengantinku!"

"Pengantin???" Kayo semakin tidak mengerti apa yang dibicarakan Dai. Kedua matanya membola menatap Dai yang terkekeh tidak karuan.

"Dengan adanya Eve, aku bisa menguasai dunia!" Dai menaikkan tangan kanan ke depan seakan dirinya tengah menggenggam dunia yang dibicarakannya. Bola matanya melirik Kayo yang tengah memasang ekspresi bingung. Ia kembali terkekeh. "Dari dalam tubuh Eve ada sebuah senjata yang sangat keren dan hanya aku saja yang bisa menariknya dari dalam tubuh Eve."

Kayo mulai ingat bagaimana sesuatu itu ditarik begitu kasar dari dalam tubuhnya. Dai melakukan sesuatu di luar nalar, tapi ia tidak bisa mengingat kejadian lalu sepenuhnya. "Saat itu...."

"Ya, saat itu!" jawab Dai bersemangat. "Aku hampir saja dapat menggenggam void-nya, tapi neechan malah menggangguku. Tapi-tapi, tidak kusangka void neechan sangat bermanfaat! Neechan juga tidak langsung mati setelah void-nya kukeluarkan!"

Mulut Kayo menganga, matanya pun ikut melebar. Berarti saat itu aku hampir mati?

"Ares bilang neechan dapat bertahan dari virus karena terkena darah saat tanganku yang terluka masuk ke dada neechan untuk mengambil void."

Kayo segera memeluk diri, menjauhi Dai. Tubuhnya meremang ketika Dai mengatakan 'masuk ke dada neechan'.

Dai tertawa begitu keras melihat reaksi Kayo. "Bu-bukan itu... hahaha...." Ia tertawa terbahak-bahak dengan tangan kanan memegang perut sementara tangan kiri menepuk-nepuk paha sendiri. "Kau takut dadamu kuremas?"

"Hei!" Spontan Kayo menampar lengan Dai keras-keras. "Mesum!" Ia kembali memeluk diri, tepatnya menutupi dada dengan kedua lengan. "Awas saja kalau kau lakukan!"

"Sayang sekali! Padahal aku sudah melihat seluruh tubuhmu!"

"Apa??" Wajah Kayo seketika merah padam. Ia ingat, memorinya begitu lekat kala dirinya ada di dalam tabung air, di luar sana ada Dai yang selalu memandangi tubuhnya. "Kurang ajar!!" Kayo memukuli lengan Dai berkali-kali tanpa ampun.

Anak laki-laki itu tetap tertawa, tidak begitu kesal akan perlakuan Kayo. Justru reaksi gadis itu yang sangat ia tunggu. Setelah lengan kirinya sudah merasa sakit, ia segera menangkap kedua pergelangan tangan Kayo, menatap gadis itu lekat-lekat.

"Hei, aku punya tawaran. Aku tak akan mengincar lagi sahabatmu dengan catatan kau yang menggantikan perannya untukku."

Kayo terpegun. "Menjadi... Eve?"

Dai mengangguk. "Menjadi pasanganku."

"Kau bercanda, kan, tentang menguasai dunia?"

"Bagaimana? Ide yang luar biasa, bukan? Aku akan menjadi raja, dan kaulah ratunya. Ratu sejagad raya."

Kayo merasakan seluruh tubuhnya memanas. Ada pancaran aneh begitu menatap lekat kedua mata Dai. Percikan dalam dadanya kembali bergumul, begitu sakit, begitu menyenangkan, bercampur aduk. Anak laki-laki di hadapannya terbilang muda, tapi mengapa bisa bicara layaknya seorang pria. 'Dasar anak laki-laki ini! Belajar dari mana kalimat menggoda anak perempuan sampai sejauh ini?'

Dai melepaskan kedua tangan Kayo, diganti dengan tangan kiri merayap di punggung gadis itu, dan tangan kanan siap menarik void. Mata mereka saling berhadapan, begitu dekat, begitu intim. "Pastikan kau berguna untukku," ujarnya tidak lagi mengulur waktu.

Kayo terpedaya. Ia menyerahkan tubuh begitu saja. Ia dapat merasakan tangan Dai menembus tubuhnya, bahkan ke isi hatinya. Gadis itu meringis pelan ketika tangan itu berhasil meraih sesuatu dalam tubuhnya. "Pelan-pelan," bisiknya memohon.

Perlahan dan pasti void Kayo pun ditarik keluar. Void itu membentuk tameng yang lebih besar dan bersinar dari sebelumnya. Gadis itu tidak kehilangan kesadaran, hanya tubuhnya lemas, rela dipeluk erat oleh anak laki-laki yang lebih muda darinya.

"Keren," gumam Dai dengan mata berkilau-kilau. "Bahkan setelah void diambil, tubuhmu tidak terjangkit virus! Inilah yang kutunggu!" Namun semangatnya kembali pudar. "Tapi... tetap saja tameng bukanlah senjata. Kenapa bentuk void-mu tameng? Apa yang tengah kau lindungi?"

Kayo tidak mampu menjawab, hanya saja bulir-bulir mulai merembes dari pelupuk matanya. Ia tahu mengapa void-nya berbentuk tameng—meski ia tidak mengerti apa itu void—karena memang ada sesuatu yang tengah ia lindungi—bukan, tepatnya menyembunyikan sesuatu.

Saat void dikembalikan, gadis itu kembali pingsan. Dalam tidur ia bermimpi dan menegaskan bahwa dirinya juga pantas bahagia. Alasan itulah yang membuatnya memutuskan masuk klub lari, karena ia ingin lari dari kenyataan. Karena ia ingin bahagia, ia tidak rela membiarkan sumber kebahagiaannya, dua sahabat yang begitu berharga, dalam kesulitan.

Bibir gadis itu bergerak, ia tengah mengigau. Dai yang awalnya mengembalikan posisi tidur Kayo ke dalam selimut pun mendekatkan telinga ke bibirnya, mencuri pendengaran. Sayup-sayup suaranya terdengar, "Aku saja... akan kubahagiakan.... Pilih aku saja...."

Dai menyeringai, pun mengelus puncak kepala Kayo. "Maaf ya, sebelum berjanji aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu. Kau hanyalah tameng, tapi aku lebih memilih senjata. Tapi bagaimana pun kalian berdua akan menjadi alat yang sangat berguna untukku. Pancinglah sahabatmu ke sini, Miyoshi Kayo-chan."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Guilty Crown: The Righthand of Eve ~She's the Queen~ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang