56. Teror Pertama

Mulai dari awal
                                    

"Ya udah kak, ulangin lagi. Ntar Riri bakal pura-pura malu deh," cengir Riri.

"Mana bisa gitu, Ri."

Riri mengetuk-ketukan jari telunjuknya di dagu. "Lagian Riri ngga mau dibilang lucu, ih!"

"Kenapa?" Alis Danis terangkat sebelah.

"Kemaren tetangga Riri dibilang lucu besoknya meninggal."

"Kok bisa?"

"Asmanya kambuh."

Danis mendengus pelan. "Ya itu karena penyakit, Ri. Bukan karena dibilang lucu."

"Btw lo sama Gala beneran putus?"

Wajah Riri yang tadinya terlihat ceria. Tiba-tiba berubah cemberut. Entah kenapa pembasahan tentang Gala selalu berhasil membuatnya sedih.

Riri menunduk dengan tangannya yang memilin ujung dress. "Gala minta break dulu. Tapi bagi Riri itu sama aja kaya putus. Riri ngga tau. Gala itu sayang ngga sih sama Riri?"

Gadis bermata bulat itu mendongak. Tangan mungilnya bergerak mengusap sudut matanya yang berair.

Riri menatap Danis dengan mata yang mengerjap beberapa kali. Kemudian bertanya. "Menurut kak Danis. Kalo cowok minta break dulu. Itu tandanya apa?"

"Em...menurut gue mungkin dia lagi di fase kurang nyaman sama hubungan ini. Makanya dia minta break dulu, buat cari tau apa yang perlu dibenahi."

"Gala ngga nyaman sama Riri?" sedih Riri.

"Bukan gitu, Ri. Tapi lebih ke kurang nyaman atau merasa ada yang janggal aja. Menurut gue dia sayang banget kok sama lo."

"Gala cemburu tau sama kak Danis."

Bibir Riri mencebik ke bawah. Mata bulatnya masih fokus menatap Danis yang sedang menyetir. "Emang kak Danis suka ya sama Riri? Kak Danis pengen Riri jadi pacar kak Danis?"

Astaga Riri. Tidak tahukah gadis itu, kalau pertanyaannya barusan membuat jantung Danis berdegup lebih kencang.

Danis menelan ludahnya kasar. Sedikit berdehem untuk menetralkan suara. Cowok bermata agak kecoklatan itu berusaha menjawab dengan santai. "Gue anggep lo kaya adek gue sendiri, Ri."

"Tuh kannn!!! Gala yang sok tau."

"Emang bilang apa?"

"Bilang kalo kak Danis suka Riri."

Tersenyum lebar. Tangan Danis terulur untuk mengusap puncak kepala Riri. "Salah paham aja dia. Gue cuma anggep lo adek. Gue sayang ke lo sebagai adek aja, Ri. Ngga lebih kok."

******

Bugh

Bugh

Bugh

"Bangsat! Lo yang udah nampar cewek gue, 'kan?!"

"Anjing lo!" Gala menendang kepala Bima tanpa perasaan.

"Udah, Gal, udah," sergah Akbar saat Gala hendak menginjak kepala Bima.

"Bajingan! Beraninya sama cewek!" sentak Gala meludahi wajah Bima.

"Kalo lo dendam sama gue. Cari gue! Jangan cewek gue yang lo buat sasaran! Anjing!"

"Udah, Bar, Ham lo urus dia. Biar gue tenangin Gala." Alan menarik Gala ke belakang. Sedikit agak menjauh dari Bima yang sudah ambruk di tanah.

Dengan patuh Akbar dan Ilham bergerak maju untuk membawa Bima pergi dari lorong gelap ini. Tempat Gala menghajar Bima habis-habisan.

"Mending kita balik," saran Alan menepuk pundak Gala. "Takutnya temen-temennya Bima dateng lebih banyak dari kita."

MY CHILDISH GIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang