Dan cukup bikin gue penasaran, sejujurnya.

"Lo, udah lama jadi guru ya?" tanya gue sambil fokus nyetir.

"Belum, baru 4 tahun."

"Langsung PNS?" tanya gue lagi.

"Enggaklah. Pernah jadi honorer juga,"

Gue ber-oh panjang sebelum akhirnya tanya lagi ke dia, "Lo jadi guru karena ngikutin kemauan orangtua, atau karena emang kemauan lo sendiri?"

Sashi memiringkan kepalanya, kelihatan tertarik sama pertanyaan gue sekaligus lempar tatapan yang kalo gue terjemahin dari mimik mukanya itu menyebutkan serius lo mau tau?

"Karena kemauan sendiri. Mungkin karena tiap hari saya lihat ibu saya ngajar, dulu. Tapi lambat laun, dan setelah melewati masa-masa menjadi objek pembelajaran. Saya pengen juga mengubah posisi menjadi sumber belajar buat orang lain," jelasnya. Ini adalah kalimat paling panjang yang Sashi ucapkan selama gue mengenal dia dan ngobrol sama dia.

"Why?" tanya gue.

"Kenapa apanya?"

Gue tersenyum,"Kenapa lo memilih karir yang tujuan akhirnya malah buat orang lain? Kenapa gak milih karir yang bisa buat mengembangkan diri lo sendiri dan punya jenjang karir yang lebih menjamin masa depan lo?" balas gue.

Sashi diam sejenak, yang bikin gue deg-degan. Takut aja kalo pertanyaan gue menyinggung perasaan dia. Tapi, lagi-lagi Sashi menunjukkan bahwa dia bukan tipe cewek yang mudah dibaca isi kepalanya. Sashi malah tersenyum nanggepin pertanyaan gue barusan. Asli. Lama-lama di dalam mobil, berduaan sama dia gue bisa diabetes.

Senyumannya manis banget coy!

"Karena ibu saya pernah bilang bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Dan di agama kita juga diajarin gitu kan," jawabnya santai.

Gue menganggukkan kepala, mengiyakan. Bener juga, jawabannya. Salut gue sama kedua orangtuanya yang bisa mendidik anak perempuan kayak gini. Bijaksana.

Sashi ini—menurut penerawangan sotoy ala gue—kelihatannya punya sikap agak dingin ke semua orang yang baru dia kenal, tapi kayaknya kalau udah kenal dekat dia termasuk teman yang asyik dan care. Kelihatan banget tadi waktu dia ngobrol-ngobrol sama ketiga temannya.

Kelihatan banget kalau dia adalah a good listener benar-benar mendengarkan cerita temannya. Gak memotong pembicaraan, gak judging karena mungkin dia merasa dia gak berhak melakukan itu sama orang yang gak dia kenal. Gue dengar kok tadi. Waktu temennya yang agak ceriwis itu-Dewi kalo gak salah namanya-cerita soal pengalamannya pas kuliah dan dapat teror yang agak creepy dari cowok yang dia tolak cintanya.

You know, gimana ekspresi Sashi? Diam, dengerin baik-baik, sambil mengusap lembut punggung tangan temannya. Keren gak? Keren!

Gue yakin, gak banyak cewek yang punya sikap kayak gitu. Kebanyakan, dari yang pernah gue lihat. Cewek kalo dengerin temannya curhat atau cerita pasti hal yang mereka lakukan kalo gak heboh, motong pembicaraan ya judging people they didn't know.

Kebayang gak, lo bahkan gak kenal siapa orang yang temen lo ceritain. Tapi lo ikutan emosional dan ngata-ngatain juga? Ikutan benci padahal dia gak berbuat jahat apapun sama lo. Nah penyakit kayak gini sebenarnya yang harus diminimalisir. Selain buat ngurangin dosa manusia yang emang udah banyak, hal-hal kayak gitu tuh gak penting pake banget. Kalau teman lo curhat, ya lo dengerin aja dulu. Kalau dia minta pendapat atau bantuan, baru lo boleh memutuskan untuk bereaksi kayak gimana. Daripada menghakimi orang lain, kan mending bantuin ya kan? Kalo emang gak memungkinkan buat bantuin secara fisik, yaudahlah bantuin doa. Tuhan Maha Mendengar kok.

Tapi ya balik lagi, ini pendapat pribadi gue. No offense.

Saat suasana mobil gue hening, tiba-tiba terdengar suara yang biasa timbul ketika perut kita lapar. Dan setelah gue cari tahu, bunyi itu keluar dari perut Sashi. Dia langsung buang muka, dengan pipinya mulai memerah. Gemesin banget.

"Pasti lo lapar ya sekarang?" tanya gue pada Sashi yang sekarang kayaknya lagi ngerasa malu.

"Eh, ya lumayan sih. Tadi belum habis juga makanan saya," jawabnya pelan.

"Makan dulu yuk? Di depan sana kayaknya ada warung sate ayam. Mau?" tawar gue yang langsung dijawab anggukan setuju sama dia.


Satu lagi nilai plus buat Sashi di mata gue: dia gak ribet soal makanan.

🌵🌵🌵

Update lagi, yey! 🤣

Alhamdulillah banget hari ini ide lancar. Bisa lanjutin cerita ini 😂

Pengen double up tapi, bab 14 belum selesai. Insyaallah kalo nanti sore dah selesai bakal aku up, kalo belum yaaaa besok aja gapapa ya?💃🏻

Oh ya, buat yang follow akun Instagram @hellochingu__ maaf aku jarang update. Ternyata pusing juga yaaa punya dua akun, aku lebih aktif si Ig pribadi ku sih. Huhu, kapan-kapan lagi rajin edit edit aku bakal rutin up disana.

Tapi gak janji 🤣

Thanks udah baca cerita ini ❤️ jangan lupa apaaa? Vote dan komen 💋

Saranghaja ❤️

Publish : 2 November 2020

Above The Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang