Alastha- 38

Mulai dari awal
                                    

"Aku berubah Mata! Alastha dulu yang selalu menebar senyum angkuhnya sekarang telah bungkam, dibungkam oleh takdir yang seenaknya membolak-balikan hidupku."

"Alastha yang orang-orang kenal sekarang adalah seorang pria dingin tak tersentuh yang selalu berekspresi datar. Bahkan Nazz dan Elbarack bilang aku lebih berbahaya dari Evan." Alastha kembali terkekeh.

"Setelah mendapat nasehat dari Evan, aku lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan. Tidak ada yang aku tahu selain berkelahi, maka dari itu Daddy menyuruhku mengambil jurusan bisnis dan meneruskan perusahaannya."

"Kau tahu Amata, laki-laki yang sedang duduk di samping kamu ini sekarang adalah CEO dari perusahaan keluarga Crawford. Banyak gadis yang mengantri untuk dijadikan teman kencan, tapi aku tidak bisa membohongi hatiku, namamu masih terukir dengan jelas di sana."

"Meskipun sibuk dengan urusan kantor, aku sama sekali tidak pernah melupakan tanggung jawab sebagai Leader dari Allons. Allons itu keluarga aku, bahkan empat tahun belakangan ini aku tinggal di basecamp Allons."

"Kau tahu Amata, aku benar-benar terikat padamu. Aku kira selama lima tahun ini perasaanku padamu akan berkurang, tapi aku salah, malahan rasa itu semakin bertambah setiap saatnya."

Amata mengusap matanya yang hampir saja menitikkan cairan bening yang mewakili perasaannya sekarang ini. Amata memukul pelan lengan laki-laki di sampingnya. "Berhenti membuatku semakin jatuh padamu! Aku ingin melupakan semuanya!"

Alastha mengusap air mata yang berhasil lolos dari manik gadis di sampingnya itu dengan lembut. Alastha memeluk Amata dengan erat, kalimat yang baru saja Amata ucapkan barusan benar-benar membuatnya sakit.

"Jangan bicara seperti itu! Kita bahkan belum berjuang dan kau bilang ingin melupakan semuanya!" ucap Alastha sembari mengecup puncak kepala Amata.

Air mata Amata tumpah di pelukan Alastha. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, ia memang masih mencintai Alastha. Lima tahun ini seakan tidak ada gunanya untuk melupakan laki-laki di sampingnya ini.

Alastha melepaskan pelukannya dengan Amata. Mengusap lembut pipi berairnya, laki-laki itu mengecup kedua kelopak mata Amata. Momen yang sudah lama tidak terjadi akhirnya kembali terjadi.

"Don't cry, ugly!" ucap Alastha.

"Sekarang giliranmu, apa saja yang sudah kau lakukan selama lima tahun ini?" tanya Alastha sembari menyandarkan kepala Amata di bahunya.

Amata menghembuskan napasnya dan mulai menjelaskan semuanya pada Alastha, meskipun tidak ada yang istimewa dari ceritanya.

"Setelah lulus, aku berkuliah di Jakarta, mengambil jurusan seni. Sebenarnya aku itu seorang fotografer, tapi sekarang aku juga menjadi model."

"Sudah aku duga, gadis cantik sepertimu tidak mungkin bekerja pelayanan restoran, tidak mungkin sekali." Amata mengernyit mendengar ucapan Alastha itu. Dari mana ia tahu?

"Kau tahu?" Alastha mengangguk.

"Kau ingat Bule yang banyak bertanya? Itu aku," ucap Alastha sembari terkekeh mengingat bagaimana kesalnya wajah Amata ketika ia sangat banyak bertanya.

"Pantas, suaranya terdengar familiar," ucap Amata.

"Oh ya, bagaimana yang lain di sana?" tanya Amata.

Alastha tersenyum dengan pertanyaan Amata. "Evan sudah bertunangan dengan Sachiko, Elbarack masih menjadi Playboy, Nazz juga masih betah sendiri, and I who still love you," terang Alastha.

Alastha menegakkan tubuhnya dan menggenggam kedua tangan Amata, menatap serius pada Amata yang juga tengah menatapnya.

"Aku ingin memperbaiki semuanya."

Amata tersenyum dengan ucapan Alastha itu. Dengan perlahan ia mulai melepas genggaman tangannya dari Alastha.

"Aku nyaman dengan diriku yang sekarang, kita terima takdir kita saja," ucap Amata. Gadis itu tersenyum miris, ucapannya bertolak belakang dengan apa yang hatinya inginkan.

Alastha menggeleng. "Ini bukan takdir yang Tuhan gariskan untuk kita Amata, tapi ini takdir yang kamu paksakan. Di dalam hati kau mencintaiku, tapi kau berusaha membantah!"

Amata menggeleng, dan suasana menjadi hening. Dua insan itu sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Apa kau masih menunggu Amata?" tanya Alastha membuka pembicaraan kembali.

"Aku sudah lama berhenti menunggu," jawab Amata.

★★★


Bumi melangkah mendekati seorang Pria di depannya. Ia tidak mungkin diam saja disaat hubungannya dengan Amata terancam seperti ini, pria di depannya ini harus tahu isi perasaannya.

"Kenapa?" Pria itu berbalik ketika menyadari seseorang berdiri di belakangnya. Itu Alastha! Ya, Alastha!

"Jauhi Amata! Biarkan dia hidup tenang! Kau tahu selama ini dia selalu hidup dalam bayang-bayang masa lalu?" tegas Bumi.

Alastha mengangkat sebelah alisnya. "Lalu?"

Bumi menggeram marah dengan ucapan enteng laki-laki di depannya ini. "Jangan ganggu dia lagi brengsek! Kau sudah terlalu banyak membuatnya kecewa!"

"Kau tidak pantas untuk Amata! Aku, ya aku! Biarkan aku yang membuat Amata bahagia, masa-mu sudah habis, tidak ada gunanya kau kembali lagi!" tegas Bumi.

"Maksudmu?"

"I love Amata, stupid! Aku benar-benar mencintainya. Kau tahu, selama lima tahun ini kita selalu bersama, jadi wajar kalau aku yang lebih pantas untuk membahagiakannya," teriak Bumi. Entah kenapa emosinya memuncak ketika mendengar Alastha yang berbicara seenteng tadi.

Rahang Alastha mengeras, tapi ia berusaha untuk tidak terpancing emosi oleh tikus kecil di depannya ini. Alastha sudah belajar dari masa lalu, semuanya harus dengan kepala dingin!

Alastha terkekeh. "Sebaiknya kau jangan terlalu berharap!"

Bumi tersenyum remeh. "Aku tahu dalam hati Amata masih ada namamu, tapi sebentar lagi namaku yang akan memenuhi hati Amata, hanya aku!"

Alastha terkekeh dengan ucapan Bumi itu, terlalu percaya diri tidak terlalu baik.

"Kau seharusnya sadar diri! Selama ini Amata hanya menganggapmu sebagai Angkasa! Siapa Bumi?" tegas Alastha.

Bumi terdiam, bagaimanapun ia cukup sadar diri dengan posisinya.

"Amata cinta padaku dan sebentar lagi kami akan kembali bersama," ucap Alastha.

"Amata tidak akan kembali padamu! Kau lupa? Kau yang sudah membunuh Angkasa, kau sudah menghianatinya dengan Grace, dan soal malam di club itu ... kau bahkan menyebut namanya saat kau berhubungan dengan Grace, kau brengsek! Amata tidak akan pernah sudi kembali padamu!" tegas Bumi.

Alastha tertawa dengan ucapan Bumi barusan. "Aku rasa kau tahu apa yang sebenarnya terjadi."

★★★

Revisi. 24 Mei 2021.
Dengan melodi itu, Got that Boom by Secret Number.

ALASTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang