"Enaknya punya suami!" Ucap perempuan itu lalu pergi entah kemana, Samara sempat tersenyum mengejeknya sebelum perempuan itu menghilang.

"Ada apa?, ini pertama kalinya kamu ngasih bunga" Ucap Samara sambil mencium buket bunga itu.

"Apa salahnya sih ngasih bunga buat istri sendiri"

"Tapi kan ini tiba tiba"

"Yuk, cari tempat nyaman buat ngomong"

Lalu mereka masuk kedalam mobil dan mobil audi hitam itu melaju di jalanan.

Mereka sampai di tempat tujuan dan ternyata Satya membawanya ke cafe tempat pertama mereka bertemu.

"Kamu ingat cafe inikan" tanya Satya ketika mereka berjalan masuk kedalam cafe.

"Gausah diingetin, aku malu banget hari itu" Samara mengingat bagaimana paniknya dirinya ketika ia tembus pada hari itu.

"Cafe ini sebenarnya punya temen aku, dan aku juga investasi disini" tutur Satya sambil duduk di kursi.

"Pantes aja, kamu ambil jaket ke dalam dapur, aku pikir kamu pelayan," tawa Samara menyembur karena ia memang berfikir seperti itu.

Kemudian seorang laki-laki datang, memakai celemek berwarna cokelat muda, dia menghampiri meja Samara dan Satya, lalu tersenyum.

"Satya, apa kabar sob?" ucap laki-laki yang mengenal Satya itu.

"Baik za, Mara, kenalin ini Reza. Teman SMA ku dulu"

"Reza, maaf ya nggak bisa dateng kenikahan kalian kemarin saya harus ke luar kota." Kenal laki-laki bernama Reza itu menjabat tangan Samara.

"Samara, kamu bisa panggil Semi kalo terlalu panjang,"

"Kalian bakal dateng kan, ke acara malem ini?"

"Kayaknya iya,"

"Okay, see you there, saya kebelakang dulu ya, bye Semi" lalu laki-laki itu pergi menyisakan Samara yang menatap Satya yang seperti meminta penjelasan

"Aku jemput kamu buat ngajak kamu, nanti malam ada pesta ulang tahun kolega bisnis perusahaan, jadi kita diundang buat kesana, kamu gak ada pekerjaan lagi kan?" Ucap Satya menjelaskan.

"Kenapa gak ngasih tau kemarin malam?"

"Aku lupa, jadi aku beresin pekerjaan di kantor lalu jemput kamu buat kasih tau"

"Kamu bilang kamu gak mudah lupa"

"Akukan manusia biasa Mara, lagian aku bisa ketemu kamu dan ngobrol di cafe ini" kata-kata Satya membuat Samara hanya menatapnya sambil tersenyum.

Hubungan mereka makin hari makin erat, mereka makin merasa nyaman dengan masing-masing, Satya yang hangat dan Samara yang ramah menjadikan mereka makin erat.

....

Satya dan Samara pulang ke apartemen dan mulai bersiap-siap untuk menghadiri pesta yang dikatakan oleh Satya, Samara memilih apa yang harus dikenakannya malam ini dan berdandan.

Samara duduk di depan cermin, mengoleskan make up untuk membuat penampilannya makin paripurna, perempuan itu sudah di anugerahi dengan wajah cantik dan ia tak terlalu harus menggunakan banyak make up.

Satya duduk diatas ranjang dan menatap Samara yang masih duduk di depan cermin, perempuan itu masih duduk tenang mengoleskan lipstick di bibirnya.

"Kamu benar mau pake gaun itu?" Tanya Satya ketika melihat apa yang dikenakan Samara.

"Kenapa?" Samara membalik arahnya dan menatap Satya yang masih menggunakan kemeja.

"Itu bakal keliatan mencolok, laki-laki bakalan ngeliatin kamu terus" Satya menjawab karena yakin sekali gaun merah yang dikenakan Samara akan mengundang banyak perhatian.

"Gak papa Satya, kan ada kamu," Jawaban Samara membuat Satya terdiam, Samara tersenyum usil sementara Satya sepertinya sudah pasrah.

Lalu jam tujuh malam mereka berangkat, acara diadakan di sebuah ballroom hotel bintang lima yang sangat luas, dekorasi pesta yang meriah dan elegan menjadikan tempat itu begitu indah.

Samara bisa menebak bahwa acara semacam ini biasanya akan diisi oleh ajang pamer pencapaian atau pamer kekayaan dan biasa mengejek orang orang yang tidak se sukses yang lainnya, Satya baru kali ini datang karena ia tidak menyukai tradisi itu meskipun ia dari keluarga berada tapi ia akan dimarahi oleh Devina jika dia tak kesini bersama dengan Samara.

Bahkan sejak Samara turun dari mobil, Satya langsung merangkul perempuan itu posesif, Samara hanya tersenyum kecil melihat itu dan mereka berjalan masuk menuju gedung tempat acara dilaksanakan.

Benar sekali, ketika mereka masuk seketika banyak pasang mata langsung menatap kearah mereka, Satya sempat berbisik bahwa iya benar. Mengenakan gaun merah hanya membuat banyak pasang mata melirik kearah mereka atau bahkan terang terangan menatap mereka.

Karena itu Satya semakin mengeratkan rangkulannya kepada Samara, karena ia tak mau mata-mata laki-laki menatap lapar ke arah istrinya.

"Seharusnya aku paksa kamu buat ganti baju tadi." Katanya

Mereka berjalan keramaian yang bisa dipastikan adalah pemilik acara, mereka hanya akan berbasa-basi sebentar, menyerahkan kado dan mengucapkan selamat ulang tahun lalu akan pergi dari sana.

"Selamat ulang tahun pak Wiraguna" Ucap Satya kepada seorang pria paruh baya yang mengenakan tuxedo hitam dengan gara rambut klimis berkumis lebat.

"Terima kasih Arisatya, Saya pikir kamu tidak akan datang, wah kamu datang bersama istri kamu yang begitu cantik" Kata pria bernama Wiraguna itu sambil menatap Samara yang hanya tersenyum.
"Kalau begitu, kalian silahkan nikmati pestanya ya."

Setelah itu Satya pamit dan mencari meja untuk mereka duduki, dan ia melihat Reza dan beberapa orang yang ia kenali.

Satya membawa Samara untuk duduk disana, Reza sempat menyapa Samara dan kemudian berbincang dengan Satya.

"Lama gak ketemu bro, gimana kabarnya?" Tanya seorang laki-laki berkacamata yang hanya di jawab baik oleh Satya.

Disana juga sudah ada Reza yang duduk diujung meja, mereka semua bersalaman ala laki-laki dan memperkenalkan diri dan banyak juga yang sudah mempunyai istri dan ada juga yang masih pacaran.

Satya memperkenalkan Samara kepada mereka tapi tetap memperhatikan mereka yang menjabat tangan Samara ketika berkenalan.

Acara hanya diisi dengan berbincang-bincang ringan dan membahas seputar kehidupan sang pemilik acara, tentang pencapaiannya dan menceritakan tentang keluarganya dan yang lain.

Samara memakan kue kecil yang terhidang di depannya sambil mendengar Satya berbincang dengan orang-orang itu, tentang bagaimana kehidupan mereka, Satya kadang menimpali dan berbicara mengenai pekerjaannya.

Lalu Samara mendongak ketika mendengar suara halus dari seorang perempuan memanggil nama Satya.

"Mas Satya, lama gak ketemu," ucap perempuan itu langsung memeluk Satya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SamaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang