6. Bunga yang tak Biasa

Mulai dari awal
                                    

Zafran dan Fahira terkekeh. Sementara Nisa menatap jengkel adik satu-satunya itu. "Bukan maksud ayah mau buat hati anak ayah hancur, ayah niatnya semalam hanya ingin membantu orang yang ke susahan, Nisa pasti tahu apa masalahnya.

Ya sekalian belajar mengikhlaskan lah nak, belajar menerima bahwa jodoh itu sudah ditentukan sama yang Maha kuasa jika kita tidak berjodoh dengan seseorang yang kita inginkan berarti Allah punya jodoh yang terbaik untuk kita dan lebih tepat tentunya. Berbesar hati ya nak."

Nisa menunduk sambil mengangguk. Dalam hati ia berdoa semoga Allah memberikan kebesaran hati seperti ayahnya.

"Jodoh yang tepat itu seperti apa yah?" Dio memancing.

"Seperti mamah dong, ya ngga sayang. Iya kan." Balas Fahira.

"Iya sayang ia, ngga aku bantah lo ini." Timpal Zafran.

"Lah malah mesra-mesraan." Jawab Dio yang sukses mengundang tawa Nisa.

Ia menatap orang tua dan Adiknya. "Kasian mblo hayuk kita berangkat yuk." Ajaknya. Dio mengiyakan sementara kedua orangtuanya malah asik saling merangkul dan terkekeh.

"Ayah bau keringat lo mah." Ucap Dio lalu menyalami tangan mamahnya. Di ikuti Nisa. Kemudian keduanya berpindah menyalami tangan ayahnya.

"Biar keringatan gini mamah kalian tetap cinta tau, iya kan sayang." Ayah mereka malah menggoda dan Fahira mengangguk, lebih parah lagi Fahira memberi kecupan manis di pipi suaminya itu. Lantas keduanya tertawa.

Nisa dan Dio ikut tertawa. "Haduhh jomblo gini amat ujiannya pagi-pagi." Ucapnya berbarengan dengan Dio.

"Udah ah, ayuk kak kabur yu, ntar kita malah minta nikah lagi karna kelamaan liat ayah sama mamah mesra, bahaya oi." Dio lalu menarik tangan kakaknya itu membawa lari ke Garasi mobil

"Hati-hati ya para jombloku." Ingat Zafran dan Fahira bersamaan. Lalu terkekeh lagi melihat wajah kesel anak-anak mereka.

🍂🍂

Lim yang baru saja akan masuk dalam ruangan terkejut melihat seorang pria yang ia prediksi lebih kakak darinya satu tahun namun masih tampan dan wajahnya meneduhkan.

"Assalamualaikum, dokter." Tegur pria itu.

"Wa'alaikumusaalam." Jawab lim yang agak bingung.

Pria itu tersenyum melihat raut bingung yang ada di wajahnya. "Maaf mengganggu, kenalin saya Daud, lebih panjangnya Daud Izam Al-Farsiski Dokter juga disini, kemarin tidak sempat hadir saat penyambutan." Ucap pria itu sambil mengulurkan tangan

Lim mengangguk, ia paham sekarang "Iqbal Halim Suryawinata, panggil saja Halim atau Iqbal." Balasnya sambil menjabat tangan pria itu.

Mereka berdua tersenyum canggung, "oh ia saya di suruh oleh atasan untuk satu ruangan dengan dokter." Lanjut pria itu lagi.

"Ooh, mari silahkan. Berarti kursi kosong disamping itu sudah ada penghuninya. Semoga bisa jadi tim kerjasama yang baik." Sambut Lim dengan senang hati lalu mulai membuka ruangan dan keduanya masuk.

Lima menit pertama canggung tapi setelah itu mereka berasa seperti adik kakak akibat ulah satu pasien yang menyuruh kedua laki-laki itu saling tatap dan tersenyum lama. Lim yang memang terkenal jahil langsung berucap "kalau aja kamu perempuan sudah saya nikahi."

UNIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang