Hwang Jinri tersenyum tipis mendengar respon Mashiho. Segera ia dekati pemuda berdarah Jepang tersebut, lalu duduk di kursi yang sama dengan yang di duduki Mashiho.

"Apa kamu tidak khawatir ?" tanya Jinri.

Dahi Mashiho sontak kembali berkerut bingung. "Khawatir ? kenapa tiba-tiba khawatir ?" tanyanya.

Kekehan ringan mengalun begitu saja dari mulit Jinri. Gadis bermarga Hwang itu melirik Mashiho, kemudian ia berkata, "Apa kamu tidak khawatir kalau Watanabe Haruto bisa mengalahkanmu ?"

"Huh ? Watanabe itu ? apa yang harus kukhawatirkan dari dia ? Dia hanya anak baru, Hwang Jinri." Mashiho mengambil kaleng minuman segarnya yang lain, kemudian membua tutup kaleng tersebut lalu segera meminumnya.

"Ya kamu jelas harus khawatir. Karena keberadaan Watanabe Haruto bisa menggeser posisimu sebagai orang Jepang terkuat di sekolah ini. Apa kamu mau turun posisi lagi setelah dikalahkan oleh Asahi dulu ?"

Mendengar nama seseorang yang sebenarnya tabu untuk Mashiho, membuat pemuda Takata itu sontak mengeraskan wajahnya. Ia tatap Jinri dengan tatapan menusuk, mengisyaratkan pada gadis Hwang itu untuk menjaga lisannya.

Namun, bukan Jinri namanya kalau dia langsung takut dengan tatapan Mashiho. Jinri justru tertawa anggun. Ia silangkan tangannya di depan dada, lalu memandang lurus ke arah belasan orang yang terkapar lemah di atas lapangan bola basket.

"Watanabe Haruto. Belum ada sebulan di sekolah ini, dia sudah mencatat prestasi yang cukup baik. Di hari pertama berhasil mengalahkan lima anggota Diamond. Lalu belum genap seminggu, dia berhasil membuat Kim Doyoung terluka. Lucunya lagi, Haruto sama sekali tidak terluka. Apa kamu tidak masalah dengan hal itu, Mashiho ?" tanya Jinri dengan menekankan nama Mashiho.

Sedangkan si empunya nama, mulai terpengaruh dengan ucapan Jinri. Mashiho berpikir-pikir kembali tentang kedatangan Haruto yang tiba-tiba sudah mengalahkan beberapa anggota Diamond, bahkan sampai berhasil mengalahkan Doyoung.

Itu artinya Watanabe Haruto bukan murid biasa. Pemuda itu cukup kuat karena masih bisa bertahan setelah berkali-kali diserang.

Tidak menutup kemungkinan bila Haruto terus merebut atensi murid-murid sekolah ini, Haruto dapat menggesernya sebagai murid berdarah Jepang terkuat nomor dua setelah Asahi.

Sudah cukup Asahi yang telah membuat derajatnya turun. Mashiho tidak akan membiarkan seseorang membuat derajatnya kembali turun.

Dengan satu tarikan nafas panjang, Mashiho anggukan kepalanya. Ia bangkit berdiri, kemudian melirik Hwang Jinri melalui ekor matanya.

"Kita lihat saja sampai batas mana Haruto bisa melawanku," ujar Mashiho dengan nada bicara dingin dan sirat akan emosi.

Pemuda bermarga Takata itu berjalan menjauh, tanpa menyadari bahwa orang yang tadi telah membuatnya bertekad melawan Haruto, kini tersenyum puas.




***




"Selamat pagi, Haruto !"

Haruto berjengit kaget saat tiba-tiba Junghwan menyapanya dari belakang. Ia tatap tajam Junghwan yang tengah tersenyum lebar padanya.

D I A M O N D   II ~ Break All the White Rules ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang