61. Kebohongan

Mulai dari awal
                                    

"Ya?" Kenapa tiba-tiba tuan muda membahas ayahku?

"Aku masih beruntung, karena setidaknya bisa melihat beliau."

Mataku berkaca, tuan muda memelukku. Dia melanjutkan, "seandainya bisa, di masa depan aku ingin seperti beliau, seorang yang bijaksana dan penyayang."

"Semua orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sayang." Aku mendesah di dadanya, kehangatan tuan muda bagaikan berdekatan dengan api unggun di malam yang dingin. Walaupun berkata begitu, aku pun berharap demikian, aku dan Reva begitu mencintai almarhum ayah kami. Rasanya tidak ada tindakan ayahku yang membuat kami kesal dan marah dulu, paling hanya sekedar ngambek sedikit.

"Papa juga orang hebat, dia memiliki begitu banyak orang yang bergantung padanya. Mungkin, itulah yang membuat beliau sedikit keras." Aku menghibur tuan muda, walaupun aku tau itu tidak berguna. Luka yang ditorehkan oleh tuan besar di hati suamiku telah begitu dalam. Mungkin butuh ribuan tahun untuk sembuh, sementara umur manusia begitu singkat.

"Nanti, seandainya ada tindakanku yang tidak kamu suka. Segera hentikan aku." Tuan muda berbisik, dia memelukku erat.

"Tenang aja, saat kamu marah ... aku akan segera menyuap dengan makanan dari telur." Tuan muda sangat menyukai telur, untunglah X tidak mengikuti jejaknya.

Tuan muda seketika tertawa. Tawa kami terhenti dengan bunyi telepon. Itu adalah pengasuh Kela. Aku menjawabnya, seketika wajahku memucat.

"Ada apa?" Tuan muda bertanya.

"K-Kela hilang."

🌿🌿🌿

Tuan muda menggenggam tanganku yang panik saat di rumah, dia telah meminta orang untuk mencari keberadaan Kela. Pengasuh Kela menangis, mengatakan kalau tadi dia dan Kela pergi ke minimarket untuk membeli coklat bola. Saat di kasir, Kela menghilang. Pelayan minimarket mengatakan kalau CCTV di sana rusak, hanya pajangan untuk menghindari pencuri. Aku telah lemas, sudah lima jam Kela menghilang tanpa kabar.

Mendadak aku teringat sesuatu, aku berkata pada suamiku untuk menghubungi Emmeric, tetapi ponsel pria itu tidak aktif. Menambah kecurigaanku.

"Emmeric, tidak mungkin berani bertindak terlalu jauh. Dia telah menandatangani perjanjian, sayang." Tuan muda menghiburku, dia kemudian pergi untuk mengetahui informasi terbaru melalui Hu. Rasanya seluruh tubuhku gemetar, bagaimana kalau Kela menghilang dari dekapanku? Aku menggelengkan kepala kuat-kuat. Itu tidak mungkin.

Aku terus mencoba menelepon Emmeric, setelah tadi Zola mengatakan kalau ponsel pria itu tidak aktif. Diusahaku yang kelima, dia mengangkatnya.

"Halo, apa ini mimpi?" Suara pria itu terdengar riang.

"Emmeric, apa kamu membawa Kela?" Aku bertanya dengan berapi-api.

"Hei, kenapa menuduhku begitu?"

"Jangan pura-pura tidak tau, Emmeric!" Aku menjadi sangat emosi.

Emmeric lama terdiam sebelum berkata, "Jadi kalian ternyata kehilangan putriku?"

Putriku katanya?

Emmeric tertawa licik, "Selma, aku rasa kalian sudah tidak peduli pada Kela lagi, karena kehadiran putra kalian. Kalau terjadi apa-apa padanya, aku akan membatalkan perjanjian. Tidak peduli apapun."

"Emmeric, brengsek ...."

Aku melihat ponselku diambil, tuan muda datang. Dia bicara dengan Emmeric dan memutus sambungan telepon.

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang