Suasa ini membuatku seperti hidup kembali, selama setahun aku menganggur, aku hanya mengisi waktuku untuk berlatih soal tes masuk pekerjaan, melatih kemampuan berbicaraku melalui tutorial di youtube dan sisanya membaca novel.

Aku sempat merasa sangat jenuh, ajakan hang out dengan temanku untuk ngopi di café aja selalu kutolak. Rata-rata mereka sudah bekerja dan aku merasa sangat minder. Memang sih, mereka tidak terlalu mempermasalahkan, tapi kau akan merasakannya suatu saat nanti.

Aku memesan nasi karedok, nasi khas tempat klahiranku di Bandung, dan minum dengan es teh manis. Makanan sederhana yang akan selalu mengingatkanku pada kota kelahiranku, karena mama sangat sering membuatnya sewaktu aku masih sekolah, sampai kuliah. Senang juga bisa ketemu menu ini di kantor bagus di ibu kota.

Sewaktu aku melihat sekeliling, hanya aku yang duduk sendiri, rasanya tidak enak sih. tapi aku pasrah, tidak mungkin juga aku membaur begitu saja pada sekelompok karyawan-karyawan lain. Terkadang aku melihat beberapa sorot laki-laki yang memandangku dari kerumunan di meja lain, mungkin mereka iba melihatku duduk sendiri. Style mereka sangat rapih, aku suka dengan pria yang rapih. Lebih menjanjikan dan pasti punya attitude yang baik. Aku tersenyum sendiri.

"Kenapa senyum-senyum?" kata suara tiba-tiba disampingku..

Aku kaget nyaris terlonjak dari kursi, Mas Randy datang sambil membawa segelas kopi. "Gabung ya?

Aku mengangguk dan tersenyum. Sewaktu Mas Randy duduk, kerumunan karyawan di sebelah tadi terlihat kecewa.

"Ngga Mas, masih senang aja akhirnya saya diterima kerja."

Kini giliran Mas Randy tersenyum, giginya terlihat putih dan rapat, dengan titik-titik jenggot yang tumbuh, dia sangat terlihat gagah.

"Kalo udah di luar ruang kerja, ga perlu formal pake saya juga aman kok."

Aku tersenyum malu. "Belum terbiasa Mas Randy."

"Tapi selamat ya Kalo akhirnya bisa masuk kerja, pasti deg-degan. Santai saja, nanti juga mulai terbiasa alurnya. Sama seperti masuk sekolah atau masuk kuliah. Sungkan karena teman baru, kondisi baru, kelas baru. Nanti makin lama juga mulai teriak-teriak di kelas, ngerumpi bahkan bawa jajanan ke kelas kan?"

Aku tertawa, kekesalanku dengan mbak Angel mulai mencair.

Pesananku datang, begitupun pesanan Mas Randy, dia memesan ayam goreng dengan ukuran besar. Tubuhnya memang atletis, pasti butuh banyak daging. Setelah memakan beberapa suap dia kembali melihatku.

"Gimana tadi kerjaan dari Damar? Ada kesulitan?"

"Sampai saat ini belum Mas. Hanya memang data yang harus di input cukup banyak."

Mas Randy lalu memotong daging ayam dengan garpu dan sendoknya, caranya memegang sendok dan garpu sangat formal. Tata cara table manner-nya membuatku kagum. Pasti Mas Randy berpendidikan tinggi.

"Oh ya? Data Administrasi lumayan pusing kalo ga terbiasa, memang dulu kuliah dimana Meisa?"

Setelah aku menelan sayuranku, dan membiarkan tidak tersisa satupun sisa di mulutku aku baru membalas.

"Di Bandung mas, jurusan lingkungan. Cuma memang sering jadi Asisten praktikum, jadi terbiasa sama data-data adik kelas."

"Bandung? Berati kamu ke sini merantau?"

"Merantau Mas," Kataku sambil tersenyum.

Mas Randy terlihat kaget. "Wah kalau gitu selamat datang di ibu kota."

TAMU TAK DIUNDANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang